Pancasila, diambil dari naskah pidato Bung Karno di depan sidang BPUPKI tanggal 1 Juni 1945 yang berjudul Lahirnya Pancasila.Â
Hari ini, 1 Juni diperingati sebagai hariNamun jauh sebelum peristiwa tersebut, Bung Karno rupanya sudah mempersiapkan teks Pancasila jauh-jauh hari ketika sedang dalam masa pembuangan di Ende.
Saya beruntung bisa menyempatkan diri mampir ke sebuah rumah yang pernah ditinggali Bung Karno semasa menjalani hukuman pengasingan di Ende.Â
Rumah tersebut terletak tak jauh dari pelabuhan Ende di sebuah perkampungan penduduk biasa tepatnya di jalan Perwira. Bentuknya juga tak jauh berbeda dengan rumah-rumah penduduk lain di sekitarnya, namun sudah direnovasi untuk kepentingan musium.
Rumah ini terdiri dari ruang tamu dan ruang keluarga di bagian depan, dan di bagian tengah terdapat dua kamar tidur. Satu kamar tidur untuk Bung Karno dan istri, satu lagi untuk mertua dan anak angkat yang menyertai beliau selama di Ende.Â
Di bagian belakang, terpisah dari rumah terdapat dapur dan kamar mandi serta sumur yang tidak terlalu dalam. Di rumah inilah Bung Karno tinggal selama 4 tahun sebelum dipindahkan ke Bengkulu dan bertemu dengan Ibu Fatmawati.
Di rumah ini tersimpan berbagai koleksi peninggalan Bung Karno selama di Ende, seperti piring keramik, lampu minyak, dulang dan alas kuningan, biola, hingga naskah tonil dan surat kawin serta surat cerai dengan Inggit Garnasih.Â
Semua masih tersimpan rapi dalam lemari kaca yang terletak di ruang keluarga. Kemudian juga masih ada tempat tidur yang ditinggali Bung Karno beserta keluarga dan meja tamu yang masih asli dan terawat dengan baik. Untuk menjaga dari kerusakan, tempat tidur dan meja tamu tidak boleh disentuh oleh pengunjung.
Di halaman depan terdapat taman kecil yang asri serta patung Bung Karno dilindungi oleh pepohonan yang rindang. Di halaman belakang juga terdapat gazebo untuk berteduh di samping sumur, dengan taman di sekitarnya. Tidak terlalu luas memang, tapi cukup teduh dan nyaman untuk ditinggali beliau selama dalam masa pengasingan.
Tak jauh dari rumah tersebut terdapat taman di mana Bung Karno biasa merenung di sebuah pohon sukun, yang kemudian dinamai Taman Renungan Pancasila. Di bawah pohon inilah dari hasil perenungan Bung Karno melahirkan Pancasila yang kemudian diucapkan dalam sidang BPUPKI tersebut.Â
Nilai-nilai luhur yang terkandung dalam Pancasila merupakan hasil pemikiran Bung Karno selama masa pembuangan di Ende dan tercetus di taman ini ketika sedang melamun, membayangkan kampung halaman beliau di pulau Jawa.
Sayangnya pohon sukun yang asli tumbang karena diterpa angin kencang. Sebagai gantinya pada tahun 1981 ditanami pohon sukun baru untuk menggantikan pohon yang tumbang tersebut. Namun bentuknya diupayakan mirip yaitu memiliki 5 cabang sesuai dengan sila-sila dalam Pancasila.Â
Untuk mengenang masa perenungan tersebut dibuatkan sebuah kursi besar dengan patung Bung Karno sedang duduk di atasnya. Dulu di depan taman tersebut terhampar pemandangan pantai yang indah. Namun sekarang sudah tertutup oleh bangunan yang berada di sekitar pelabuhan.
* * * *
Bangsa yang besar adalah bangsa yang menghargai sejarah. Sejarah akan selalu berulang, tinggal apakah kita akan mengambil pelajaran darinya atau mengulang kesalahan yang sama.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H