Wayang golek dahulu kala dipakai sebagai media komunikasi dan edukasi seperti penyuluhan. Akan tetapi saat ini media konvensional seperti wayang sudah lama ditinggalkan seiring dengan berkembang pesatnya Teknologi Informasi (TI).
Johnson and Johnson bekerjasama dengan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta hadir untuk mengedukasi masyarakat akan kesehatan menggunakan media wayang golek. Target utama dari edukasi ini adalah program Tuberkulosis (TB). Akan tetapi program TB tentunya memiliki banyak kolaborasi dengan program lain seperti HIV-AIDS, Diabetes Mellitus, dan Kesehatan Ibu dan Anak (KIA).
Kegiatan Panggung Kampung Sehat (PANGKAS) ini dilakukan beberapa titik di 6 kota dan kabupaten di DKI Jakarta. Tempat penyuluhan dan target peserta penyuluhan pun berbeda-beda, seperti di Ragunan, Taman Mini Indonesia Indah (TMII), berbagai RPTRA, museum, dan beberapa tempat hiburan lainnya. Temanya pun beragam antara kolaborasi TB dengan program lainnya.
Pagi ini (24/10/2017), berlokasi di Sasana Krida TMII diselenggarakan "Panggung Kampung Sehat Edukasi TB-HIV Menggunakan Wayang Golek di Jakarta Timur".
Di Jakarta Timur acara ini diadakan di enam tempat yaitu hari ini di TMII dengan tema TB-HIV dan besok (25/10/2017) di RPTRA Mustika Kramat Jati dengan tema TB Anak. Sebelumnya di Bulan September PANGKAS juga sudah dilakukan di 4 Puskesmas Kecamatan dengan tema TB anak yaitu di Pulogadung, Kramat Jati, Duren Sawit, dan RPTRA Rawabunga dengan target 100 siswa SD.
Acara pagi ini dihadiri oleh Kepala Dinas Pariwisata DKI Jakarta (DR. Tinia Budianti, MBA), Kepala Puskesmas Kecamatan Cipayung (diwakili oleh Kepala Satuan Pelayanan UKP dr. Sahruna), Kepala Seksi Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Suku Dinas Kesehatan Jakarta Timur (dr. Fiena Fithriah, MARS), Johnson and Johnson Indonesia (Uray), Aisyiyah Jakarta Timur, para kader TB dan PKK Kecamatan Cipayung dan Ciracas, dan pegawai di lingkungan TMII.
Turut hadir dr. Lia selaku narasumber penyuluhan TB-HIV dari Puskesmas Kecamatan Cipayung yang memberikan materi TB-HIV dengan sangat jelas, informatif, dan menarik. Sehingga banyak pertanyaan menarik bermunculan dari audience. Dr. Lia pun menjelaskan mengenai inovasi penemuan kasus TB yang dilakukan Puskesmas Cipayung di Tahun 2017 yang bertema: GErakan Terbebas dari TB "GET TB". Ada 7 inovasi yang masuk didalamnya yaitu:
1. AJES GET TB
Antar jemput sputum GET TB
2. Ponik GET TB
Poliklinik GET TB
3. SMS gateway GET TB
SMS reminder pengingat waktu berobat
4. MC GET TB
Mobile container sputum
5. KIE GET TB
Komunikasi, informasi, dan Edukasi GET TB. Pembuatan leaflet dan modifikasi buku untuk kader
6. KACER GET TB
Kader Cerdas GET TB
7. Linsek GET TB
Lintas Sektor GET TB
Kita ketahui bersama bahwa saat ini Indonesia menduduki peringkat kedua di dunia kasus TB terbanyak setelah India. Dilaporkan terdapat 1.020.000 kasus baru per tahun. Berdasarkan studi WHO tahun 2015, dalam 250 penduduk pasti ada 1 pasien TB. TB sudah sangat endemis di Indonesia. Di Jakarta Timur jumlah kasus TB baru yang ditemukan sebanyak 6315 pasien di bulan Januari s.d Juni 2017. Jumlah tersebut adalah yang terbanyak di DKI Jakarta.
TB menjadi komitmen global yang tertuang dalam Millenium Development Goals (MDGs), sekarang dilanjutkan dengan SDGs, RPJMN, dan RPJMD. DKI Jakarta sudah memiliki Peraturan Gubernur (Pergub) No. 15 Tahun 2016 tentang Penanggulangan TB yang dalam proses revisi dan Rencana Aksi Daerah (RAD) yang juga sebentar lagi akan selesai. TB juga masuk dalam Standar Pelayanan Minimal (SPM) bidang kesehatan (Permenkes No. 43 Tahun 2016).
Tidak akan selesai penggiat kesehatan memberantas TB di 2035 nanti jika tidak ada bantuan dari lintas sektor.
Saat ini TB bagaikan arisan di keluarga. Bergiliran saja sakitnya. Untuk memutus penularan diperlukan TOSS TB (Temukan TB dan obati sampai sembuh). Kita bersama-sama menuju gerakan masyarakat untuk penanggulangan TB. KPLDH dan kader kesehatan menjadi ujung tombak. Para RT dan RW diharapkan juga membantu membina warganya.
TB tak kunjung usai juga karena makin menjamurnya HIV. dimana pasien HIV sangat banyak yang tertular TB. Oleh karena itu kolaborasi TB-HIV harus selalu bergandengan dan sejalan.
Diharapkan 100% warga DKI diperiksa HIV dan tahu status HIV-nya sehingga target "Three Zeroes" dapat terwujud, yaitu zero HIV baru, zero kasus meninggal karena HIV, dan zero stigma di masyarakat.
Harapannya penanggulangan TB-HIV di Jakarta Timur akan berhasil berkat kerjasama lintas sektor yang baik di setiap level.
"Sehat dimulai dari diri sendiri dan keluarga. Jangan sampai kita sibuk mengobati, tapi malah lupa mencegah penyakit", ucap Ibu Kepala Dinas Pariwisata DKI Jakarta.
Beliau juga menambahkan bahwa kerjasama lintas sektor yang baik juga akan membantu menanggulangi TB, karena TB juga dapat mempengaruhi efek pariwisata di Indonesia. Beberapa negara menekankan untuk bebas TB sebagai syarat pengurusan visa. Saya berharap acara positif seperti ini akan terus ada dan berjalan untuk mengedukasi masyarakat tentang kesehatan.
"Harusnya anak-anak SD diundang nih nonton wayang golek, pasti senang dan ketawa-ketawa. Lebih mudah masuk ilmunya lagi", tutupnya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H