Ide biasanya menjadi persoalan bagi orang yang menulis. Namun tidak demikian dengan Kiai Ma'shum. Selalu saja ada hal baru yang beliau temukan lalu olah menjadi buku. Perspektif yang beliau tawarkan mencerahkan dan memberikan wawasan luas kepada para pembacanya.
Menggali Spirit Literasi
Kini beliau telah berpulang. Entahlah, rasanya sangat sulit untuk diungkapkan. Meskipun bukan orang yang sangat dekat dan interaksi dengan beliau didominasi dengan WA, saya merasakan betul kehilangan atas berpulangnya beliau.
Namun saya tidak boleh larut dalam kesedihan. Semua pasti akan menuju kematian. Hanya soal waktu saja. Justru karena itulah tumbuh spirit dalam diri saya untuk memanfaatkan waktu secara baik. Caranya dengan menggali spirit inspirasi Kiai Ma'shum.
Ya, saya ingin mengikuti jejak Kiai Ma'shum. Saya ingin memanfaatkan waktu yang ada dengan menulis. Tentu saya sesuaikan dengan kondisi saya.
Apa yang bisa saya lakukan? Menulis dan menulis. Dalam rancangan, tahun depan saya ingin menerbitkan beberapa buku. Tahun 2022 ini, meskipun kurang produktif, saya memiliki tabungan tulisan sederhana yang bisa diolah menjadi buku. Mungkin bisa dua atau tiga. Lumayanlah, walaupun catatan sederhana.
Saya juga memiliki dua naskah "agak serius" yang siap olah. Jika lancar, lima naskah buku tahun depan bisa masuk dapur penerbit. Soal terbitnya, itu dipengaruhi banyak faktor.
Saya sudah memilih literasi sebagai jalan hidup. Pilihan ini, sedikit banyak, juga dipengaruhi oleh Kiai Ma'shum. Sungguh saya berhutang ilmu kepada beliau. Untuk beliau, Al-Fatihah.
Tulungagung, 21-11-2022
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H