Mohon tunggu...
Ngainun Naim
Ngainun Naim Mohon Tunggu... Dosen - Dosen

Penulis buku JEJAK INTELEKTUAL TERSERAK (2023). Dosen UIN Sayyid Ali Rahmatullah Tulungagung Jawa Timur. Pengelola http://www.spirit-literasi.id. dan http://www.ngainun-naim.blogspot.com.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Di Bus Pun Belajar

12 Mei 2015   15:25 Diperbarui: 17 Juni 2015   07:07 43
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Oleh Ngainun Naim

Jarak antara rumah ke tempat kerja yang cukup jauh membuat saya lebih sering memilih naik bus untuk moda angkutan. Dibandingkan naik kendaraan sendiri, naik bus punya beberapa kelebihan. Selain lebih murah dan tidak capek, naik bus bisa memberikan banyak pelajaran berharga dalam hidup.

Dalam perjalanan, saya sering menemui beberapa siswa SMP dan SMA. Satu hal menarik yang saya amati adalah semangat belajar mereka. Ya, saat di bus pun saya sering melihat mereka masih membaca buku pelajaran. Ini merupakan sebuah pemandangan yang membuat saya senang dan optimis. Senang karena ada pelajar yang sedemikian tekun belajar. Dan optimis karena semakin banyak pelajar yang gigih belajar maka kemajuan masyarakat lebih cepat dapat diwujudkan.

Apakah mereka belajar karena malamnya tidak belajar? Ataukah mereka belajar karena akan ujian?

Saya lebih suka menggunakan sudut pandang positif. Mereka mau belajar saja sudah merupakan sesuatu yang positif. Soal mereka belajar karena alasan tertentu, itu bukan persoalan.

Belajar sesungguhnya berkaitan dengan tradisi. Membangun tradisi belajar itu tidak mudah. Dibutuhkan pembiasaan sedini mungkin agar belajar bisa menjadi bagian tidak terpisah dari aktivitas sehari-hari seorang pelajar.

Koran Jawa Pos edisi Jumat, 1 Mei 2015, memuat artikel Prof. Daniel M. Rosyid, Ph.D., guru besar ITS Surabaya. Artikel Prof. Daniel berjudul ”Merayakan Belajar”. Artikel Prof. Daniel menarik diulas dalam konteks membudayakan belajar.

Pada artikel tersebut, ada beberapa hal menarik yang diulas Prof. Daniel. Pertama, kita seharusnya fokus pada belajar. Belajar itu merupakan sarana menambah pengetahuan, memberdayakan potensi diri dan membuka pintu-pintu pengembangan diri. Dominasi persekolahan seyogyanya dikurangi. Belajar dapat dioptimalkan dengan memanfaatkan sumber-sumber belajar yang sekarang ini sudah tersedia luas. Belajar jangan hanya bergantung pada sekolah.

Kedua, memperkuat keluarga dan masyarakat dalam sistem persekolahan. Teladan orang tua, asupan gizi cukup, serta tunjangan ibu hamil dan menyusui akan menjadi pendidikan yang jauh lebih efektif daripada program pendidikan anak usia dini (PAUD).

Tentang semangat belajar, kita dapat belajar kepada Enong. Siapa dia? Dia seorang gadis desa, lugu, perempuan pertama yang memilih resiko menjadi buruh kuli timah di Tanjung Pandan, Bangka Belitung. Dia mungkin nyata, mungkin fiktif, mungkin perpaduan keduanya. Ya, dia adalah tokoh dalam novel Padang Bulan dan Cinta di Dalam Gelas karya Andrea Hirata.

Semangat belajar Enong tak tertandingi, khususnya belajar bahasa Inggris. Setiap ada kesempatan, setelah lelah menambang timah, ia membuka Kamus Bahasa Inggris Satu Miliar Kata peninggalan ayahnya. Ia selalu menemukan semangat luar biasa setiap membuka kamus itu. Ia menandai setiap kata asing yang belum diajarkan gurunya bahasa Inggris saat sekolah, Bu Nizam. Ia memang sudah lama tidak sekolah, tetapi kerinduannya akan pelajaran bahasa Inggris tidak berkurang seinci pun.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun