Mohon tunggu...
Johar Dwiaji Putra
Johar Dwiaji Putra Mohon Tunggu... Administrasi - Pegawai

Alumni Ilmu Komunikasi. PNS dan staf Humas.

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Menjadi Room Boy di Hotel

31 Juli 2023   00:48 Diperbarui: 31 Juli 2023   00:55 405
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pic source: dok. pribadi

Berbicara soal menginap di hotel, losmen atau semacamnya, pada awalnya aku tidak punya banyak kisah. Aku berasal dari keluarga yang memang tidak memiliki kebiasaan untuk melakukan perjalanan yang jauh. Oleh karenanya, di waktu kecil hingga remaja aku tidak begitu familiar dengan yang namanya hotel.

Maksudku begini. Bagi mereka yang terbiasa melakukan kegiatan traveling, besar kemungkinan akan akrab dengan hotel atau penginapan. Karena penginapan adalah hal yang nyaris tidak terpisahkan dari kegiatan traveling. Betul kan?

Aku masih ingat betul. Pengalaman pertamaku menginap di hotel terjadi saat aku lulus SMP pada 2003. Kala itu, aku dan rombongan teman-teman SMP-ku berwisata ke Bali. Dari Malang, kami menuju Bali melalui perjalanan darat. Dan rombongan kami menginap di Hotel Nikki, Denpasar.

Pengalaman pertamaku menginap di hotel ini sungguh unik. Satu kamar diisi empat orang. Di kamar tersebut terdapat dua bed. Jadilah satu bed dipakai oleh dua orang. Baiklah, hal ini tentu untuk menghemat budget. Karena kami semua adalah remaja baru lulus SMP yang masih ikut orangtua. Dan belum mempunyai penghasilan sendiri, yang bisa dengan leluasa mengatur-atur akomodasi hotel sesuai keinginan. Hahaa.

Pengalamanku menginap di hotel berikutnya terjadi pada 2008. Kala itu aku di pengujung kuliah semester empat. Aku dan angkatanku berkesempatan study tour ke Jakarta. Selama di ibukota kami menginap di Hotel Sofyan Cikini.

Selanjutnya, di awal 2009 aku melakukan perjalanan singkat ke Jogja bersama bapakku. Kala itu kami menumpang kereta api untuk berwisata sejenak ke kota gudeg. Di sana kami menginap di sebuah losmen di Jalan Dagen. Tak jauh dari Malioboro. Senangnya, karena itu adalah pengalaman pertamaku berkunjung ke Jogja.

Semenjak mulai bekerja pada 2011, kesempatanku menginap di hotel meningkat drastis. Hal ini lantaran kebutuhan, tatkala melakukan perjalanan dinas ke luar kota. Akhirnya aku mulai terbiasa dengan aktivitas menginap di hotel. Dari sini, aku menemui berbagai serba-serbi kala menghabiskan waktu di hotel-hotel yang kuinapi.

Hal pertama yang kita lakukan saat memutuskan menginap di sebuah hotel adalah menanyakan apakah ada akomodasi yang kosong kepada petugas di resepsionis. Jika ada, maka proses check in untuk menginap akan berlanjut. Atau jika sudah memesan kamar terlebih dahulu, maka proses yang kita lakukan adalah mengonfirmasi pesanan yang sudah kita buat.

Saat proses check in ini, aku paling suka mengamati setiap sudut yang ada di resepsionis hotel yang hendak kuinapi tersebut. Ya, bagaimana tidak? Resepsionis adalah gerbang utama yang akan dilewati oleh seorang tamu hotel. Pada momen ini, adalah penting bagi pengelola hotel untuk memberikan kesan yang ekselen kepada para konsumen yang menggunakan hotelnya.

Sambil menunggu si petugas resepsionis memproses pesanan kamarku, biasanya aku akan mencari brosur dari hotel bersangkutan. Bisa juga kartu nama. Dua benda ini bagiku sungguh berharga, karena memuat informasi yang barangkali akan kita butuhkan di masa mendatang.

Tatkala proses check in selesai, maka aku bisa segera mendapatkan kamarku. Dari berbagai pengalamanku, ada hotel yang menyediakan seorang petugas yang akan memandu kita untuk menuju ke kamar. Namun, banyak juga hotel yang tidak menyediakannya. Alhasil, jika aku sedang membawa tas atau koper yang cukup berat, aku harus membawanya sendiri ke kamarku. Fiuuhh.

