Mohon tunggu...
Ngainun Naim
Ngainun Naim Mohon Tunggu... Dosen - Dosen

Penulis buku JEJAK INTELEKTUAL TERSERAK (2023). Dosen UIN Sayyid Ali Rahmatullah Tulungagung Jawa Timur. Pengelola http://www.spirit-literasi.id. dan http://www.ngainun-naim.blogspot.com.

Selanjutnya

Tutup

Book Artikel Utama

Kisah Berburu Buku Para Penggila Buku

3 Januari 2023   21:05 Diperbarui: 9 Januari 2023   11:00 1520
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Toko buku. (Sumber: @UniqueBooks via kompas.com) 

Hal menggembirakan adalah saat menemukan buku yang telah lama ia cari. Ini semacam menemukan harta karun. Namun ujung perburuan buku adalah mendapatkan buku dari hasil perjuangan yang kadang tidak ringan. 

"Buku-buku tersebut saling melambai dan memperkenalkan diri. Ada yang tidak mendapatkan tanggapan, ada yang terpaksa ditinggal dan ada yang terpungut melalui negosiasi rumit", tulis Qibtiyatul Maisaroh di ujung catatan.

Hanputro Widyono menulis catatan dengan judul, "Hari Penghabisan Lelaki Pemanggul Kamus". Spirit yang diusung tulisan ini mirip dengan para penulis lainnya. Muara dari perburuan buku adalah memiliki buku yang bukan sekadar di pajang sebagaimana dilakukan oleh banyak orang tetapi dengan membacanya.

Perburuan terus ia lakukan. Kamar kosnya kini penuh sesak dengan buku. Namun ia terus berburu buku karena ia merasakan ada sesuatu berbeda yang tidak bisa diungkapkan.

Membeli buku memang lebih berdasarkan pertimbangan rasa senang dan kepemilikan uang, bukan berdasarkan pertimbangan waktu luang. Wajar jika penggila buku terus berburu buku. Apakah semua buku yang dimiliki telah terbaca? Tentu belum. Namun memiliki buku sendiri adalah investasi yang tidak bernilai.

Laila Sari menulis kisahnya dengan judul, "Buku Berjumpa Buku". Senafas dengan kawan-kawannya, ia berkisah dalam bahasa yang heroik. Ia melukiskan bagaimana saat masuk ke Blok M di bagian buku dengan "...langkah-langkah cemas kegirangan". 

Saya kira hanya pemburu buku saja yang bisa memiliki perasaan semacam ini. Mereka yang tidak suka buku akan berlalu begitu saja di tumpukan kios-kios yang menjajakan buku.

Bagi Laila Sari, belanja di Blok M berbeda dengan di toko buku. Hal ini disebabkan karena harga buku laiknya harga barang di pasar. Negoisasi harga bukan sekadar bagaimana sebuah kesepakatan diperoleh, tetapi negoisasi itu menunjukkan peran penjual buku sebagai pemegang otoritas tunggal.

Keputusannya menjadi penentu apakah buku akan bersama pembeli atau memisahkan. Pada muaranya Laila menulis dengan nada nano-nano, "Buku hadir bersama suka cita, kekecewaan, kesedihan, obrolan, tulisan, dan perjumpaan dengan buku-buku yang lain".

Na'imatur Rofiqoh menulis catatan dengan judul, "Mulut, Mata, Telinga, Tangan, dan Kaki yang Berhuruf". Judul ini secara jelas menunjukkan bagaimana penulisnya memiliki relasi intim dengan huruf. 

Uniknya, penulis catatan ini justru acapkali mendapatkan buku bagus tidak lewat pilihannya tetapi atas kebaikan kawan-kawannya. Sebagai penggila buku ia mendengar panggilan buku yang menggema di seantero lapak-lapak buku.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Book Selengkapnya
Lihat Book Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun