Mohon tunggu...
Dwi Suparno
Dwi Suparno Mohon Tunggu... Administrasi - Pejuang Receh

Kuli pabri..Bisa ditemui di nfkaafi@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Artikel Utama

Indahnya Cetho, Dieng serta Tari Legong Bali

5 November 2014   14:58 Diperbarui: 17 Juni 2015   18:35 93
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Selepas melewati Karangpandan,jalanan mulai menanjak.Kiri kanan jalan terhampar luas kebun teh serta kebun sayur milik penduduk sekitar.Sejuknya udara pegunungan mulai terasa...

Trek jalanan yang berliku-liku ditambah adanya tanjakan yang "menantang" menambah andrenalin perjalanan rombongan kompasinaer tersebut semakin bertambah menarik.Semakin mendekati ke lokasi Candi Cetho,jalanan semakin terjal dan semakin menanjak.Dibutuhkan kendaraan yang benar benar prima untuk menuju ke Candi Cetho.Jangan coba-coba menggunakan kendaraan ber-cc kecil atau bertransmisi automatis dengan penumpang banyak,dijamin tidak akan sampai di pelataran depan pintu masuk Candi Cetho.Contohnya saja ada salah satu mobil rombongan kami yang bertransmisi automatis yang harus berhenti di belokan awal tanjakan di depan gerbang Candi Cetho yang memang tanjakannya cukup tajam,para penumpangnya pun harus turun dan jalan kaki mendaki.

Tepat jam 10.00 WIB,saya dan rombongan tiba dengan selamat di Candi Cetho.Udara dingin segera menyergap siapa saja yang berada di Candi Cetho tersebut.Walaupun jarum jam menunjukkan pukul 10.00 WIB,serta masih berada di musim kemarau,suasana di Candi Cetho tiada hari tanpa adanya kabut.Silih berganti kabut datang menyambut kedatangan pengunjung di Candi Cetho ini. Sangat romantis dan eksotis sekali suasananya waktu itu....

Saat tiba di komplek Candi Cetho,kita akan disambut dengan gapura yang menjulang tinggi hingga ke awan yang identik dengan gapura yang ada di Pulau Dewata.

Setelah memasuki gapura pertama,kita akan disambut dengan arca memanjang yang "unik" dan tidak biasa.Arca burung garuda dan arca kura-kura yang diwujudkan dengan susunan batu membentang diatas tanah membentuk kontur burung yang sedang mengepakkan sayapnya.Yang unik di ujung arca Garuda tersebut,tepat didepan kita,terdapat arca phallus (kelamin laki-laki) yang bersentuhan dengan arca berbentuk kelamin perempuan.Eksotik sekali penggambarannya...

Maksud dari penggambaran simbol kedua alat kelamin tersebut adalah sebagai lambang penciptaan atau kelahiran kembali setelah dibebaskan dari kutukan.Masih ingat khan tentang cerita Garudeya diatas..

Dikanan kiri areal candi terdapat pendopo yang masih dipergunakan untuk upacara bagi penganut agama Hindu.Jadi tidak heran bila aroma dupa menyeruak di sekitar area Candi Cetho ini.

Pendopo di kanan kiri Candi Cetho (dok.pri)

Masih di sekitar komplek Candi Cetho ini masih ada candi lainnya yaitu Candi Kethek atau Candi Monyet yang letaknya 250 meter dari Candi Cetho.Selain itu di areal belakang Candi Cetho terdapat Puri Taman Saraswati yang didalamnya terdapat patung Dewi Saraswati,pura serta sebuah sendang yang airnya terasa nyesss dinginnya. Di komplek Candi Cetho inipun bila pas kondisi cuaca cerah, tidak ada kabut,kita bisa melihat pemandangan jejeran gunung di tanah Jawa mulai dari Gunung Merapi,Gunung Merbabu,Gunung Sindoro serta Gunung Sumbing.Selain itu sudut kota Solo serta kota Karanganyar kita bisa melihatnya.

Bagi yang mau mengunjungi Candi Cetho,datanglah pas musim kemarau walaupun tidak menjamin kabut tidak datang setidaknya kita bisa menikmati sepuasnya panorama serta keindahan alam di sekeliling Candi Cetho tanpa terhalang datangnya hujan.Gunakan kendaraan yang bermesin prima. Oh,ya harga tiket masuk ke Candi Cetho sangat murah sekali,hanya 3 ribu rupiah saja.

Mengunjungi komplek Candi Cetho terasa lain auranya dibandingkan bila kita mengunjungi candi-candi yang lebih terkenal dan lebih kondang seperti Candi Prambanan maupun Candi Borobudur.Keunikan dan eksotisme Candi Cetho menjadi kelebihan yang belum ada duanya ditambah ornamen penggambaran tentang awal proses kelahiran membuktikan nenek moyang kita dulu sudah menerapkan budaya dan etika yang adiluhung.Pemilihan lokasi di lereng Gunung Lawu yang suasananya sepi,berudara sejuk serta selalu berselimutkan kabut tentu mengandung makna mengapa Candi Cetho dibangun di tempat tersebut.Sangat disayangkan bila segala keunggulan Candi Cetho ini belum dikembangkan potensi pariwisatanya oleh Pemerintah Daerah setempat.Dengan konsep wisata alam dan budaya,Candi Cetho layak diangkat dan dipromosikan lebih gencar lagi ke segala penjuru dunia. Hanya ada di Indonesia...

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun