Bukannya desing motor bapaknya Honda C 70 yang masuk pekarangan rumahnya. Justru malah tukang ojek online, GRAB yang datang. Jaket yang seharusnya dikenakan itu seenaknya di sampirkan di bagian depan motornya. "Siapa yang gerangan mangil GRAB ini? Apa mungkin ibu memesan makanan, atau malah kakak mau pergi, entahlah" pikir Fina waktu itu.Â
Napas tukang ojek online itu terlihat ngos-ngosan. Dadanya naik turun seiring dengan tarikan napasnya. Peluhnya bercucuran dari dahinya. Sepertinya dia ingin menggatakan sesuatu yang sangat penting kepada Ibunya. Fina sendiri hanya bengong melihat kejangalan yang ada didepan mantannya.Â
"Bu, apa benar ini rumah kediaman Bapak Supardi?" Kalimat itu terbata-bata keluar dari mulut pengendara GRAB itu.Â
"Iya mas, Supardi itu suami saya. Ada apa ya?" selidik ibunya.Â
"Pak Supardi kecelakaan bu, korban tabrak lari. Sekarang lagi dilarikan ke Rumah Sakit." Fina ikut terperenjat mendengar apa yang dikatakan tukang ojek itu.Â
"Astaghfirullah gusti, terus sekarang gimana keadaan suami saya mas?" Paras Ibunya yang tadi terlihat bingung sekarang berubah drastis.Â
"Kondisinya kritis buk." Sekelebat tentang semua kemungkinan buruk kini bersarang di kepala Fina. Dia harus bersiap-siap untuk semua hal yang paling buruk.Â
"Jaga rumah Fan, Ibuk mau nemuin Bapak dirumah sakit." Kata Ibu Fina kepada kakaknya yang sedari tadi turut menyimak apa yang terjadi.Â
Fani adalah nama kakak Fina. Bapaknya dulu yang memberi kedua anaknya dengan awalan huruf "F". Entah apa artinya.Â
Fina turut diajak oleh Ibunya. Mereka mengonceng tukang ojek yang sedang tidak di jam kerja itu. Dia mendapatkan alamat rumah Pak Supardi dari KTP yang ada di dompetnya.Â
Sudah terlambat. Pak Supardi sudah menghembuskan napas terakhirnya saat masih berada dii ambulan. Dokter hanya bisa berusaha memberikan kejutan jantung dengan Defibilator. Mencoba untuk memulihkan detak jantung Pak Supardi. Namun dokter hanya sebagai perantara. Sejatinya yang mempunyai kehidupan hanyalah tuhan semata. Pak Supardi sudah dipanggil menghadap sang kuasa. Fina dan Ibunya hanya bisa menghadapi fakta yang ada.Â