Mohon tunggu...
Ngazha Syafania
Ngazha Syafania Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Komunikasi

Halo semuanya, perkenalkan aku Ngazha Syafania biasa dipanggil Syafa. Aku merupakan mahasiswa tingkat akhir jurusan Komunikasi yang sedang mengasah kemampuan menulis. Kritik dan saran dari kalian sangat berarti agar tulisan-tulisan karyaku dapat berkembang.

Selanjutnya

Tutup

Film Pilihan

Resensi Film Kembang Api, Sebuah Pesan bagi Kamu yang Mencari Alasan Hidup

22 Januari 2024   14:18 Diperbarui: 22 Januari 2024   18:51 305
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Identitas Film

Sutradara                         : Herwin Novianto

Judul Film                        : Kembang Api

Penulis                              : Alim Sudio

Jenis Film                        : Drama

Rumah Produksi          : Falcon Pictures

Durasi                               : 1 Jam 44 Menit

Rilis                                   : 02 Maret 2023

Tokoh

Donny Damara sebagai Fahmi, Ringgo Agus Rahman sebagai Raga, Marsha Timothy sebagai Sukma, dan Hanggini Purinda Retto sebagai Anggun

Link

https://www.netflix.com/watch/81678777?trackId=255824129&tctx=0%2C0%2C75545951-8924-40b9-8693-6334351740be-314243301%2C75545951-8924-40b9-8693-6334351740be-314243301%7C2%2Cunknown%2C%2C%2C%2C%2CVideo%3A81678777%2CminiDpPlayButton 

Kembang Api menjadi angin segar dalam dunia perfilman Indonesia ditengah maraknya film horor yang muncul di layar lebar. Film yang bertemakan isu kesehatan mental ini dikemas dengan indah dan penuh akan pesan serta pembelajaran di dalamnya. Terlebih lagi isu tentang kesehatan mental tengah naik daun di Indonesia. 

Film Kembang Api memberikan gambaran bahwa kesehatan mental itu dapat diderita oleh siapa saja tanpa mengenal batasan usia. Film ini menggambarkan sifat manusia yang sering kali menggampangkan masalah orang lain. Banyak manusia yang sering membanding-bandingkan masalah yang diderita dan merasa masalahnya lebih berat dibandingkan masalah orang lain. 

Resensi Film

Film Kembang Api menampilkan empat tokoh utama yakni Fahmi (diperankan oleh Donny Damara), Raga (diperankan oleh Ringgo Agus Rahman), Sukma (diperankan oleh Marsha Timothy), dan Anggun (diperankan oleh Hanggini Purinda Retto). Keempat tokoh tersebut diceritakan berasal dari generasi yang berbeda-beda sehingga memperlihatkan adanya gap diantara mereka. 

Fahmi yang berasal dari generasi baby boomer, Sukma yang berasal dari generasi X, Raga yang berasal dari generasi Y, dan Anggun yang berasal dari generasi Z. Keempat tokoh ini sama-sama mengalami keputusasaan karena berbagai masalah hidup yang tengah menimpa mereka. 

Awalnya mereka tidak saling mengenal satu sama lain, namun pada akhirnya terhubung dalam satu grup aplikasi chat dengan identitas samaran yang cukup unik. Nama samaran ini seperti Langit Mendung, Tengkorak Putih, dan Anggrek Hitam. Namun salah satu dari mereka memilih menggunakan nama asli di dalam obrolan grup tersebut.

Setelah melakukan obrolan cukup panjang, mereka berempat merasa memiliki kesamaan latar belakang yakni sedang menghadapi tekanan mental yang cukup berat. Hingga pada akhirnya mereka membahas keinginan untuk mengakhiri hidup. Mereka pun bersepakat untuk mengakhiri hidupnya bersama-sama dengan cara bunuh diri. Jalan ini dianggap paling tepat bagi mereka untuk menyelesaikan masalah yang tengah dihadapi.

Fahmi, Raga, Sukma, dan Anggun akhirnya bersepakat untuk melakukan bunuh diri di tempat yang jauh dari keramaian dan sulit ditemukan. Mereka tidak ingin keluarganya melihat jasad terakhir mereka setelah melakukan aksi bunuh diri. Akhirnya mereka memilih sebuah gudang tua yang terletak di tengah hutan. 

Aksi bunuh diri ini rencananya dilakukan menggunakan sebuah bola raksasa yang berisikan ratusan kembang api dengan daya ledakan yang cukup besar. Bola kembang api ini dibuat oleh Fahmi yang bekerja sebagai teknisi kembang api. 

Namun anehnya pada bola raksasa itu terdapat tulisan "Urip iku Urup" yang dalam bahasa Jawa artinya hidup itu harus menyala. Tulisan ini mendatangkan pertanyaan bagi Raga, Sukma, dan Anggun. Kenapa harus ada tulisan seperti itu sedangkan tujuan mereka berkumpul saja untuk bunuh diri bersama. Namun Fahmi berkata hanya iseng saja menambahkan tulisan tersebut. 

Pada akhirnya, berkali-kali bola itu diledakkan mereka akan kembali ke tempat pertemuan awal yakni gudang tua. Film ini menampilkan kejadian yang sama dengan konsep time loop. Adegan ini menunjukkan bagaimana kekesalan para tokoh tersebut karena "mau mati saja terasa sangat sulit". 

