Awal tahun 1997, tepatnya tanggal 25 Januari adalah hari yang adalah  istimewa bagi khalayak musik tanah air pada umumnya dan untuk Baladewa pada khususnya, pada tanggal tersebut sebuah album musik terbaik dari anak negri diluncurkan. Dibawah naungan label Aquarius Musikindo, Dewa 19 melepas album keempat dengan tajuk Pandawa Lima,  mengambil sebutan dari 5 bersaudara anak Pandu Dewanata dalam epos Mahabarata.
Dewa 19 dalam album Pandawa Lima hadir dengan formasi Dhani, Erwin, Wong Aksan, Andra dan Ari. Proses recording mereka lakukan di Gin's studio, hal-hal yang mengenai proses mixing dikerjakan di Essen, Jerman. Lebih tepatnya di Basement Studio milik Wolf Arndt, adapun proses mastering 11 lagu yang terdapat di album ini dilaksanakan secara seksama di Studio 301, Australia.
Album ini menampilkan 4 hits yang dijadikan video klip yang salah satu diantaranya adalah 'Kirana'.
Kirana, video musik ini disutradarai oleh Rizal Mantovani dari rumah produksi Avant Garde. Sebuah video musik yang menuai kontroversi ketika dilempar di layar kaca Indonesia, dimana samar terdapat adegan seolah dua orang berlainan jenis berciuman dipertontonkan sekian detik, dan lagi terdapat  visualisasi dimana jarum suntik menembus lengan.
Terlepas dari segala kontroversi video klip tesebut, nyatanya Kirana adalah sebuah nomor yang lagu yang magis, dan hanya menjadi magis ketika dibawakan oleh Ari Lasso dalam versi Dewa 19 kala itu, bahkan Ari Lasso versi solo tak lebih baik dalam membawakan Kirana secara live diatas pentas. Karena kita tahu Ari Lasso versi solis lebih mendekati karakter vokal Bryan Adam dalam tarikan suaranya usai memutuskan diri bersolo karir.
Album Pandawa Lima ini sukses terjual 800ribu copy dan diganjar sertifikat 5 Platinum, Art Work album ini di desain oleh Johar Prayudhi dan Arie Asona, album ini sukses menyabet penghargaan Cover Terbaik Anugrah Musik Indonesia 1997.
Membicarakan album Pandawa Lima tak mungkin lepas dari peran seorang Wong Aksan, adik kandung dari novelis Jenar Mahesa Ayu ini memberi warna lebih dalam album keempat Dewa 19, Aksan tak hanya bertugas menjaga tempo lagu di Dewa 19. Aksan-lah yang membawa Dewa 19 terbang jauh hingga ke negri Jerman untuk proses mixing berkat Deutschland  Connection-nya.
Dan dalam beberapa aspek musikalitas Deutschland  Connection ini cukup memberi andil yang signifikan,  sebut saja  Konich yang mengisi  puisi bernada orasi dalam interlude tembang 'Bunga', seorang teman Aksan yang lain, Jorg Lenhardt mengisi seluruh part gitar dengan synthesizer di track 'Suara Alam'. Terakhir adalah nama yang paling penting, Wolf Arndt. Wolf selain melakukan mixing materi juga menjadi sound engineer untuk tur Pandawa Lima.