Mohon tunggu...
Neza Faqiyah Almah
Neza Faqiyah Almah Mohon Tunggu... Administrasi - Mahasiswi

Seorang mahasiswi jurusan Sistem Informasi

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Menyuarakan All Eyes On Papua Karna Keterkaitan Nilai Pancasila Sebagai Ideologi Negara

10 Juni 2024   19:39 Diperbarui: 10 Juni 2024   20:17 202
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Isu Papua kembali mengemuka karena rentetan peristiwa konflik bersenjata, pelanggaran HAM, serta kesenjangan sosial dan ekonomi yang masih terjadi.

Penting untuk dibahas karena Papua merupakan bagian integral dari Indonesia dan setiap warga negara berhak mendapatkan keadilan, perdamaian, dan kesejahteraan.

Kutipan TEMPO.CO, Jakarta - Setelah ramai tagar All Eyes on Rafah, kini media sosial diramaikan dengan unggahan All Eyes on Papua. Penjelasan mengenai, apa itu All Eyes on Papua?

Tagar All Eyes on Papua menjadi populer sebagai bentuk dukungan terhadap masyarakat Papua yang tengah berjuang menolak pembangunan perkebunan sawit di wilayah mereka.

Ungkapan "All Eyes On Papua" mempunyai arti penting dalam konteks Pancasila, landasan filosofis persatuan dan keberagaman Indonesia[1]. Ungkapan yang berarti "semua mata tertuju pada Papua" ini melambangkan perhatian dan kesadaran yang diarahkan terhadap tantangan yang dihadapi wilayah ini, khususnya yang berkaitan dengan masyarakat adat dan tanah adatnya[2]. Seruan agar semua perhatian terhadap Papua menandakan tanggung jawab kolektif untuk mengatasi masalah ini dan mengupayakan solusi yang sejalan dengan nilai-nilai inti Pancasila, dengan menekankan prinsip-prinsip seperti: - Keadilan sosial - Bhinneka Tunggal Ika - Demokrasi - Konsultasi dan pembangunan konsensus Pancasila berfungsi sebagai pedoman untuk menavigasi kompleksitas situasi di Papua dan menjunjung tinggi hak dan martabat setiap individu[3].

Prinsip-prinsip Pancasila sangat relevan dengan permasalahan yang ada di Papua, menawarkan kerangka kerja yang dapat mengatasi dan menyelesaikan tantangan-tantangan tersebut[4]. Dengan berpegang teguh pada nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila, seperti keadilan, demokrasi, dan persatuan, maka dapat dilakukan upaya untuk menumbuhkan inklusivitas, menghargai keberagaman, dan pembangunan berkelanjutan di kawasan. Seruan penanaman nilai-nilai Pancasila pada anak bangsa menekankan pentingnya penanaman landasan etika yang kuat yang berakar pada sikap saling menghargai dan memahami. Pendekatan ini tidak hanya mengakui kompleksitas sejarah dan keluhan di Papua namun juga membuka jalan bagi rekonsiliasi sejati dan kemajuan menuju masa depan yang harmonis dan sejahtera bagi semua orang[6].

Berikut uraian ringkas nilai-nilai luhur Pancasila dan relevansinya dengan "All Eyes On Papua":

1. Ketuhanan Yang Maha Esa:

Nilai Luhur: Menghormati kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa dengan cara menjalankan perintah agama dan menghormati antarumat beragama.

Relevansi dengan "All Eyes On Papua": Menjamin kebebasan beragama bagi seluruh masyarakat Papua tanpa terkecuali, mencegah terjadinya diskriminasi dan intoleransi atas nama agama, serta mengedepankan dialog antar tokoh agama dalam menyelesaikan konflik.

2. Kemanusiaan yang Adil dan Beradab:

Nilai Luhur: Menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan, mengakui persamaan derajat, hak, dan kewajiban setiap manusia tanpa membeda-bedakan.

Relevansi dengan "All Eyes On Papua": Memastikan penegakan HAM di tanah Papua, menghentikan segala bentuk kekerasan dan diskriminasi, serta memperlakukan masyarakat Papua secara adil dan bermartabat.

3. Persatuan Indonesia:

Nilai Luhur: Mengutamakan kepentingan bangsa dan negara, menjaga persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia.

Relevansi dengan "All Eyes On Papua": Memperkuat persaudaraan antar sesama anak bangsa, merangkul masyarakat Papua dalam bingkai NKRI, serta menyelesaikan konflik dengan pendekatan persuasif dan damai.

4. Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan/Perwakilan:

Nilai Luhur: Mengutamakan musyawarah untuk mencapai mufakat dalam pengambilan keputusan, menghormati aspirasi dan suara rakyat, serta mengutamakan kepentingan bersama di atas kepentingan pribadi atau golongan.

Relevansi dengan "All Eyes On Papua": "All Eyes On Papua" menuntut adanya dialog yang inklusif dan partisipatif dalam menyelesaikan berbagai permasalahan di Papua. Penerapan sila ke-4 di Papua berarti:

Melibatkan masyarakat Papua dalam pengambilan keputusan: Memberikan ruang bagi masyarakat Papua untuk menyampaikan aspirasi, kebutuhan, dan solusi terkait pembangunan dan penyelesaian konflik di tanah mereka.

Mengedepankan dialog dan musyawarah: Mencari solusi damai dan bermartabat melalui dialog yang melibatkan seluruh elemen masyarakat Papua, termasuk tokoh adat, agama, pemuda, dan perempuan.

Menghormati kearifan lokal: Mengintegrasikan nilai-nilai kearifan lokal Papua dalam proses pengambilan keputusan dan penyelesaian konflik.

5. Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia:

Nilai Luhur: Mewujudkan keadilan sosial yang merata bagi seluruh rakyat Indonesia, tanpa terkecuali. Hal ini mencakup pemerataan kesejahteraan, akses pendidikan, kesehatan, dan kesempatan ekonomi.

Relevansi dengan "All Eyes On Papua": "All Eyes on Papua" menuntut adanya perhatian dan tindakan nyata untuk mengatasi kesenjangan dan ketidakadilan yang dialami masyarakat Papua. Penerapan sila ke-5 di Papua berarti:

Memastikan pemerataan pembangunan: Tidak hanya terpusat di kota-kota besar, tetapi juga menjangkau wilayah terpencil di Papua.

Meningkatkan akses terhadap layanan publik: Memperbaiki akses masyarakat Papua terhadap pendidikan, kesehatan, dan infrastruktur dasar.

Mengembangkan potensi ekonomi lokal: Memberdayakan masyarakat Papua dengan memberikan kesempatan dan dukungan untuk mengembangkan usaha dan meningkatkan taraf hidup.

Melestarikan lingkungan dan budaya: Memastikan pembangunan di Papua dilakukan dengan memperhatikan kelestarian lingkungan dan menghormati kearifan lokal.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun