Bulan Agustus adalah momen istimewa bagi segenap warga Indonesia. Kita merayakan kemerdekaan setiap tanggal 17 Agustus. Tahun 2024 ini, Negara Indonesia genap berusia 79 tahun. Salah satu yang menonjol dalam peringatan hari kemerdekaan tahun ini adalah pelaksanaan upacara detik-detik proklamasi yang diadakan di dua tempat: Jakarta dan Nusantara.
Ya, akhirnya Presiden Jokowi memenuhi janjinya untuk melaksanakan upacara peringatan kemerdekaan di istana baru yang sudah dibangun di kawasan Ibu Kota Negara (IKN) Nusantara, Kalimantan Timur. Meski Jokowi berada di Istana Garuda di Nusantara, namun Wapres Ma'ruf Amin mengikuti upacara detik-detik proklamasi di Istana Negara, Jakarta.
Lalu bagaimana dengan segenap masyarakat Indonesia dalam merayakan hari kemerdekaan? Percayalah, warga Indonesia tak akan pernah kehabisan ide untuk memperingati hari ulang tahun kemerdekaan bangsa yang rutin hadir setiap bulan Agustus. Minimal, segala pernak-pernik merah putih akan terpampang nyata di nyaris setiap sudut negeri ini.
Jika kamu suka membaca artikelku sebelumnya, kamu mafhum bahwa aku adalah seorang perantau yang sedang "mengembara" di bumi Minang. Tepatnya aku sedang berdomisili di Kabupaten Agam.
Pengembaraanku di ranah Minang ini dalam rangka mencari nafkah. Aku masih belum tahu, sampai kapan aku ditugaskan di sini. Oleh karenanya, kunikmati hari demi hariku di sini. Karena aku selalu sepakat dengan ungkapan "di mana bumi dipijak, di situ langit dijunjung".
Foto yang kupajang di artikel ini adalah foto depan rumahku yang berada di Gadut, Agam. Aku berusaha tak pernah absen untuk mengibarkan Bendera Merah Putih di depan rumah, kala bulan Agustus tiba. Sama seperti tahun sebelumnya, di daerah tempat tinggalku sekarang terdapat sejumlah lomba untuk merayakan Agustusan.
Ya, lomba-lomba ini ditujukan untuk anak-anak. Para pemuda nagari yang menjadi panitia telah menyediakan berbagai hadiah. Mereka yang memenangi lomba berhak memperoleh hadiah. Dan kurasa, meski hadiahnya kadang biasa saja dan terlihat "receh", tetapi hadiah itu akan dikenang oleh para penerimanya. Dikenang dan dijadikan penyemangat untuk berlaga di lomba-lomba Agustusan tahun berikutnya. Hahaa.
Aku jadi teringat dengan pengalamanku sewaktu kecil dahulu. Bulan Agustus selalu kutunggu-tunggu, karena karang taruna di lingkungan rumahku tak pernah absen untuk menyelenggarakan berbagai lomba untuk merayakan hari kemerdekaan. Nyaris semua lomba kuikuti. Makan kerupuk, balap kelereng, memasukkan paku dalam botol, memecahkan kantong berisi air, menggambar serta lomba-lomba lainnya.
Dari berbagai lomba Agustusan yang pernah kuikuti, ada satu yang amat berkesan. Aku bahkan masih ingat betul dengan pengalaman ini. Pada tahun 1994, aku masih berada di Taman Kanak-kanak. Di lingkungan rumahku di Malang, salah satu lomba Agustusan yang diadakan adalah fashion show.
Ya, fashion show atau peragaan busana. Para karang taruna telah menyediakan sebuah panggung di lapangan, untuk lomba ini. Peserta lombanya tentu saja adalah anak-anak, dibatasi sampai usia SD.
Aku pun tidak ketinggalan untuk berpartisipasi dalam lomba fashion show ini. Menanggapi lomba fashion show itu, ibuku tidak mempersiapkan apa-apa. "Gunakan saja kostum yang ada di rumah, tak perlu beli-beli yang baru," ujarnya saat itu.
Aku pun menuruti perintah ibuku. Toh, aku juga cuma ingin memeriahkan. Hanya ingin tahu, bagaimana rasanya berlenggak-lenggok di atas panggung. Hahaa. Dalam lomba fashion show itu, aku mengenakan kemeja dan celana biasa. Ditambah sabuk segitiga yang trend kala itu.
Oh ya, ada topi koboi berwarna krem. Aku juga mengenakannya. Kakakku ikut turun tangan. Kakakku membuatkan sebuah wadah pistol dari kertas. Kebetulan aku dan kakakku mempunyai mainan pistol dari plastik. Wadah kertas ini kemudian dijepret di celanaku, hahaa. Gunanya untuk menyelipkan pistol mainan, saat aku bergaya di atas panggung.
Malam lomba pun tiba. Dengan percaya diri aku memakai topi koboi beserta pistol mainan yang telah terpasang rapi di celanaku. Aku mendaftar dan memperoleh nomor urut lomba. Tibalah saatnya aku naik ke panggung. Aku berusaha berjalan dengan santai. Tak lupa kuambil dan kumainkan pistolku, dengan mengarahkannya ke penonton. Seperti koboi-koboi yang ada di film. Hahaa.
Seluruh peserta lomba fashion show telah tampil. Para juri yang merupakan pengurus karang taruna segera berembug untuk menentukan para juara. Dan keputusan telah didapat. Aku dipanggil menjadi juara kedua, huahahahahaaaaaa ...
Aku bahkan berhasil mengalahkan para tetanggaku yang umurnya di atasku. Aku dipanggil ke atas panggung. Menerima sebuah bingkisan, yang ketika kubuka di rumah, isinya adalah bedak bayi. Hahaa.
Namun selain hadiah bedak bayi tersebut, panitia juga memberikan sebuah piagam. Piagam bahwa aku menjadi juara kedua dalam lomba fashion show perayaan Agustusan tahun 1994. Inilah yang amat berkesan. Piagam ini adalah piagam pertama yang kudapatkan dalam hidup. Bahkan, piagam ini masih kusimpan hingga kini.
Piagam tersebut masih tersimpan rapi di rumah orangtuaku di Malang. Bagiku, piagam itu seolah membuka "jalan" bagi piagam-piagam berikutnya yang kudapatkan sepanjang hidup.
Tidak hanya sekadar piagam. Momen kemenanganku dalam lomba fashion show tahun 1994 dulu, menjadi memori yang menguatkanku setiap saat. Bahwa jika aku mau, aku bisa tampil di hadapan banyak orang. Bahwa jika aku mau, aku bisa percaya diri. At least, percaya pada diri sendiri. Selanjutnya, biarkan Tuhan yang menentukan. Â Â Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H