Mohon tunggu...
Ngarai Adventure
Ngarai Adventure Mohon Tunggu... -

Petualangan dan Lingkungan

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Cerpen "Camp 4"

4 Mei 2013   21:22 Diperbarui: 24 Juni 2015   14:06 139
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

“Rencananya tadi gue mau cabut dari kantor jam tujuh kurang,” jelas Niko mengemukakan dasar pembenar pertama. “Waktu mindik-mindik gue ketahuan. Bos gue ternyata masih di kantor. Gue malah dikasih kerjaan baru.”

“Kalau nggak sanggup janji jam delapan, tinggal bilang jam sembilan. Beres, kan?” celetuk Yos tanpa mengalihkan perhatiannya dari laptop.

Sepanjang tujuh tahun persahabatan mereka, kata telat telah disempilkan Yos ke dalam nama tengah Niko: Nikolas “Telat” Purba. Itu pula yang membuat Yos terbiasa membawa bacaan tebal yang enteng kalau janji bertemu dengan Niko. Tapi setahun belakangan kondisinya sudah lebih baik dibandingkan awal-awal persahabatan mereka dulu, waktu Niko belum punya konsep tentang waktu. Dulu, Niko tak pernah memakai jam, dan waktu hanyalah apa yang mengalir di pikirannya. Justru aneh kalau Niko tepat janji, itu berarti terjadi kemunduran pada konsepnya tentang waktu – tapi sekaligus kemajuan pada karakternya menghargai waktu orang lain.

Niko baru setahun bekerja di sebuah law firm sebagai asisten pengacara – tapi Niko lebih suka menyebut dirinya junior lawyer. Kebiasaan disiplin janji meetingdengan klien-klien hukumnya telah membuat Niko sadar, waktu tidak bergulir secara tanpa batas. Waktu punya ukuran, dan segala yang punya ukuran dapat dinilai dengan harga. Sebagai calon pengacara sungguhan, waktunya telah mulai dihitung dengan dolar. Janji-janji dengan klien selalu diupayakannya tepat waktu demi atas nama  profesionalisme. Kecuali pada Yos, sahabat lamanya itu, kepadanya Niko masih menyisakan semiliar alasan untuk menjustifikasi dasar pembenar soal janji dan waktu yang sering diselewengkannya sesuka hati. Tapi dalam diam dan acuhnya Yos sudah pasti memafkan, sebesar dan sekecil apapun kesalahan Niko. Sahabat sejati selalu memaafkan, apalagi cuma gara-gara terlambat lima puluh menit.

Seorang pelayan wanita menghampiri meja mereka kemudian menyodorkan buku menu. Pelayan itu nampak tergesa-gesa. Meski sibuk karena terlalu banyak meja yang perlu dilayani, bibir pelayan wanita itu masih sempat dikembangkannya. Niko melakukan riset cepat buku menu dan ia memesan sirloin steak. Ketika menyerahkan kembali buku menu Niko menyempatkan diri melirikkan matanya ke arah pelayan itu, dan wajahnya, amboi! Kalau bukan keturunan India pastilah wanita itu berdarah Timur Tengah. Wajahnya panjang, melancip di dagu dan simetris sempurna. Ia memiliki mata coklat dan pipi yang bulat. Bibirnya merah dibuat-buat dan tebal seperti guling. Dorongan darah tiba-tiba menderas dalam tubuh Niko, mulai dari mata, turun ke dada, dan menyebar ke mana-mana. Dorongan itu memancing lirikannya dengan sapuan mata terakhir merabai pinggul wanita itu yang bulat vespa. Niko memesan sirloin steak.

“Dan minumnya?” tanya pelayan wanita itu.

Niko meminta lagi buku menunya dan membolak-balik buku itu, entah mencari apa, sebab pikirannya mulai kusut dan sedang kemana-mana.

“Menu standar kami untuk minuman adalah aneka milkshake,” jelas pelayan itu sambil setengah membungkuk.

“Mmmhhh… Ya, ya, ya, Boleh! Boleh! Milkshake!” pesan Niko.

“Milkshake apa?” tanya pelayan lagi.

“VANILA,” jawab Niko dengan liur yang nyaris menetes di ujung bibir. “MILKSHAKE VANILA!”

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun