Mohon tunggu...
Abdul Haris
Abdul Haris Mohon Tunggu... Freelancer - Penulis otodidak

Pembelajar otodidak yang gemar membaca, suka olahraga jalan kaki, dan bekerja online dari rumah.

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Mengenali Ulama Pewaris Nabi (Warasatul Anbiya) yang memiliki keilmuan dan integritas yang benar

2 Februari 2025   11:56 Diperbarui: 2 Februari 2025   11:56 33
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ulama Pewaris Nabi mewariskan ilmu (sumber: Pinterest, ilustrasi AI) 

Di era digital dan kemajuan media sosial, semakin banyak figur yang mengaku sebagai pemuka agama, menawarkan bimbingan spiritual, dan mengadakan kegiatan keagamaan. Namun, di tengah maraknya dakwah, masyarakat perlu lebih selektif dalam memilih guru agama agar tidak terjebak dalam praktik yang kurang sesuai dengan nilai-nilai Islam.

Islam mengajarkan bahwa para ulama adalah pewaris nabi (warasatul anbiya) yang bertugas menyebarkan ilmu dengan penuh amanah. Oleh karena itu, penting bagi masyarakat untuk memahami ciri-ciri pemuka agama yang memiliki keilmuan dan integritas yang benar.

Siapa Ulama Pewaris Nabi (Warasatul Anbiya)?

Rasulullah ï·º bersabda:

"Sesungguhnya para ulama itu adalah pewaris para nabi. Dan sesungguhnya para nabi tidak mewariskan dinar atau dirham, tetapi mereka mewariskan ilmu. Maka siapa yang mengambilnya, ia telah mengambil bagian yang banyak." (HR. Abu Dawud & Tirmidzi)

Hadis ini menegaskan bahwa ulama sejati bukanlah mereka yang mengejar keuntungan duniawi, tetapi mereka yang mengabdikan hidupnya untuk menyebarkan ilmu yang benar berdasarkan Al-Qur’an dan Sunnah.

Ciri-Ciri Ulama yang Berintegritas:

Memiliki Keilmuan yang Jelas – Belajar dari guru yang bersanad hingga Rasulullah ﷺ dan memiliki pemahaman yang mendalam terhadap Islam.

Mengajarkan Islam Sesuai Al-Qur’an dan Sunnah – Tidak mencampurkan ajaran Islam dengan hal-hal yang tidak memiliki dasar syariat.

Menjaga Amanah Ilmu – Tidak menggunakan agama sebagai alat untuk kepentingan pribadi, tetapi sebagai jalan dakwah yang penuh tanggung jawab.

Memiliki Akhlak yang Baik – Mengamalkan ilmunya dalam kehidupan sehari-hari dan menjadi teladan bagi umat.

Mengajarkan Kebaikan Tanpa Pemaksaan – Tidak menekan jamaah untuk tunduk secara mutlak, tetapi membimbing dengan hikmah dan kasih sayang.

Bahaya Taklid Buta dalam Memilih Guru Agama

Dalam Islam, taklid buta hukumnya haram. Taklid buta adalah sikap mengikuti seseorang tanpa mempertimbangkan dalil dari Al-Qur'an dan Hadis serta tanpa menggunakan akal dan penalaran yang benar.

Allah berfirman:

"Dan apabila dikatakan kepada mereka, ‘Ikutilah apa yang telah diturunkan Allah!’ Mereka menjawab, ‘(Tidak), tetapi kami hanya mengikuti apa yang telah kami dapati dari nenek moyang kami.’ (Apakah mereka akan mengikuti juga) walaupun nenek moyang mereka itu tidak mengetahui apa-apa dan tidak mendapat petunjuk?" (QS. Al-Baqarah: 170)

Ayat ini menunjukkan bahwa mengikuti sesuatu tanpa ilmu dan tanpa mencari kebenaran adalah sikap yang berbahaya.

Berikut beberapa akibat buruk dari taklid buta:

Taklid Buta Dapat Menjadi Asal Kekafiran

Banyak kaum terdahulu yang menolak kebenaran hanya karena mengikuti nenek moyang mereka tanpa berpikir ulang. Taklid buta bisa menjauhkan seseorang dari hidayah yang sebenarnya.

Taklid Buta Membuat Seseorang Tidak Menggunakan Akalnya

Islam adalah agama yang sangat menghargai akal. Jika seseorang hanya mengikuti orang lain tanpa mencari ilmu yang benar, maka ia telah menyia-nyiakan potensi berpikir yang diberikan Allah.

Taklid Buta Menjadikan Seseorang Mengikuti Prasangka Belaka

Banyak orang mengikuti pemuka agama hanya berdasarkan popularitas atau gaya bicara yang menarik, tanpa mempertimbangkan apakah ajarannya benar atau tidak.

Taklid Buta Menghentikan Pencarian Kebenaran Hakiki

Orang yang merasa cukup dengan mengikuti guru tertentu tanpa mencari dalil yang sahih akan sulit berkembang dalam pemahaman agama dan bisa terjebak dalam pemahaman yang kurang tepat.

Karena itu, Islam mengajarkan agar kita bertanya kepada orang yang berilmu (QS. An-Nahl: 43) tetapi tetap menggunakan akal dan mencari dalil yang benar.

Berikut ini kutipan dari pandangan beberapa organisasi Islam :

1. Pandangan Majelis Ulama Indonesia (MUI):

Dalam proses pembuatan fatwa, MUI menekankan pentingnya menghindari taklid buta. Seorang ahli fatwa harus memenuhi syarat sebagai mujtahid dan dilarang mengikuti secara bulat mujtahid lain tanpa dasar yang jelas. 

2. Pandangan Muhammadiyah:

Majelis Tarjih Muhammadiyah mendefinisikan taklid sebagai menerima pendapat seseorang tanpa mengetahui sumber atau dasar dari pendapat tersebut. Muhammadiyah menegaskan bahwa kefanatikan dan taklid buta kepada salah satu madzhab adalah akar dari kemunduran umat Islam. 

3. Pandangan Nahdlatul Ulama (NU):

NU mengakui bahwa iman seseorang yang bertaklid dianggap sah, namun ia berdosa karena tidak mendayagunakan pikirannya. Berpikir adalah salah satu cara untuk mencapai makrifat. 

Mengapa Masyarakat Perlu Lebih Selektif?

Beberapa faktor membuat masyarakat mudah menerima ajaran dari siapa saja tanpa verifikasi lebih lanjut:

Kurangnya Literasi Keagamaan – Banyak orang belajar agama hanya dari potongan ceramah di media sosial tanpa mendalami lebih jauh.

Budaya Mengidolakan Individu – Seseorang lebih sering dinilai dari penampilannya daripada dari keilmuannya.

Minimnya Daya Kritis – Jarang ada yang meneliti latar belakang seorang tokoh agama sebelum mengikutinya.

Keinginan Mendapat Solusi Instan – Masyarakat terkadang lebih tertarik pada ajaran yang menawarkan kemudahan atau berkah tanpa usaha yang benar.

Pengaruh Sosial dan Emosional – Beberapa figur agama memiliki pengaruh kuat di komunitasnya, sehingga masyarakat segan mempertanyakan ajarannya.

Bagaimana Memilih Guru Agama yang Tepat?

Agar tidak salah dalam mencari bimbingan spiritual, masyarakat dapat menerapkan beberapa prinsip berikut:

Periksa Latar Belakang Keilmuan – Pastikan guru agama memiliki sanad ilmu yang jelas dan memahami ajaran Islam secara mendalam.

Gunakan Dalil dan Akal Sehat – Jangan hanya mengikuti ajaran karena populer, tetapi pastikan sesuai dengan Al-Qur'an dan Sunnah.

Hindari Kultus Individu – Islam mengajarkan untuk mengikuti kebenaran, bukan mengidolakan seseorang secara berlebihan.

Pastikan Transparansi dalam Kegiatan Keagamaan – Jika ada penggalangan dana atau sumbangan, pastikan ada akuntabilitas dalam penggunaannya.

Belajar dari Sumber yang Terpercaya – Selain ceramah singkat di media sosial, bacalah kitab-kitab Islam dari ulama yang diakui dan berguru kepada ahli yang berkompeten.

Kesimpulan

Islam adalah agama yang mengedepankan ilmu dan akhlak. Dalam mencari bimbingan spiritual, umat Islam harus lebih selektif dan memastikan bahwa guru agama yang diikuti memiliki keilmuan yang benar serta amanah dalam menyampaikan ajaran Islam.

Taklid buta dalam Islam dilarang karena bisa membuat seseorang mengikuti ajaran yang kurang tepat tanpa mempertimbangkan dalil yang sahih. Oleh karena itu, umat Islam harus selalu mencari ilmu dengan teliti, menghindari sikap fanatik terhadap individu tertentu, dan memastikan bahwa ajaran yang diikuti sesuai dengan Al-Qur'an dan Sunnah.

Dengan memahami konsep ulama pewaris nabi (warasatul anbiya) dan menerapkan prinsip kehati-hatian dalam memilih pemuka agama, masyarakat dapat terhindar dari ajaran yang kurang sesuai dengan nilai-nilai Islam serta tetap berada di jalan yang benar dalam menuntut ilmu.

Jangan sampai kita kehilangan syafaat Rasulullah hanya karena mengikuti tokoh yang salah. Agama adalah amanah yang harus dijaga dengan ilmu dan pemahaman yang benar.

#UlamaPalsu #PenipuanBerkedokAgama #WarasatulAnbiya #AjaranSesat #SyafaatRasulullah #LiterasiKeagamaan #Islam #Dakwah #CeramahIslam #kajianislam

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun