Mohon tunggu...
Johar Dwiaji Putra
Johar Dwiaji Putra Mohon Tunggu... Administrasi - Pegawai

Alumni Ilmu Komunikasi. PNS dan staf Humas.

Selanjutnya

Tutup

Cerita Pemilih

Pilkada dan Serba-serbi Pendidikan Politik

7 September 2024   21:41 Diperbarui: 7 September 2024   22:20 114
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Jam Gadang, ikon utama Kota Bukittinggi. Pic source: dok. pribadi


Pada unggahan ini, Erman Safar terlihat sedang duduk bersila. Ia berbicara di depan sejumlah orang, yang kurasa mereka adalah tim sukses dari Erman. Sang petahana sepertinya sedang melakukan konsolidasi dengan timnya untuk memenangkan pilkada Bukittinggi.

Jangan salah sangka dulu, ya. Artikelku ini bukan lantaran aku memberikan dukungan atau bersimpati kepada Erman Safar. Tidak. Dalam pilkada Bukittinggi ini aku netral. Wong aku tidak bakal mencoblos salah satu dari mereka, karena tidak ber-KTP Bukittinggi. Hehee.

Namun aku tertarik dengan isi pembicaraan Erman yang ter-capture dalam postingan instagram tersebut. Dia membahas soal pendidikan politik. Sebagai kader Gerindra, Erman mengutip kata-kata yang pernah dilontarkan Prabowo Subianto.

Menurut Erman, Prabowo pernah berujar kepada segenap kader Gerindra yang hendak berkontestasi dalam pilkada. Bahwa jika ingin menjadi pemimpin dan orang besar, maka berkutatlah dengan ide. Ide, gagasan dan konsep itu wajib dimunculkan oleh seorang calon pemimpin.

Penjelasan ini masih ada lanjutannya. Jika seorang calon pemimpin harus piawai berbicara gagasan dan konsep, lain halnya dengan seorang "biasa". Orang biasa itu membicarakan peristiwa. Membicarakan kejadian-kejadian tertentu.

Selain itu, masih ada kategori lainnya. Kelompok berikutnya adalah orang kecil atau kerdil. Nah, kategori orang yang pantas disebut kerdil adalah mereka yang suka membicarakan orang lain. Si A seperti ini. Si B seperti itu. Dan bahkan suka membanding-bandingkan.

Dari postingan Erman Safar ini, aku jadi manggut-manggut sendiri. Ada benarnya juga. Barangkali aku tidak bersimpati dengan Prabowo dan Partai Gerindra. Namun, pendidikan politik yang mereka sampaikan cukup mengena bagiku. Ada poin pendidikan politik yang perlu dipahami oleh masyarakat. Khususnya dalam menghadapi pilkada sebentar lagi.

Aku jadi teringat dengan sebuah pekerjaan yang sedang kugeluti di kantor tempatku bekerja. Aku sedang mengerjakan sebuah penelitian atau kajian terkait pemikiran Bung Hatta. Ada bagian soal pendidikan politik.

Menurut Bung Hatta, pendidikan politik dilakukan melalui pendekatan yang lebih intim dan mendidik secara langsung kelompok kecil untuk menjadi kader-kader yang kemudian akan menyebarkan ide-idenya. Program partai yang baik adalah yang fokus pada pembinaan organisasi, bukan hanya mengandalkan rapat umum atau kepemimpinan.

Bagiku, postingan Erman Safar yang sedang kubahas ini cukup relate dengan apa yang sedang kupelajari soal Bung Hatta. Meski barangkali konteksnya sedang berkonsolidasi untuk pemenangan pilkada, tetapi apa yang dilakukan Erman ini mencerminkan upaya pendidikan politik seperti yang pernah digagas Bung Hatta.

Mengumpulkan tim dengan jumlah personel yang tidak banyak. Kemudian melakukan komunikasi secara intens dan intim. Menurutku, pola komunikasi seperti ini akan lebih efektif. Efektif untuk menyampaikan ide dan visi misi yang akan diusung. Ketimbang berkampanye secara terbuka dengan audiens yang superbanyak.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerita Pemilih Selengkapnya
Lihat Cerita Pemilih Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun