Negara Indonesia memiliki keberagaman budaya dari Sabang sampai Merauke. Bermacam-macam suku, tarian, bahasa, agama, ras dan adat istiadat turut mewarnai keberagaman perbedaan yang dimiliki Indonesia.Â
Perbedaan budaya itulah yang menjadikan Indonesia menjadi Negara kesatuan. Seperti semboyan bangsa Indonesia yang tertulis pada lambang Negara Garuda Pancasila yang berbunyi berbeda-beda tetapi tetap satu jua.
Berbicara soal perbedaan, berbagai macam tradisi di setiap wilayah di Indonesia juga beragam bentuknya. Mulai dari sudut kota hingga ke pelosok desa pasti memiliki perbedaan tradisi yang sangat mencolok walaupun masih berada dalam satu kota.Â
Disini saya akan membahas salah satu tradisi yang ada di sebuah kota kecil yang banyak orang tidak mengetahui soal kota tersebut. Kota yang akan saya ceritakan yaitu Kota Batang. Kota dimana saya dan keluarga saya tinggal.Â
Batang merupakan sebuah kabupaten yang terletak di provinsi Jawa Tengah dengan ibu kotanya adalah Batang. Kabupaten ini berbatasan dengan Kabupaten Kendal di sebelah timur, Kabupaten Banjarnegara di sebelah selatan, Kota Pekalongan dan Kabupaten Pekalongan di sebelah barat, serta Laut Jawa di sebelah utara. Ketika saya merantau ke kota lain untuk kuliah, saya ditanya oleh beberapa teman saya mengenai asal daerah saya. Saya pun menjawab pertanyaan teman saya dengan jawaban Kota Batang.Â
Bahkan teman saya yang ketika mendengar nama Batang langsung tertuju dengan hal yang menjijikan. Kenapa begitu? Jadi Batang jika diartikan ke dalam bahasa Indonesia memiliki arti bangkai. Bangkai merupakan suatu julukan dimana sebuah benda yang sudah mati lalu mengeluarkan aroma busuk. Saya tidak perlu jauh-jauh bertanya mengenai Kota Batang kepada teman saya yang berasal dari luar Jawa Tengah.Â
Teman saya yang berada di satu provinsi dengan Kota Batang pun terkadang sama sekali tidak mengetahui jika ada sebuah Kota yang bernama Kota Batang. Namun jika saya bertanya kepada teman-teman saya apakah mereka tahu dengan Kota Pekalongan, jawabannya sudah pasti tahu. Hal ini dapat terjadi karena Kota Pekalongan sudah memiliki citra dengan sebutan Pekalongan Kota Batik.
Kota Batang memiliki bermacam-macam tradisi. Namun yang akan saya bahas disini adalah salah satu tradisi yang menjadi sorotan masyarakat baik dari dalam maupun dari luar daerah Batang yaitu Tradisi Kliwonan. Tradisi ini merupakan tradisi yang sudah turun temurun sejak dulu hingga saat ini. Bagi masyarakat Kota Batang, malam Jumat Kliwon merupakan malam yang sangat di nanti-nanti dan penuh dengan kegembiraan.Â
Pada malam jumat kliwon ada Tradisi Kliwonan yang selalu mengadakan Pasar Malam yang dikunjungi oleh masyarakat local maupun antar kota. Tradisi Kliwonan ini diadakan setiap Kamis Wage atau malam Jumat Kliwon yang berlokasi di alun-alun Kota Batang mulai sore hingga malam hari. Di dalam Pasar Malam terdapat wahana permainan anak-anak, penjual makanan tradisional khas Kota Batang, kebutuhan sehari-hari dan masih banyak lagi.
Saya akan menceritakan sedikit sejarah tentang Tradisi Kliwonan. Sejarah Tradisi Kliwonan yaitu pada jaman dahulu tradisi tersebut digunakan untuk mengenang Bahurekso yang telah membabad atau membuka daerah Batang.Â
Salah satu alasan mengapa dilaksanakannya Tradisi Kliwonan yaitu karena pada hari tersebut Bahurekso melakukan tapa (bertapa) untuk mendapakan kekuatan, sehingga para keturunannya mempercayai bahwa hari tersebut merupakan hari yang keramat. Dahulu Bahurekso sering bertapa di sungai Lojahan atau sungai kramat.Â