Mohon tunggu...
Dwi Suparno
Dwi Suparno Mohon Tunggu... Administrasi - Pejuang Receh

Kuli pabri..Bisa ditemui di nfkaafi@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Artikel Utama

Indahnya Cetho, Dieng serta Tari Legong Bali

5 November 2014   14:58 Diperbarui: 17 Juni 2015   18:35 93
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Trip to Candi Dieng, Menguak Mahakarya Dinasti Sanjaya

Berlibur ke Dieng ini awalnya berasal dari tawaran istri saya bersama teman-teman sekantornya yang ingin sekali-kali mengajak berlibur bersama sekeluarga.Maklum sebagai pekerja pabrik waktu untuk berlibur hampir terabaikan karena tersita rutinitas pekerjaan di kantor.Setelah beberapa hari berembug mematangkan rencana piknik bersama tersebut,diputuskan untuk menghemat pengeluaran kami serombongan menyewa mobil dengan tanpa sopir. Segera mengontak beberapa rental mobil yang ada di kota Jogja,karena dirasa ongkos sewanya terlalu tinggi akhirnya hanya sekedar tanya harga saja.Mendekati hari H,Mas Adi memberi kabar kalau ada mbil saudaranya yang bisa dipinjam dengan ongkos yang dibawah harga pasar,harga teman katanya.Asyikkk...

Setelah mendapatkan kepastian mobil yang akan ditumpanginya serta besarnya iuran dana yang ditanggung,akhirnya tanggal 6 Sepetember 2014 di hari Sabtu,kami berombongan yang terdiri 5 penumpang dewasa serta 4 penumpang anak anak dengan menumpang minivan sejuta umat "Avanza" meluncurlah menuju ke Dieng.Saya dan keluarga yang kebetulan berdomisili di Timur,tepatnya di Piyungan (pasti pada tahu Piyungan khan,sudah terkenal lho jadi nama situs fenomenal di dunia maya),Kami sekeluarga harus bangun pagi-pagi sekali.Jam 06.00 WIB mobil sewaan tersebut sudah menghampiri di rumah dengan mas Adi sendiri sopirnya,dilanjutkan menuju ke daerah Minomartani menjemput Pak Andri sekeluarga.Walaupun diwarnai dengan insiden kesasar,akhirnya jam 06.30 sampai juga di kediaman Pak Andri ini.Dan sudah ditunggu di depan jalan masuk menuju ke rumahnya.

"Ini saya buatkan kentang goreng buat camilan di jalan" kata istrinya mas Andri.Asyik, pagi pagi langsung diberi camilan yang renyah,bathinku.

Setelah semua perbekalan dimasukkan ke mobil,segera kami serombongan menunju ke daerah Pakem. Dengan melewati daerah Plosokuning,terus menuju ke Ngaglik sampailah di jalan Kaliurang. Kondisi lalulintas pagi itu di jalan Kaliurang mulai dari km 10 hingga km 17 sangat lancar mungkin karena hari Sabtu.Sekitar 30 menit kemudian,sampailah kami serombongan di Pakem,menemui Pak Ganjar sekeluarga yang merupakan peserta terakhir Trip to Dieng ini sekaligus merangkap sebagai sopir rombongan.

Tepat jam 07.15 WIB,rombongan bergerak menuju Dieng.Menyusuri jalan Pakem-Turi hingga sampai di jalan Magelang dan bergerak menuju ke arah Magelang.Dengan mengambil rute Magelang kota-Secang-Temanggung dan eng ing eng..rutenya berubah melewati jalanan pedesaan yang masih cukup asing.Oh ya diantara semua penumpang ini semuanya belum pernah berwisata ke Dieng. Jadi rute perjalanan menuju Dieng ini hanya mengandalkan bantuan dari Google Maps. Bisa ditebak khan,bagaimana Google Maps memperkirakan rute ke Diengnya. Ya,aplikasi Google Maps akan menampilkan rute perjalanan terpendek menuju ke Dieng.Walaupun ada pilihan rute lainnya yang lebih panjang. Itu juga yang saya alami beserta rombongan dalam perjalanan menuju ke Dieng.Dan itu dibuktikan di perjalanan ada rombongan sekeluarga yang menaiki mobil LGCC yang tidak kuat menanjak.Sepertinya rombongan tersebut juga mengikuti petunjuk dari Google Maps.

Selepas kota Temanggung yang kanan kirinya berjejer tanaman tembakau,arah mobil berbelok menuju ke arah perbukitan dengan kondisi jalanan yang bergelombang.Kadang kadang harus berpapasan dengan mobil dari arah depan yang membawa berbagai macam panen sayur mayur.Tidak berapa lama kondisi jalan sudah menyempit dan mulai menanjak disertai dengan tikungan tajam.Beberapa kali mobil harus mengalah untuk memberi kesempatan mobil pembawa sayur mayur dari arah depan lewat terlebih dahulu.Dengan jalan yang sempit serta di bahu kanan jalan adalah jurang,denyut jantung penumpang mobil Avanza tersebut semakin berdenyut dengan kencang.Tidak ada celotehan bernada sendau gurau selama melewati jalan asing tersebut.Salah perhitungan bisa bisa mobil ambles terjun ke jurang.Untungnya pak sopir kita cukup terampil dan cekatan dalam mengendarai mobil Avanza tersebut.Trims pak Ganjar...

Setelah melewati rute jalan pintas yang membuat degup jantung berdebar debar akhirnya sampailah kita di jalan yang semestinya kita tempuh.Dengan kualitas jalan yang bagus perjalanan menuju ke Dieng terasa lebih nyaman dan tidak membuat deg degan lagi.Setelah melewati gapura selamat datang di Dieng Plateu,kami serombongan tiba di pintu masuk obyek wisata Dieng Plateu.Seorang bapak-bapak menghampiri kami dan menghitung berapa jumlah penumpangnya.Setelah itu beliau menyampaikan berapa ongkos tiket masuknya.Ada yang aneh sebenarnya pada ongkos masuk ke wisata Dieng Plateu ini.Sebenarnya ongkos masuknya untuk satu paket (tiket ke Dieng Theatre,Komplek candi Arjuna serta ke kawah Sikidang) adalah 18 ribu per orang.Dengan penumpang 7 orang dewasa kita membayar 126 ribu, harusnya kita mendapatkan 7 tiket tapi nyatanya kita hanya mendapatkan 5 tiket saja dengan embel embel tulisan di lembar tiket pertama untuk 7 orang.Modus baru nih....

Sayangnya bukti tiket tersebut tidak saya dokumentasikan sebagai barang bukti.

Tujuan pertama setelah lepas dari pintu masuk wisata Dieng adalah menuju ke Dieng Plateu Theater.Di pelataran Dieng Plateu Theater kita bisa menjumpai para pedagang yang menjajakan dagangannya.Ada jamur tiram krispy,kentang goreng,tempe kemul serta makanan instant.Sambil menunggu jadwal pemutaran filmnya,kita bisa menikmati kuliner camilan khas Dieng tersebut.

Sebelum menonton film tentang sejarah Dieng hingga terjadinya tragedi Gas Beracun di kawah Sinila,saya dan rombongan menyempatkan diri menaiki bukit yang berada persis di depan gedung Dieng Plateu Theater. Bukit Batu Pandang namanya.Untuk sampai di puncak bukit tersebut,kita harus melewati hutan pinus serta jalan setapak yang menanjak.Mendekati puncak Bukit Batu Pandang,kita harus membayar tiket masuknya,hanya 3 ribu saja per orang.Untuk menarik pengunjung pengelola Bukit Batu Pandang pun memutar lagu lagu tradisional jawa yang lagi ngetrend saat ini lewat pengeras suara yang diletakkan di atas bukit.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun