Sebagaimana terbaca dari judulnya, Gunawan menulis buku yang idenya adalah pengalaman hariannya. Namanya juga catatan harian, segala hal ia tulis. Pokoknya pengalaman hidup sehari-hari, mulai dari bertani, olah raga, membaca buku, bergaul dengan tetangga, dan segala hal yang ia alami dalam kehidupan sehari-hari.
Gunawan cukup rajin menulis dan mengolah catatan hariannya menjadi buku. Apa yang dialami oleh Gunawan juga kita alami. Bedanya, Gunawan menulis catatan harian, sementara kita tidak, atau paling tidak belum.
Perjalanan adalah sumber tulisan yang cukup subur. Saya menulis cukup banyak catatan terkait perjalanan ini, seperti https://www.kompasiana.com/ngainun-naim.berbagi/63aed5874addee34c66db4a2/yogyakarta-perjumpaan-dan-perjalanan, https://www.kompasiana.com/ngainun-naim.berbagi/63a9302b08a8b53e5d2b3d52/silaturrahmi-dan-ziarah-makam-kiai, https://www.spirit-literasi.id/2022/12/surabaya-sunan-bungkul-dan-jejak-ilmiah.html, dan masih banyak yang lainnya. Jadi tinggal memikirkan apa yang menarik untuk ditulis. Tentu bukan hanya memikirkan tetapi segera menindaklanjuti dalam tulisan.
Saya sering membaca bagaimana para penulis mencari ide. Simak saja di https://www.kompasiana.com. Di blog keroyokan tersebut berisi tulisan yang idenya sangat bervariasi. Saya tertarik, salah satunya, mengamati bagaimana para penulis mencari ide.
Ada sebuah tulisan tentang seorang penulis yang sengaja berjalan dari rumahnya menuju warung kopi yang jauhnya sekitar satu kilometer. Tentu bukan jarak yang dekat. Tujuan utamanya adalah mencari ide. Sepanjang jalan ia terus berpikir mau menulis tentang apa. Bahkan sampai pulang dari warung kopi ia terus berpikir dan belum mendapatkan ide.
Namun ide itu memang unik. Justru ketika beberapa saat sampai di rumah, ia mendapatkan ide. Ia pun menulis sebuah artikel yang kalau tidak salah bertema tentang warung kopi dan pencarian ide. Tema yang diangkat dari kisahnya mencari ide.
Ada yang sengaja naik sepeda berkeliling kampung. Sepanjang perjalanan ia mengamati jalanan dan lingkungan yang ia lewati. Tidak lupa mengambil gambar menarik. Pulangnya ia pun menulis tentang pengalaman perjalanan tersebut.
Kuliner adalah tema menulis yang tidak pernah habis. Ada yang menulis tentang tempat kuliner, menu tertentu, bahkan pengalaman memasak. Semua diulas secara menarik. Itu menunjukkan bahwa kuliner itu merupakan tema menulis yang jika diolah akan mampu menjadi tulisan yang memiliki daya tarik tersendiri.
Tulisan juga bisa lahir dari silaturrahmi. Pertemuan dengan seorang teman yang sengaja atau tidak sengaja bertemu. Kisah pertemuan, hikmah, dan hal-ikhwal pertemuan adalah ide yang menarik untuk dikembangkan menjadi tulisan.
Jika tidak memiliki ide, jadwalkan berkunjung ke rumah kawan atau kenalan. Pusatkan pikiran dan cermati aspek menarik apa saja yang bisa ditulis. Lewat cara semacam ini maka ide akan tumbuh dan berkembang. Sepulang dari kunjungan mulai merangkai dalam draft kasar, menuliskannya pelan-pelan, mengedit, dan jadilah sebuah tulisan.
Saya memiliki sebuah buku karya M. Faizi. Judulnya menarik, yaitu Ruang Kelas Berjalan, Catatan Perjalanan dari Terminal ke Terminal (Yogyakarta: Basabasi, 2018). Sebagaimana tercermin di judulnya, buku ini berisi catatan perjalanan penulisnya di banyak bus di Indonesia.