Para tokoh akhirnya menyadari bahwa mereka masih diberikan kesempatan untuk melanjutkan hidup di dunia. Lalu dilanjutkan pada adegan ketika mereka menceritakan masalah mereka satu sama lain. Pengungkapan dilakukan secara berturut-turut mulai dari Fahmi sebagai tokoh yang paling tua sampai ke Anggun sebagai tokoh termuda. Alasan-alasan mereka mengakhiri hidup yang bervariasi mulai dari permasalahan finansial, pekerjaan, depresi hingga bullying. 

Situasi tersebut membuat mereka mulai membanding-bandingkan masalah antara satu sama lain. Mereka merasa masalah Anggun selaku tokoh termuda memiliki masalah yang lebih sepele dibandingkan ketiga tokoh lainnya yang lebih tua. 

Hingga pada akhirnya terjadi perdebatan yang cukup rumit diantara mereka dan keinginan untuk melakukan aksi bunuh diri muncul kembali. Keempat tokoh ingin dianggap masalah mereka sama beratnya sehingga terkesan layak untuk melakukan aksi bunuh diri. 

Namun ketika melakukan aksi bunuh diri, mereka kembali ke situasi seperti sebelum-sebelumnya. Mereka pasti kembali ke tempat yang sama ketika pertama kali bertemu, hingga mereka kelelahan dan merasa ada hal yang tidak beres. 

Pada akhirnya mereka berempat berada di situasi memberikan nasehat antara satu sama lain dan mulai menemukan makna hidup sesungguhnya. Penyampaian yang dilakukan secara beriringan menghasilkan empati bagi masing-masing tokoh. Bahkan secara tidak langsung masing-masing karakter sudah menjadi "urup" bagi karakter yang lain. 

Diadaptasi dari Film Jepang

Kembang Api merupakan hasil adaptasi dari film Jepang dengan judul 3 Feat Ball and Soul karya Yoshio Kato. Kedua film ini memiliki permasalahan yang sama antar tokoh sehingga menghasilkan keinginan untuk mengakhiri hidup. Latar yang digunakan kedua film ini juga sama mulai dari tampilan bola kembang api dan gudang tempat tokoh berkumpul. 

Meski banyak kemiripan, kedua film ini tetap memiliki beberapa perbedaan. Dalam versi jepang, keempat tokoh memiliki nama samaran yang digunakan dalam grup chat. Sedangkan dalam versi Indonesia, salah satu tokoh menggunakan nama asli. Dalam hal karakter juga terdapat perbedaan antara Anggun (versi Indonesia) dan Tsukiko (versi Jepang). Tsukiko terlihat sangat muram dan putus asa karena efek bullying yang diterima. Sedangkan Anggun memiliki sosok pembangkang dan ceria sehingga tidak telihat seperti korban bullying. 

Akhir dari film juga dibuat berbeda, dalam versi Jepang lebih difokuskan pada karakter Tsukiko. Kehidupan Tsukiko digambarkan lebih banyak bahkan sampai memiliki anak. Selain itu, keempat tokoh tersebut juga memutuskan tidak bertemu kembali setelah kejadian tersebut. Berbeda dengan versi Indonesia yang menceritakan akhir bahagia dari para tokoh dengan berkumpul bersama keluarga masing-masing. Bahkan mereka masih sering bertemu satu sama lain. 

Kelebihan Film

Kelebihan dari film ini adalah banyaknya wejangan dalam film ini sehingga sangat layak untuk dinikmati. Kutipan dalam bola kembang api di awal film cukup menarik perhatian yakni "Urip iku Urup" yang dalam bahasa jawa berarti hidup itu harus menyala. Sehingga film ini menjelaskan bahwa hidup itu harus terus menyala dan bunuh diri bukanlah sebuah solusi untuk lari dari permasalahan hidup.

Film ini dapat dijadikan sebagai wadah refleksi bagi para penontonnya agar dapat melihat sebuah permasalahan dari berbagai sudut pandang. Terdapat beragam langkah selain bunuh diri untuk mencari solusi dari sebuah masalah. 

Kekurangan Film

Kekurangan dari film ini adalah menampilkan kejadian yang sama dengan konsep time loops. Secara psikologis, akan membuat sebagian penonton merasa bosan. Terutama bagi penonton yang tidak memiliki concern dengan kesehatan mental. Lalu sekuens di akhir film juga terlalu panjang guna memastikan cerita dalam film tersebut bahagia bagi setiap tokoh utamanya. 

Kesimpulan

Melalui film ini, penonton dapat memahami bahwa masalah kesehatan mental dapat dialami oleh siapa saja tanpa mengenal usia. Secara keseluruhan, Kembang Api termasuk dalam film sederhana namun itulah yang menjadi kekuatan utamanya. Kesederhanaan ini yang memberikan kemudahan bagi penonton untuk memahami pesan yang ingin disampaikan. 

Penonton diajak bertanya ke diri sendiri seperti siapa yang paling berhak mengakhiri hidup? apa definisi dewasa dan bermental kuat dalam menghadapi masalah? apa arti keluarga? apakah dengan merasa memiliki masalah yang sangat berat lalu punya hak untuk bunuh diri?. Hal ini memberikan makna dan pesan yang luas bagi para penonton. Penasaran dengan film Kembang Api? Kalian bisa langsung akses filmnya di Netflix!. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun