Mohon tunggu...
Ngalor Ngidoel
Ngalor Ngidoel Mohon Tunggu... Freelancer - Travellers

Travelling Everywhere Anytime till you drop www.ngalorngidoel.com

Selanjutnya

Tutup

Trip Artikel Utama

Melongok Tempat Kelahiran Pancasila di Ende

1 Juni 2019   10:17 Diperbarui: 1 Juni 2019   14:37 449
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Hari ini, 1 Juni diperingati sebagai hari Pancasila, diambil dari naskah pidato Bung Karno di depan sidang BPUPKI tanggal 1 Juni 1945 yang berjudul Lahirnya Pancasila. 

Namun jauh sebelum peristiwa tersebut, Bung Karno rupanya sudah mempersiapkan teks Pancasila jauh-jauh hari ketika sedang dalam masa pembuangan di Ende.

Biola yang Menghibur Bung Karno (Dokumentasi pribadi)
Biola yang Menghibur Bung Karno (Dokumentasi pribadi)
Saya beruntung bisa menyempatkan diri mampir ke sebuah rumah yang pernah ditinggali Bung Karno semasa menjalani hukuman pengasingan di Ende. 

Rumah tersebut terletak tak jauh dari pelabuhan Ende di sebuah perkampungan penduduk biasa tepatnya di jalan Perwira. Bentuknya juga tak jauh berbeda dengan rumah-rumah penduduk lain di sekitarnya, namun sudah direnovasi untuk kepentingan musium.

Ruang Keluarga Berisi Koleksi Peninggalan Bung Karno (Dokumentasi pribadi)
Ruang Keluarga Berisi Koleksi Peninggalan Bung Karno (Dokumentasi pribadi)
Rumah ini terdiri dari ruang tamu dan ruang keluarga di bagian depan, dan di bagian tengah terdapat dua kamar tidur. Satu kamar tidur untuk Bung Karno dan istri, satu lagi untuk mertua dan anak angkat yang menyertai beliau selama di Ende. 

Di bagian belakang, terpisah dari rumah terdapat dapur dan kamar mandi serta sumur yang tidak terlalu dalam. Di rumah inilah Bung Karno tinggal selama 4 tahun sebelum dipindahkan ke Bengkulu dan bertemu dengan Ibu Fatmawati.

Ruang Tamu (Dokumentasi pribadi)
Ruang Tamu (Dokumentasi pribadi)

Tempat Tidur Bung Karno (Dokumentasi pribadi)
Tempat Tidur Bung Karno (Dokumentasi pribadi)
Di rumah ini tersimpan berbagai koleksi peninggalan Bung Karno selama di Ende, seperti piring keramik, lampu minyak, dulang dan alas kuningan, biola, hingga naskah tonil dan surat kawin serta surat cerai dengan Inggit Garnasih. 

Semua masih tersimpan rapi dalam lemari kaca yang terletak di ruang keluarga. Kemudian juga masih ada tempat tidur yang ditinggali Bung Karno beserta keluarga dan meja tamu yang masih asli dan terawat dengan baik. Untuk menjaga dari kerusakan, tempat tidur dan meja tamu tidak boleh disentuh oleh pengunjung.

Bagian Belakang Rumah dan Sumur (Dokumentasi pribadi)
Bagian Belakang Rumah dan Sumur (Dokumentasi pribadi)

Sumur di Bagian Belakang Rumah (Dokumentasi pribadi)
Sumur di Bagian Belakang Rumah (Dokumentasi pribadi)
Di halaman depan terdapat taman kecil yang asri serta patung Bung Karno dilindungi oleh pepohonan yang rindang. Di halaman belakang juga terdapat gazebo untuk berteduh di samping sumur, dengan taman di sekitarnya. Tidak terlalu luas memang, tapi cukup teduh dan nyaman untuk ditinggali beliau selama dalam masa pengasingan.

Pohon Sukun Tempat Kelahiran Pancasila (Dokumentasi pribadi)
Pohon Sukun Tempat Kelahiran Pancasila (Dokumentasi pribadi)
Tak jauh dari rumah tersebut terdapat taman di mana Bung Karno biasa merenung di sebuah pohon sukun, yang kemudian dinamai Taman Renungan Pancasila. Di bawah pohon inilah dari hasil perenungan Bung Karno melahirkan Pancasila yang kemudian diucapkan dalam sidang BPUPKI tersebut. 

Nilai-nilai luhur yang terkandung dalam Pancasila merupakan hasil pemikiran Bung Karno selama masa pembuangan di Ende dan tercetus di taman ini ketika sedang melamun, membayangkan kampung halaman beliau di pulau Jawa.

Penanda Kelahiran Pancasila di Bawah Pohon (Dokumentasi pribadi)
Penanda Kelahiran Pancasila di Bawah Pohon (Dokumentasi pribadi)
Sayangnya pohon sukun yang asli tumbang karena diterpa angin kencang. Sebagai gantinya pada tahun 1981 ditanami pohon sukun baru untuk menggantikan pohon yang tumbang tersebut. Namun bentuknya diupayakan mirip yaitu memiliki 5 cabang sesuai dengan sila-sila dalam Pancasila. 

Untuk mengenang masa perenungan tersebut dibuatkan sebuah kursi besar dengan patung Bung Karno sedang duduk di atasnya. Dulu di depan taman tersebut terhampar pemandangan pantai yang indah. Namun sekarang sudah tertutup oleh bangunan yang berada di sekitar pelabuhan.

Patung Kursi dan Bung Karno di Taman Renungan Pancasila (Dokpri)
Patung Kursi dan Bung Karno di Taman Renungan Pancasila (Dokpri)
Tamannya sendiri cukup luas dan rindang sehingga menjadi tempat rendezvous buat warga kota. Setiap sore tampak ramai warga yang sedang berolahraga dan bermain, kebetulan di samping taman terdapat lapangan besar yang bisa digunakan untuk bermain sepakbola. Walau Ende hanya kota kecil, namun menyimpan sejarah besar bagi kemerdekaan negeri ini.

* * * *

Bangsa yang besar adalah bangsa yang menghargai sejarah. Sejarah akan selalu berulang, tinggal apakah kita akan mengambil pelajaran darinya atau mengulang kesalahan yang sama.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun