Begitu pula, dengan memuja dan melayani Arca Vigraha Sri Krishna dibawah bimbingan guru kerohanian, pasti doa-doa pujian sang bhakta di dengar oleh Beliau. Makanan yang dia persembahkan kepada Arca Vigraha-Nya, pasti disantap dengan senang hati oleh Beliau. Dan pelayanan yang dilakukan kepada Arca Vigraha-Nya, pasti menyenangkan Beliau pribadi.
Analogi pilosofis tentang pemujaan Arca Vigraha dapat di analogikan bagai Anak kecil dungu berkata kepada Ayahnya,”Wah, ini kotak Pos tidak punya tangan dan kaki. Bagaimana ia bisa membawa surat ke tempat lain?”. Demikian juga mereka yang mencela pemujaan Arca Vigraha Tuhan sebagai pemujaan berhala dan kesesatan, tidak sadar bahwa dirinya sebodoh dan sedungu si Anak kecil itu ketika berkata,”Wah, ini patung adalah benda mati yang tidak bisa bergerak. Bagaimana mungkin ia bisa mendengar doa, menikmati hidangan dan merasakan layanan pemujanya?”. Seseorang hanya bisa mengerti bahwa Arca Vigraha Sri Krishna adalah Beliau sendiri hanya dengan melaksanakan proses bhakti: Arcanam. Seperti halnya anda bisa mengerti apa sebenarnya susu yang enak itu hanya dengan meminumnya, bukan dengan meraba, mencium ataupun melihatnya.
Sementara mencela pemujaan Arca Vigraha, orang-orang materialistik dan atheistik membuat gambar dan patung sang Pemimpin yang telah mati dan menghormatinya dalam setiap upacara kenegaraan. Penganut ajaran non-Vedik juga berkata bahwa Tuhan maha besar tidak terbayangkan dan tak terpikirkan, tetapi mereka selalu berkata bahwa dirinya bertemu dengan Tuhan setiap kali mereka sembahyang dan sungguh mencintai-Nya. Disamping itu semua praktek keagamaan non-Vedik juga menggunakan simbol-simbol tertentu yang secara sadar ataupun tidak di sadari adalah simbolisasi “perwujudan” dari Tuhan.
Artikel terkait:
1. Arca Vigraha 2. Hindu pemuja berhala (bagian 1) 3. Hindu pemuja berhala (bagian 2) 4. Orang Hindu memuja patung dan batu? 5. Apa beda Arca dengan Berhala?
Special Thanks to Haladara Prabhu that provided materials for this article.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H