Mohon tunggu...
Ngazha Syafania
Ngazha Syafania Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Komunikasi

Halo semuanya, perkenalkan aku Ngazha Syafania biasa dipanggil Syafa. Aku merupakan mahasiswa tingkat akhir jurusan Komunikasi yang sedang mengasah kemampuan menulis. Kritik dan saran dari kalian sangat berarti agar tulisan-tulisan karyaku dapat berkembang.

Selanjutnya

Tutup

Book

Resensi Novel Laut Bercerita: Tentang Perjuangan, Kehilangan, dan Mengikhlaskan

22 Januari 2024   18:51 Diperbarui: 22 Januari 2024   18:54 230
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cover Novel Laut Bercerita (Sumber: gramedia.com)

Identitas Novel

Nama Pengarang                       : Leila Salikha Chudori

Judul Novel                                  : Laut Bercerita

Jenis Buku                                    : Historical Fiction

Penerbit                                        : Kepustakaan Populer Gramedia Jakarta

Tebal Buku                                  : 379 Halaman

Tahun Terbit                              : Cetakan pertama terbit tahun 2017

Cetakan                                        : Cetakan ke 44 (terbit tahun 2022)

Harga                                            : Rp100.000,00 (pulau Jawa)

Link                                               : https:/www.gramedia.com/products/laut-bercerita 

Novel Laut Bercerita menggambarkan bagaimana perjuangan para aktivis mahasiswa untuk membela kepentingan rakyat dan menciptakan negara yang lebih demokratis. Ditulis dengan bahasa yang cukup puitis, sehingga cukup memainkan pasang surut emosi para pembaca. 

Penulis seolah-olah mengajak pembaca untuk menerobos ruang masa lalu dan berpetualang ke masa itu. Masa dimana masyarakat tidak diberi ruang untuk menyuarakan keinginan mereka dan benar-benar harus tunduk terhadap pemerintah. 

Para pembaca diajak untuk lebih bersyukur karena dapat menikmati bangsa yang lebih demokratis seperti saat ini. Bukan hanya itu saja, Laut Bercerita merupakan novel yang dapat dikatakan cukup kompleks karena mengangkat tema persahabatan, keluarga, asmara, dan rasa kehilangan. 

Sang penulis yakni Leila Salikha Chudori memang menegaskan bahwa novel Laut Bercerita hanyalah historical fiction. Namun, apa yang ia tulis dalam novel tersebut berdasarkan fakta yang terjadi di masa itu. Hal ini dikarenakan sebelum Leila mulai melakukan penulisan novel, ia melakukan wawancara mendalam dengan para korban yang berhasil kembali dan kerabat korban yang dihilangkan paksa.

Leila juga mengaku perlu melakukan penyelidikan mendalam terkait karakter dari tokoh yang ada dan tempat-tempat peristiwa dalam novel tersebut. Usaha dan kerja keras yang dilakukan oleh Leila membuat novel ini seakan hidup.

Resensi Novel

Laut Bercerita mengajak para pembacanya untuk merenungkan kembali tentang hilangnya beberapa aktivis yang sampai saat ini tidak mendapatkan petunjuk dan jejaknya. Novel ini memberikan pelajaran bahwa pada akhirnya sejarah kelam tidak dapat dihapus namun harus dicari solusinya. 

Rasanya tidak adil apabila peristiwa semacam ini terlupakan begitu saja terutama bagi para keluarga korban dan pihak-pihak yang terlibat didalamnya. Sehingga novel ini tidak hanya berfungsi sebagai hiburan semata, namun banyak pembelajaran dan pengetahuan yang dapat diambil. Novel ini terdiri dari dua bagian dengan jarak waktu yang berbeda.

Bagian pertama diceritakan melalui sudut pandang tokoh utama yang bernama Biru Laut sebagai seorang mahasiswa dan rekan-rekan aktivisnya. Biru Laut merupakan seorang mahasiswa Universitas Gadjah Mada yang sangat gemar membaca dan memiliki kecintaan besar terhadap sastra. 

Kegemarannya dalam membaca, membawa Laut pada diskusi buku yang dilakukan antar mahasiswa. Diskusi inilah yang menjadi awal mula para mahasiswa berada dalam pantauan pemerintah bahkan diculik atau ditangkap. Hal ini dikarenakan buku-buku tertentu di masa itu dianggap dapat mendoktrin mahasiswa sehingga menjadi dalang atau aktor dibalik perlawanan masyarakat.

Mahasiswa-mahasiswa yang diculik ini akan disiksa oleh para kaki tangan pemerintah di sebuah tempat yang sulit untuk dijangkau. Pada masa itu, Indonesia kehilangan demokrasi dan kebebasan berpendapat. Sehingga Biru Laut bersama rekan-rekannya bertekad kuat menyusun strategi guna mencapai visi, misi, dan tujuan mereka dalam membentuk Indonesia yang lebih demokratis. 

Perjuangan yang digambarkan pada bagian ini disertai dengan tokoh bernama Anjani selaku kekasih dari Biru Laut. Lalu rekan-rekan aktivis Biru Laut lainnya seperti Kinan, Daniel, Alex, dan Gusti. Kinan disini digambarkan sebagai wanita yang realistis dan logis sehingga sering dipercaya sebagai pemegang keputusan. Daniel digambarkan sebagai orang yang pandai bicara dan menyukai filsafat. Lalu Alex dan Gusti disini digambarkan sebagai dua orang yang menyukai fotografi. Namun mereka memiliki cara kerja yang sangat berlawanan dalam memotret. Alex yang lihai dalam memilih momen yang tepat untuk diabadikan, sedangkan Gusti menganggap semua momen harus diabadikan.

Bagian ini dikemas dengan gambaran keresahan mahasiswa mengenai kekangan pemerintah dengan latar belakang tahun 90-an. Di masa itu, banyak kegiatan mahasiswa yang dicurigai ingin menggulingkan pemerintah melalui unjuk rasa. Namun, kecurigaan tersebut menjadi pemicu bagi para mahasiswa untuk terus melakukan pergerakkan. Bagian pertama ini digambarkan dengan suasana kewaspadaan, pengkhianatan, dan pengawasan. 

Pada bagian kedua diceritakan melalui sudut pandang Asmara Jati selaku adik dari Biru Laut dengan latar belakang tahun 2000-an. Dalam bagian ini diceritakan bagaimana perbedaan sudut pandang yang dimiliki kakak beradik tersebut. Asmara yang lebih mementingkan pendidikan dan karirnya sementara Biru yang lebih mementingkan bagaimana agar Indonesia dapat lebih demokratis. 

Asmara diceritakan sebagai seseorang yang tertarik dalam akademik yakni ilmu sains. Meski begitu, Asmara memiliki semangat juang yang serupa dengan Biru Laut ketika mencari tahu keberadaan kakaknya selama menghilang tanpa kabar. Asmara melakukan aksi-aksi bersama aktivis lainnya untuk menuntut korban yang hilang agar dikembalikan ke keluarganya. Bahkan Asmara mendirikan sebuah lembaga yang menjadi wadah bagi para keluarga aktivis yang kehilangan. 

Dalam bagian kedua digambarkan bagaimana pada akhirnya Laut jauh dari keluarganya. Hal ini diakibatkan oleh kegiatan pergerakan mahasiswa yang diikuti bersama rekan-rekannya. Kesibukan ini membuat Laut sering absen untuk mengikuti tradisi makan malam keluarganya setiap malam minggu. Hingga pada akhirnya sosok Laut ini hilang dalam keluarganya untuk selama-lamanya. 

Bagian ini diakhiri, dengan bagaimana para keluarga korban aktivis yang dihilangkan secara paksa memperjuangkan hak-hak korban hingga akhirnya mereka hanya bisa berpasrah kepada Yang Maha Kuasa. Pembaca diajak untuk memahami apa makna dari kata "ikhlas" dan bangkit untuk melawan rasa sakit.

Kelebihan Novel

Kelebihan dari novel ini adalah visualisasi karakter dan penggambaran suasana terasa sangat nyata. Terutama dibagian dimana Biru dan rekan-rekannya disiksa serta diperlakukan secara tidak manusiawi. Pesan yang ada dalam novel ini juga mengajarkan para pembaca tentang pergerakkan serta perjuangan guna menegakkan keadilan dan demokrasi. Sehingga banyak pengetahuan terkait sejarah yang akan pembaca dapatkan. 

Novel ini juga mengandung banyak pesan moral yang dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Salah satunya yang paling melekat adalah memanusiakan manusia. Selain itu, novel ini juga membuka wawasan para pembaca terkait dunia kesusastraan seperti adanya beberapa karya Pramoedya Ananta Toer dan W.S. Rendra.

Dari segi bahasa, meskipun novel ini menggunakan bahasa dan kata yang cukup puitis untuk memainkan emosi para pembaca namun pemilihan kata dan bahasa tersebut masih mudah dipahami oleh para pembaca. 

Kekurangan Novel

Kekurangan dari novel ini adalah penggunaan alur campuran yakni maju mundur membuat para pembaca yang belum terbiasa akan kesulitan dan bingung untuk memahami jalan cerita. Sehingga diperlukan fokus dan pemahaman yang baik agar dapat mengikuti alur cerita dari novel Laut bercerita. 

Beberapa dialog dalam novel ini menggunakan bahasa Jawa yang tidak diberikan penjelasan mengenai arti dari kalimat tersebut. Hal ini membuat beberapa pembaca yang tidak mengerti bahasa Jawa kesulitan untuk memahami dialog tersebut. 

Kesimpulan

Meskipun dituangkan dalam novel berjenis historical fiction, namun banyak amanat yang dapat diperoleh dari Laut Bercerita. Perjuangan dari Biru Laut dan rekan-rekannya merupakan aksi nyata yang pernah terjadi pada masa Orde Baru.

Kisah yang mereka alami memang nyata terjadi di negeri ini, bahkan banyak aktivis masa 1998 yang tidak dapat ditemukan jejaknya hingga saat ini. Para pejuang menempuh langkah yang begitu panjang dan melalui banyak hal yang tidak mudah. Mereka rela jatuh bangun dengan harapan mendapatkan kehidupan yang lebih baik terutama soal "kebebasan". 

Novel Laut Bercerita juga memberikan pelajaran secara implisit yakni jangan sekali-sekali melupakan sejarah. Melalui sejarah, kita dapat mendapatkan banyak pelajaran berharga agar peristiwa-peristiwa kelam yang terjadi di masa lampau tidak akan terulang kembali di masa yang akan datang. Mau tahu kerasnya perjuangan Laut, Asmara, dan rekan-rekannya? Segera dapatkan novel Laut Bercerita di toko buku terdekat maupun toko buku online. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Book Selengkapnya
Lihat Book Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun