Jeda internasional, adalah sebuah pekan yang (dahulu) teramat membosankan bagi publik pecinta sepakbola di tanah air. Bagaimana tidak?, kita harus menahan keseruan mendukung klub kesayangan kita berlaga  diakhir pekan, kita harus menahan keseruan menyaksikan pemain sepakbola idola kita berlaga di field. Berlari, menggiring, mengumpan, menembak dan mencetak gol ke gawang lawan.
Ada kisah terindah ketika klub yang kita cintai mendominasi permainan, memainkan good football dan menyudahi perlawanan dengan hasil akhir poin penuh.
Ada kisah terindah ketika keesokan hari kita datang ke  kuliah, lingkup kerjaan bahkan tongrongan dengan modal kemenangan tim yang kita bela, yang pasti kita bebas untuk mem-banter teman kita yang lain yang mana tim yang mereka bela under perform bahkan kalah, its so beautifull..
JEDA INTERNASIONAL NAN MEMBOSANKAN
Namun kesemua hal tersebut menjadi membosankan manakala international break tiba, saat dimana para pemain kesayangan kita mudik ke tanah air masing-masing tuk membela negara mereka dalam kualifikasi Piala Dunia.
Sebuah jeda yang hampa terasa karena tak ada tontonan yang seru tuk memaksa kita begadang di dini hari mendukung kesebelasan berlaga, jeda internasional hanyalah pekan membosankan tanpa keseruan hingar bingar sepakbola.Â
Bagaimana dengan mendukung timnas Indonesia? hmm.. Dahulu kala timnas  kita hampir tak pernah melangkah jauh dalam kualifikasi Piala Dunia, ataupun hanya sekedar friendly match tuk mengisi momen FIFA matchday guna mendongkrak peringkat pun jarang sekali digelar.
Kini semua tlah berbeda, jeda internasional menjadi hal yang kita nanti, saat dimana timnas kita berlaga melawan tim-tim elit Asia yang menjadi langganan Piala Dunia.
Untuk kali pertama sepanjang sejarah persepakbolaan nasional, kita  melakoni  laga hingga babak ketiga kualifikasi Piala Dunia 2026 zona Asia, Indonesia berangkat dengan predikat peringkat 128 dunia.
RANKING 128 = LIGA DIVISI 6
Kompasianers, mari kita analogikakan peringkat timnas kita dengan piramida kompetisi sepakbola dari negri pencetus sepakbola modern, Inggris. Sistem piramida kompetisi di Inggris terdiri atas 5 tiers, yakni sebagai berikut:
- Premier League dihuni 20 klub
- Football League Championship dihuni 24 klub
- Football League One dihuni 24 klub
- Football League Two dihuni 24 klub
- Conference National dihuni 24 klub
Ada 5 kasta kompetisi di sepakbola negri Raja Charles, kita umpamakan  setiap kasta kompetisi diikuti oleh 20 klub, jadi total semua ada 100 klub dalam 5 lapis kasta.
So, Indonesia ada diperingkat 128 dunia. Menilik hal tersebut bisa kita analogikakan walau tak 100% logika tersebut benar, bahwa timnas Indonesia ada di kasta ke 5 sebuah piramida kompetisi.
SEPERTI APA REALITANYA?
Sebuah situasi yang jauh mimpi menuju ke Piala Dunia dimana hanya akan ada 48 tim yang akan lolos ke babak final di Amerika, Meksiko dan Kanada. Perwakilan dari AFC praktis hanya Jepang, Iran, Saudi Korsel dan Australia yang dapat sedikit berbicara dan diperhitungkan. Salah satu wakil Asia sekaligus tuan rumah Piala Dunia 2022 Qatar (peringkat 58 dunia) hanya numpang lewat dan cukup sebagai host yang baik.
Timnas kini dihuni oleh pemain diaspora yang terpanggil untuk membela negara moyang atau orang tua mereka, namun harap diingat rata-rata dari mereka bukan pemain grade A yang bermain di kasta elit kompetisi Eropa.
Namun asa terbuka lebar ketika format baru piala dunia dilaksanakan oleh FIFA, dengan menjadikan peserta piala dunia menjadi 48 negara, dan Asia memperoleh jatah 8,5 dibabak kualifikasi. Indonesia jika ingin qualified maka minimal harus melalui babak kelima atau babak play off melawan wakil dari Konfederasi lain.
STRATEGI TRADISIONAL BERTAHAN
Sebagai tim dengan peringkat 128 dunia dan akan melawan tim-tim dengan peringkat diatasnya tentu wajar jika Indonesia bermain dengan strategi cenderung bertahan, sama halnya dengan tim medioker atau tim papan bawah liga primer Inggris, apabila mereka bersua tim dari the big six tentu akan lumrah adanya jika mereka menerapkan strategi bertahan atau bahkan parkir bus, pesawat, kapal, gerobak dan sebagainya asal gawang terhalang rapat.
Kita telah lama ketahui bahwa perihal fisik merupakan salah satu kekrangan mendasar pemain sepakbola lokal, dengan tinggi badan yang rerata hanya 170cm tentu akan kewalahan ketika harus melawan tim dunia yang rerata tinggi badan mereka diatas 170cm. Tentu kita belum bicarakan faktor fisik lain seperti VO2 Max dll.
Masih teringat di era zaman kegelapan timnas, berapa kali timnas kita harus kebobolan hanya karena faktor keunggulan tinggi badan lawan, sesuatu yang sangat elementer dan kerap digunakan sebagai jurus andalan lawan tuk meredam perlawanan timnas, sebuah crossing atau lofted ball lalu disambut heading striker lawan yang postur tingginya melebihi bek-bek timnas kita, dan berujung pada goal. Menyedihkan..
Kini segalanya tlah berubah, ketika  tiba saatnya era coach Shin dengan program potong generasi dan naturalisasi pemain diaspora yang mempunyai darah indonesia, langkah awal beliau mulai dengan memperkuat sektor pertahanan, lihatlah kini barisan pertahanan timnas diisi oleh pemain-pemain yang tak hanya tinggi secara fisik namun mumpuni secara teknikal. Â
Hari ini hampir tak ada lagi timnas yang kebobolan lewat skema sederhana berupa umpan cross plus heading, di fase babak 3 kualifikasi sejauh ini timnas hanya kebobolan lewat gol deflected versus Saudi, kemudian gol lain yang terjadi hanya melalui tendangan bebas kala bersua Bahrain.
Praktis pertahanan indonesia menjelma menjadi benteng nan kokoh. Sekali lagi, sebuah skema yang wajar ketika tim semenjana lebih fokus pada rapatnya pertahanan dan bermain dengan pola cenderung tertutup dan mengandalkan counter attack.
Tim semenjana, itulah kita. Timnas Garuda yang berjuang mewujudkan mimpi 200 juta penduduknya, berjibaku mengharumkan nama baik bangsa dikancah sepakbola internasional.
Sebuah tim semenjana yang masih dalam tahap berproses dengan memperkuat lini pertahanan dan kita yakini sejalan dengan waktu, Â timnas kita akan semakin padu dan kuat maka skema offensif akan dijalankan oleh coach Shin.
Lihatlah skuad lini belakang kita nan mewah, Ridho, Diks, Idzes, Hilgers, Verdonk, Paes dan akan terus berkembang seiring waktu, percaya proses.
Sebuah ramuan tepat guna untuk diterapkan saat ini, dimana lini depan timnas belum cukup tajam dalam memecah kebuntuan dalam menembus pertahanan lawan.
Sebuah ide sederhana, tahan serangan lawan semasif apapun dan lakukan counter attack secepat kilat, cetak gol dan kembali ulangi lagi skema awal.
Kita garuda, kita bisa..!!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H