Padahal bagiku, room boy tersebut amatlah krusial. Ia bertugas memandu dan menemani kita untuk dapat menemukan kamar yang sudah kita pesan. Room boy bisa juga bertugas untuk membantu membawa barang bawaan kita. Termasuk, membukakan pintu kamar dan memastikan segala fasilitas yang ada di dalam kamar telah siap digunakan.

Bagiku, bisnis hotel tidak terpisahkan dari tujuannya untuk menyediakan jasa kepada orang lain. Jasa di sini khususnya adalah penginapan, yang dapat dimanfaatkan oleh orang-orang yang memang membutuhkan tempat untuk berteduh dan beristirahat.

Seperti pengalamanku kala melakukan perjalanan dinas untuk urusan kantor. Aku harus mengunjungi sebuah kota selama beberapa hari. Di situ, aku tak punya kerabat yang rumahnya bisa kusinggahi untuk beristirahat. Solusinya, tentu aku harus memanfaatkan hotel yang ada di kota tersebut.

Sepanjang pengalamanku menginap di hotel, aku paling puas saat ada petugas yang menemaniku untuk menuju ke kamar. Terlebih apabila petugas tersebut berinisiatif untuk membantu membawakan barang atau tasku. Aku seolah raja, yang sedang dilayani dengan amat baik.

Ya, tatkala kita sedang menginap di sebuah hotel, bukankah kita memang adalah seorang "raja"? Segenap petugas hotel tentu berkewajiban menjamu tamu-tamunya laiknya seorang raja. Karena tamu-tamu tersebut adalah konsumen yang sedang menggunakan jasa yang disediakan oleh hotel. Dan konsumen, adalah raja.

Menurutku, seseorang yang berprofesi sebagai hotelier harus piawai memahami bagaimana kondisi tamu-tamu yang singgah ke hotelnya. Mayoritas dari mereka adalah orang-orang yang datang untuk menginap. Mereka membutuhkan tempat untuk beristirahat, setelah mungkin seharian kecapaian melakukan berbagai aktivitas.

Para tamu ini adalah konsumen yang wajib dilayani dengan sepenuh hati. Oleh sebab itu, jika aku berkesempatan bekerja di sebuah hotel, maka aku akan memilih untuk dapat menjadi seorang room boy. Ya, rasanya senang saja, bisa memandu seorang tamu setelah proses check in selesai.

Seperti pengalaman yang berkali-kali kurasakan. Hotel adalah sebuah tempat yang dijujug untuk memperoleh tempat yang nyaman untuk beristirahat. Kelelahan kerap mendera orang-orang yang memutuskan menginap di hotel tersebut. Oleh karenanya, para tamu ini berhak memperoleh pelayanan yang prima dari hotel yang ia singgahi.

Seperti profesi yang aku jalani saat ini. Aku bekerja di lembaga yang menyediakan pelayanan untuk masyarakat. Memang dasarnya aku adalah orang yang suka melayani. Jika menjadi seorang hotelier, aku tetap pada pendirianku untuk memilih menjadi room boy.

Aku akan siap sedia untuk membantu para tamu yang baru datang ke hotelku. Dengan sigap aku akan memandu dan menemani mereka, supaya mereka bisa segera menemukan kamarnya. Karena aku mengerti. Mereka semua kelelahan dan ingin segera menjamah kamar hotel beserta fasilitas yang ada di dalamnya.

Sebagai room boy, adalah tugasku untuk membantu para tamu hotel yang baru datang tersebut. Apalagi saat sang tamu menyampaikan ucapan terima kasih, tatkala aku telah membantunya menemukan kamar dan memastikan semua fasilitas tersedia dengan baik. Rasanya seperti terbang ke awan. Hahaa.

Memberikan kesan yang baik, adalah kewajiban semua petugas hotel, tanpa terkecuali. Semua berperan di posisinya masing-masing. Karena esensi hotel bagiku tidak pernah bergeser.

Hotel adalah sebuah tempat yang menyediakan pelayanan untuk segenap konsumennya. Konsumen ini tidak datang dengan cuma-cuma. Mereka sengaja membayar, yang tentu mereka berharap memperoleh imbalan yang sesuai dengan jumlah uang yang telah mereka keluarkan. Oleh karenanya, sudah sepantasnya pihak hotel menyediakan pelayanan yang sepadan.  

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun