Mohon tunggu...
GoDok Indonesia
GoDok Indonesia Mohon Tunggu... Editor -

Aplikasi kesehatan yang menyajikan layanan Tanya Dokter Gratis dan Ragam Artikel seputar kesehatan, gaya hidup, keluarga hingga ragam penyakit

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Serba-Serbi "Dengvaxia" Vaksin Penangkal DBD

2 Oktober 2017   10:48 Diperbarui: 2 Oktober 2017   10:53 651
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
source: http://assets.tvm.com.mt/en/wp-content/uploads/sites/2/2017/06/soi4ptretswmykcyp48k.jpg

GoDok --Pada bulan-bulan terakhir di tahun lalu (2016), pemerintah Indonesia mengumumkan bahwa vaksin untuk Demam Beradarah Dengue (DBD) sudah masuk ke negara ini. Sontak, hal ini disyukuri oleh berbagai kalangan masyarakat, sebab dinilai memberikan rasa aman tersendiri jika dibandingkan dengan hanya mengandalkan jumantik dan bubuk pembunuh  jentik -abate.

Selain itu, hal ini juga dinilai dapat berkontribusi pada penurunan statistik kasus DBD di Indonesia. Pasalnya, hingga saat ini jumlah kasus DBD di Indonesia masih cukup tinggi. Berdasarkan  data Kementerian Kesehatan RI, tercatat  adanya 71.668 kasus DBD dengan angka kematian mencapai 641 jiwa, tersebar di 34 provinsi. Meskipun angka tersebut emang lebih rendah dibandingkan tahun sebelumnya, tetap saja ancaman DBD tidak boleh diremehkan.

Terlepas dari semua itu, ternyata masih banyak warga masyarakat yang tidak tahu menahu mengenai vaksin komplit penangkal DBD ini. Yuk, edukasi diri Anda dengan penjelasan lengkapnya berikut ini!

Bagaimana sejarah vaksin DBD?

Pengembangan dari vaksin Demam Beradarah Denguesendiri sebenarnya sudah dimulai sejak abad yang lalu, sejak tahun 1929. Namun, pengembangan ini banyak terhambat karena minimnya pengetahuan ilmuwan di saat itu mengenai partenogenesis dari penyakit ini, serta kebutuhan untuk menciptakan kekebalan yang stabil terhadap keempat stereotip virus dengue. Tentu saja pada selama masa-masa tersebut, para ilmuwan telah beberapa kali menciptakan vaksin-vaksin untuk menangani DBD. Namun, kebanyakan vaksin-vaksin tersebut hanya dapat mencegah DBD serta menciptakan kekebalan terhadap satu atau dua tipe dengue. Namun akhirnya, pada tahun 2016, sebuah perusahaan farmasi besar asal Perancis berhasil menciptakan vaksin yang berfungsi untuk semua tipe penyakit dengue, yang dipresentasikan kepada Badan kesehatan Dunia, WHO, dan disetujui pemakaiannya oleh badan tersebut.

Sekilas tentang Dengvaxia

Masih asing dengan istilah ini? Dengvaxia merupakan vaksin yang disebut-sebut ampuh menangkal DBD, dengan hak produksi milik Sanofi Pasteur. Vaksin ini disetujui penggunaan dan peredarannya oleh World Health Organization (WHO) pada bulan April 2016 yang lalu. Berselang lima bulan, Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia (BPOM RI) menyetujui peredarannya di Indonesia guna melindungi individu yang tinggal di daerah endemik terhadap keempat serotipe (jenis) dengue.

Tak hanya di Indonesia, vaksin ini juga telah didistribusikan ke negara daerah endemik dengue lainnya, seperti Filipina dan Meksiko. Produksi vaksin ini telah didukung oleh WHO, yang merekomendasikan penggunaan Dengvaxia guna menurunkan angka kematian akibat DBD di negara-negara endemik. Sayangnya, di Indonesia tarif dari imunisasi vaksin ini masih tergolong mahal, yaitu sekitar $207 atau Rp 270.000 untuk tiga dosis yang disarankan.

Amankah vaksin tersebut?

WHO telah menyatakan bahwa vaksin ini secara umum aman untuk semua kalangan umur. Hanya saja, pemakaiannya tidak dianjurkan untuk anak yang berusia di bawah 9 tahun. Sebab, pada umur tersebut Dengvaxia tidak memberikan kekebalan yang efektif terhadap virus dengue.

Adakah efek sampingnya?

Memang, sejak pertama kali vaksin ini dikomersilkan dan digunakan pada negara-negara endemik dengue, telah ada beberapa kasus yang muncul ke permukaan. Pada imunisasi pertama yang diadakan di Filipina, dilaporkan adanya 518 kasus turunan-pasca-imunisasi, di mana 21 di antaranya bersifat serius, dan 2 di antaranya berupa kematian. Meski begitu, pemerintah Filipina tetap berkomitmen untuk melanjutkan pemakaian vaksin ini, demi memerangi DBD yang terus menjangkiti negaranya.

Tentu saja adanya efek samping memang membuat Anda sedikit ketar-ketir untuk memberikan vaksin ini pada anak. Namun, dengan rekomendasi aman dari WHO, tidak ada salahnya masyarakat Indonesia mulai percaya dengan efektifitas dari Dengvaxia, bukan? Semoga informasi mengenai vaksin komplit penangkan DBD ini bermanfaat!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun