GoDok --Pada bulan-bulan terakhir di tahun lalu (2016), pemerintah Indonesia mengumumkan bahwa vaksin untuk Demam Beradarah Dengue (DBD) sudah masuk ke negara ini. Sontak, hal ini disyukuri oleh berbagai kalangan masyarakat, sebab dinilai memberikan rasa aman tersendiri jika dibandingkan dengan hanya mengandalkan jumantik dan bubuk pembunuh  jentik -abate.
Selain itu, hal ini juga dinilai dapat berkontribusi pada penurunan statistik kasus DBD di Indonesia. Pasalnya, hingga saat ini jumlah kasus DBD di Indonesia masih cukup tinggi. Berdasarkan  data Kementerian Kesehatan RI, tercatat  adanya 71.668 kasus DBD dengan angka kematian mencapai 641 jiwa, tersebar di 34 provinsi. Meskipun angka tersebut emang lebih rendah dibandingkan tahun sebelumnya, tetap saja ancaman DBD tidak boleh diremehkan.
Terlepas dari semua itu, ternyata masih banyak warga masyarakat yang tidak tahu menahu mengenai vaksin komplit penangkal DBD ini. Yuk, edukasi diri Anda dengan penjelasan lengkapnya berikut ini!
Bagaimana sejarah vaksin DBD?
Pengembangan dari vaksin Demam Beradarah Denguesendiri sebenarnya sudah dimulai sejak abad yang lalu, sejak tahun 1929. Namun, pengembangan ini banyak terhambat karena minimnya pengetahuan ilmuwan di saat itu mengenai partenogenesis dari penyakit ini, serta kebutuhan untuk menciptakan kekebalan yang stabil terhadap keempat stereotip virus dengue. Tentu saja pada selama masa-masa tersebut, para ilmuwan telah beberapa kali menciptakan vaksin-vaksin untuk menangani DBD. Namun, kebanyakan vaksin-vaksin tersebut hanya dapat mencegah DBD serta menciptakan kekebalan terhadap satu atau dua tipe dengue. Namun akhirnya, pada tahun 2016, sebuah perusahaan farmasi besar asal Perancis berhasil menciptakan vaksin yang berfungsi untuk semua tipe penyakit dengue, yang dipresentasikan kepada Badan kesehatan Dunia, WHO, dan disetujui pemakaiannya oleh badan tersebut.
Sekilas tentang Dengvaxia
Masih asing dengan istilah ini? Dengvaxia merupakan vaksin yang disebut-sebut ampuh menangkal DBD, dengan hak produksi milik Sanofi Pasteur. Vaksin ini disetujui penggunaan dan peredarannya oleh World Health Organization (WHO) pada bulan April 2016 yang lalu. Berselang lima bulan, Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia (BPOM RI) menyetujui peredarannya di Indonesia guna melindungi individu yang tinggal di daerah endemik terhadap keempat serotipe (jenis) dengue.
Tak hanya di Indonesia, vaksin ini juga telah didistribusikan ke negara daerah endemik dengue lainnya, seperti Filipina dan Meksiko. Produksi vaksin ini telah didukung oleh WHO, yang merekomendasikan penggunaan Dengvaxia guna menurunkan angka kematian akibat DBD di negara-negara endemik. Sayangnya, di Indonesia tarif dari imunisasi vaksin ini masih tergolong mahal, yaitu sekitar $207 atau Rp 270.000 untuk tiga dosis yang disarankan.
Amankah vaksin tersebut?
WHO telah menyatakan bahwa vaksin ini secara umum aman untuk semua kalangan umur. Hanya saja, pemakaiannya tidak dianjurkan untuk anak yang berusia di bawah 9 tahun. Sebab, pada umur tersebut Dengvaxia tidak memberikan kekebalan yang efektif terhadap virus dengue.
Adakah efek sampingnya?