Semakin kesini, semakin sering kita menyaksikan cerita-cerita di media sosial yang menyoroti kerapuhan mental Generasi Z.Â
Generasi Z tumbuh dalam era dimana teknologi berkembang pesat, memainkan peran besar dalam membentuk persepsi diri dan identitas mereka.
Namun, semakin terhubung dengan dunia digital, semakin terasa kesendirian dan kebingungan mereka dalam mencari jati diri.Â
Banyak dari mereka yang merasa tidak puas dengan keadaan saat ini, bahkan ada yang merasa kehilangan makna dalam hidup mereka.Â
Keraguan, kebingungan, dan rasa kehilangan arah mewarnai perjalanan mereka dalam menemukan jati diri, bahkan beberapa merasa hidup tidak lagi memiliki arti.Â
Hal ini harus ditanggapi dengan serius, karena perasaan kebingungan, putus asa, dan hilang arah atau tujuan dapat menambah tekanan emosional, bahkan menyebabkan pikiran atau tindakan bunuh diri.
Hal ini menunjukkan bahwa krisis identitas bukan hanya masalah individu, tetapi juga fenomena sosial yang perlu dikaji dan diatasi secara serius.
Krisis identitas ini seringkali bermula dari paparan konstan terhadap konten media sosial yang menampilkan kesempurnaan dan pencapaian orang lain.Â
Perbandingan sosial ini memicu rasa tidak puas dan keraguan akan kemampuan diri sendiri, bahkan mempertanyakan tujuan hidup dan artinya. Padahal setiap dari kita memiliki jalan dan proses yang berbeda-beda.Â
Hal penting yang harus diingat adalah proses. Proses dan setiap pembelajaran hidup sangat berarti. Terkadang kita terlalu banyak membandingkan diri dengan orang lain dan melupakan peran kita dalam hidup.