Sesuai dengan tata krama/etika yang berlaku di Puri Agung ini bahwa setiap tamu yang berkunjung ke puri harus mengenakan busana adat Bali,saya dan rombongan pun harus mengenakan busana adat Bali." Kalau bukan kita yang melestarikan budaya kita sendiri,siapa lagi mas?",kata ibu yang membantu saya mengenakan busana adat Bali."Seperti di Jogja juga begitu ibu,kalau mau masuk ke lingkungan dalam Keraton Jogja juga harus memakai pakaian adat Jawa",jawabku.
Kursi kursi sudah dipersiapkan di pinggir halaman puri.Tak berapa lama minuman ucapan selamat datang mulai disuguhkan.Kalau ditempat lain minuman selamat datang ini biasanya teh panas atau air putih,di Puri Agung Peliatan ini minumannya adalah air kelapa gading berwarna kuning yang masih murni lengkap dengan batok kelapanya.Ternyata kelapa gading kuning ini bagi masyarakat Bali mengandung arti sebagai air kehidupan.Selain sebagai suguhan para tamu yang berkunjung ke Puri,kelapa gading kuning juga digunakan dalam upacara adat dan keagamaan.
Setelah semua anggota rombongan memakai pakaian adat Bali,kami dipersilahkan menuju ke dalam pendopo.Dengan beralaskan karpet warna hijau,serta telah disiapkan sajian jajanan kecil yang tersaji diatas nampan yang terbuat dari anyaman bambu,saya dan rombongan memilih sendiri tempat duduk yang disukai.Tak berapa lama,seorang ibu membawa teko berisi kopi dan teh dan menuangkannya ke dalam cangkir yang telah ada di nampan tersebut.Pengunjung bisa memilih minuman teh atau kopi yang akan dituangkan kedalam cangkir tersebut.
Akhirnya yang dinanti nanti datang juga.Seorang anak laki laki berumur sekitar 8 tahunan menaiki tangga dan segera menari dihadapan kami.Gerakannya lincah khas gerakan tarian Bali.Gerakan mata dan tangan mendominasi dari tari yang dimainkan oleh anak laki laki tersebut.Sekitar 5 menitan menari sendirian,bergabunglah 2 anak perempuan dengan menggunakan kebaya khas Bali.Kolaborasi 3 anak penari ini menghasilkan pertunjukan yang sedap dipandang mata.
Saya dan teman-teman yang duduk laksana tamu kerajaan tidak ada yang bergeming dalam menyaksikan pertunjukan tari Legong yang dibawakan 3 anak kecil tersebut.Seperti menghayati makna yang terkandung dalam tari Legong tersebut.Waktu 20 menit yang disediakan untuk menyaksikan pertunjukan tari tersebut terasa hanya sekedipan mata saja.Terlalu sebentar....
3 orang anak kecil tersebut ternyata merupakan anggota keluarga Puri Agung,keterangan ini saya dapatkan dari ibu yang melepas kembali pakaian adat Bali setelah kami serombongan selesai menonton pertunjukan tari tersebut. Sayangnya waktu pertunjukkan tersebut anak anak penari tidak memakai pakaian yang memang dikhususkan untuk menari tari Legong ini.Tapi tetap saja enak dipandang mata
Semoga saja suatu saat anak anak tersebut kala menginjak usai dewasa tetap mau dan mampu melestarikan budaya tari Bali yang eksotik.Proses regenerasi penari yang harus didukung semua pihak dikala jaman yang tergerus arus modernisasi.
Kesimpulan
Bangunan candi candi yang berada di tanah Jawa yang dulunya diseklilingnya dilengkapi dengan tempat tinggal atau komunitas masih dapat kita temui di masyarakat Bali.Puri yang berfungsi sebagai tempat tinggal keluarga bangsawan pun dilengkapi dengan tempat peribadatan serta tempat untuk menyimpan segala perlengkapan.Di komplek Candi Dieng serta Candi Cetho pun dapat kita temui hal hal tersebut.Sebelum memasuki komplek Candi Arjuna,terdapat Komplek Dharmasala namanya yang merupakan tempat para brahmana mengabdikan hidup mereka, juga sebagai tempat menyambut tamu.Saat ini fondasi fondasi yang merupakan tempat tinggal para brahmana tersebut masih dapat kita temukan di sana.Di Candi Cetho pun,sebelum menuju ke puncak candi terdapat bangunan bangunan yang fungsinya juga sebagai tempat tinggal para brahmana.Ada rentetan peristiwa sejarah yang menyambung antara Cetho,Dieng dan Bali.
Salah satu ciri budaya yang melekat dalam kehidupan masyarakat Bali adalah bunga dan dupa.Di Cetho dan Dieng pun masih bisa kita temukan kedua benda sakral tersebut.Begitu kaya negara Indonesia ini dengan budaya,sejarah,adat isitadat serta alamnya yang tiada duanya di dunia ini. Kewajiban kita sebagai generasi penerus untuk melestarikannya agar tidak punah di makan derasnya arus modernisasi maupun diklaim oleh pihak asing.