Mohon tunggu...
Nevandia Anjani
Nevandia Anjani Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswi Ilmu Komunikasi

Mahasiswi Ilmu Komunikasi

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Tradisi Kliwonan di Kota Batang Jawa Tengah

12 Januari 2022   19:26 Diperbarui: 12 Januari 2022   19:41 4663
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Negara Indonesia memiliki keberagaman budaya dari Sabang sampai Merauke. Bermacam-macam suku, tarian, bahasa, agama, ras dan adat istiadat turut mewarnai keberagaman perbedaan yang dimiliki Indonesia. 

Perbedaan budaya itulah yang menjadikan Indonesia menjadi Negara kesatuan. Seperti semboyan bangsa Indonesia yang tertulis pada lambang Negara Garuda Pancasila yang berbunyi berbeda-beda tetapi tetap satu jua.

Berbicara soal perbedaan, berbagai macam tradisi di setiap wilayah di Indonesia juga beragam bentuknya. Mulai dari sudut kota hingga ke pelosok desa pasti memiliki perbedaan tradisi yang sangat mencolok walaupun masih berada dalam satu kota. 

Disini saya akan membahas salah satu tradisi yang ada di sebuah kota kecil yang banyak orang tidak mengetahui soal kota tersebut. Kota yang akan saya ceritakan yaitu Kota Batang. Kota dimana saya dan keluarga saya tinggal. 

Batang merupakan sebuah kabupaten yang terletak di provinsi Jawa Tengah dengan ibu kotanya adalah Batang. Kabupaten ini berbatasan dengan Kabupaten Kendal di sebelah timur, Kabupaten Banjarnegara di sebelah selatan, Kota Pekalongan dan Kabupaten Pekalongan di sebelah barat, serta Laut Jawa di sebelah utara. Ketika saya merantau ke kota lain untuk kuliah, saya ditanya oleh beberapa teman saya mengenai asal daerah saya. Saya pun menjawab pertanyaan teman saya dengan jawaban Kota Batang. 

Bahkan teman saya yang ketika mendengar nama Batang langsung tertuju dengan hal yang menjijikan. Kenapa begitu? Jadi Batang jika diartikan ke dalam bahasa Indonesia memiliki arti bangkai. Bangkai merupakan suatu julukan dimana sebuah benda yang sudah mati lalu mengeluarkan aroma busuk. Saya tidak perlu jauh-jauh bertanya mengenai Kota Batang kepada teman saya yang berasal dari luar Jawa Tengah. 

Teman saya yang berada di satu provinsi dengan Kota Batang pun terkadang sama sekali tidak mengetahui jika ada sebuah Kota yang bernama Kota Batang. Namun jika saya bertanya kepada teman-teman saya apakah mereka tahu dengan Kota Pekalongan, jawabannya sudah pasti tahu. Hal ini dapat terjadi karena Kota Pekalongan sudah memiliki citra dengan sebutan Pekalongan Kota Batik.

Kota Batang memiliki bermacam-macam tradisi. Namun yang akan saya bahas disini adalah salah satu tradisi yang menjadi sorotan masyarakat baik dari dalam maupun dari luar daerah Batang yaitu Tradisi Kliwonan. Tradisi ini merupakan tradisi yang sudah turun temurun sejak dulu hingga saat ini. Bagi masyarakat Kota Batang, malam Jumat Kliwon merupakan malam yang sangat di nanti-nanti dan penuh dengan kegembiraan. 

Pada malam jumat kliwon ada Tradisi Kliwonan yang selalu mengadakan Pasar Malam yang dikunjungi oleh masyarakat local maupun antar kota. Tradisi Kliwonan ini diadakan setiap Kamis Wage atau malam Jumat Kliwon yang berlokasi di alun-alun Kota Batang mulai sore hingga malam hari. Di dalam Pasar Malam terdapat wahana permainan anak-anak, penjual makanan tradisional khas Kota Batang, kebutuhan sehari-hari dan masih banyak lagi.

Saya akan menceritakan sedikit sejarah tentang Tradisi Kliwonan. Sejarah Tradisi Kliwonan yaitu pada jaman dahulu tradisi tersebut digunakan untuk mengenang Bahurekso yang telah membabad atau membuka daerah Batang. 

Salah satu alasan mengapa dilaksanakannya Tradisi Kliwonan yaitu karena pada hari tersebut Bahurekso melakukan tapa (bertapa) untuk mendapakan kekuatan, sehingga para keturunannya mempercayai bahwa hari tersebut merupakan hari yang keramat. Dahulu Bahurekso sering bertapa di sungai Lojahan atau sungai kramat. 

Kemudian terdapat kebiasaan di makam Sunan Sendang atau Sayid Nur, yaitu setiap malam Jumat Kliwon selalu berziarah ke makam tersebut. Lalu kebiasaan tersebut ditiru oleh masyarakat Batang untuk berziarah ke makam.

Dalam Tradisi Kliwonan, masyarakat Kota Batang sering melakukan tradisi Ngalap Berkah (mencari berkah) dan untuk penyembuhan serta kesehatan bagi anak-anak kecil dengan melakukan beberapa ritual seperti ritual Gulingan, dimandikan oleh Tetua Adat atau Kyai, membuang pakaian bekas yang digunakan setelah melakukan ritual Gulingan, serta membagi-bagikan uang logam dan makanan khas pasar (jajanan pasar).

Ritual Gulingan dimulai dengan mengguling-gulingkan anak yang sering sakit-sakitan di sekitar Alun-alun Kota Batang. Setelah itu pakaian yang digunakan ketika melakukan ritual Gulingan harus dibuang di Alun-alun tersebut. Selanjutnya anak kecil tersebut dimandikan di air sumur yang ada di Masjid Agung Kota Batang. Lalu anak tersebut diberi pakaian baru dan kembali ke sekitar Alun-alun untuk menyebar (melempar) sejumlah uang yang dipercaya sebagai ucapan rasa syukur.

Namun seiring perkembangan zaman, Tradisi Kliwonan tersebut kini bergeser menjadi Pasar Malam saja. Sehingga sampai saat ini tujuan diadakannya Tradisi Kliwonan yaitu hanya untuk hiburan dan berdagang untuk mencari rejeki bagi masyarakat Batang maupun luar Batang. Saya sendiri sebenarnya jarang datang ke Pasar Malam, karena disana benar-benar penuh dan sesak karena banyaknya pengunjung yang datang. 

Saya datang ke Pasar Malam ketika saya ingin membeli sesuatu atau ingin menikmati wahana permainan. Dahulu Tradisi Kliwonan dilakukan masyarakat untuk tolak balak, mencari jodoh, mencari keberkahan, memohon keselamatan dan kesejahteraan. Namun sekarang proses Tradisi Kliwonan tersebut sudah jarang dilakukan oleh masyarakat Kota Batang, karena sebagian masyarakat Kota Batang kurang setuju dengan proses tersebut. Sehingga takut jika akan menimbulkan pro dan kontra mengenai proses tradisi lantaran seperti mengagungkan air yang dianggap sirik oleh masyarakat.

Lalu setahu saya ada beberapa mitos yang dipercaya sebagian masyarakat Kota Batang mengenai Tradisi Kliwonan tersebut. Dahulu ketika saya masih Sekolah menengah pertama (SMA), ada peristiwa dimana Tradisi Kliwonan tidak dilaksanakan dan ada wacana untuk memindahkan tradisi tersebut di tempat lain. Namun ternyata terdengar suara ledakan dari pohon beringin yang terletak di Alun-alun Kota Batang. 

Masyarakat setempat mempercayai bahwa ledakan beringin tersebut terjadi karena para makhluk halus tidak setuju dengan wacana pemindahan tersebut. Lalu mitos yang lain yaitu sebagian masyarakat percaya jika pengunjung yang datang ke acara Pasar Malam di mlam Jumat Kliwon tersebut tidak hanya masyarakat local saja. Akan tetapi sebagian makhluk halus menyamar menjadi masyarakat Kota Batang dan ikut memeriahkan acara Pasar Malam tersebut. Entah itu benar atau tidak, karena saya sendiri juga mengetahui mitos-mitos tersebut dari ibu saya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun