Mohon tunggu...
Neva Hadrian Mercy
Neva Hadrian Mercy Mohon Tunggu... Mahasiswa - Universitas Pembangunan Jaya

Prodi Desain Produk

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Burnout dalam Perkuliahan: Musuh Tersembunyi di Balik Tugas dan Ujian

20 Desember 2023   14:13 Diperbarui: 20 Desember 2023   14:19 123
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Lyfe. Sumber ilustrasi: FREEPIK/8photo

Jika kamu sedang mengalami masa-masa perkuliahan yang intens pastinya hal ini tidak asing bagi kamu.

Awal semester penuh dengan semangat namun di tengah semester semangat itu berubah menjadi stres.

Kita merasa seperti sudah mencapai titik kelelahan, akan tetapi demi kewajiban kita tetap hadir di kelas.

Rasanya sangat sulit untuk mendapatkan kembali semangat yang sudah hilang. Terkadang kita terus melangkah maju meskipun badan sudah lemas dan pikiran letih.  Perjuangan melawan stres perkuliahan terasa seperti berjalan di atas tali, di antara tugas dan ekspektasi yang terus menerus bertambah. 

Pernahkah kamu merasa begitu? ketika waktu berlalu dengan cepat, dan kamu bangun untuk menyadari bahwa semangat itu tidak kembali. Dalam rangkaian rutinitas perkuliahan yang menyita energi, ada satu musuh yang seringkali kita abaikan yaitu Academic Burnout. 

Apa itu Academic Burnout? 

Menurut Febriani (2021), Academic Burnout adalah kondisi seseorang yang merasakan kelelahan secara fisik, mental, maupun emosional yang diikuti oleh perasaan untuk menghindari diri dri lingkungan, serta merasakan penilaian diri yang rendah sehingga menyebabkan kejenuhan dalam belajar, ketidakpedulian terhadap tugas akademik, kurangnya motivasi, timbul rasa malas, dan mengakibatkan turunnya prestasi dalam pembelajaran. 

Ciri-ciri burnout melibatkan kombinasi dari aspek fisik, emosional, dan mental. Mahasiswa yang mengalami burnout mungkin menunjukkan penurunan motivasi, kelelahan yang berlebihan dan penurunan kualitas kinerja akademis. 

Dampak burnout sendiri dapat membuat mahasiswa menjadi tidak produktif, risiko tinggi terhadap kegagalan, dan bahkan pengaruh negatif pada kesejahteraan mental secara keseluruhan. Burnout juga dapat memicu keputusan drastis seperti drop out atau meninggalkan studi. 

Beberapa faktor yang dapat menyebabkan burnout adalah tekanan akademis yang berlebihan, tingkat ekspektasi yang tidak realistis, kurangnya dukungan sosial, serta ketidakseimbangan antara tugas akademis dan kehidupan pribadi. 

Ada beberapa cara untuk mencegah terjadinya burnout di antaranya yaitu istirahat yang cukup, istirahat adalah langkah pertama yang sederhana namun sangat efektif. Meskipun terdengar klise, banyak dari kita cenderung mengabaikan kebutuhan istirahat. 

Evaluasilah dirimu sendiri dan pastikan kamu memiliki waktu yang cukup untuk beristirahat. Jangan terlalu keras pada diri sendiri, dan luangkan waktu untuk kegiatan yang menyenangkan. 

Selain istirahat kalian juga dapat berolahraga secara teratur. Aktivitas fisik dapat menjadi kunci untuk mengatasi keletihan, bahkan melakukan aktivitas fisik sederhana dapat membantu mengembalikan energi dan meningkatkan suasana hati. Hindari bermalas-malasan terlalu lama, dan latih kebiasaan hidup sehat. 

Refleksi diri, cari tahu penyebab dari kelelahan dan keletihanmu. Apakah itu karena kesulitan dalam pelajaran, apakah kamu merasa kurang cocok dengan bidang studi, atau mungkin masalah dengan gaya pengajaran? Identifikasi akar permasalahan agar dapat mengambil langkah-langkah yang sesuai. 

Mari kita coba melihat studi kasus dari pengalaman seorang mahasiswi, Putri, mahasiswi jurusan desain produk. Awalnya, Putri penuh semangat untuk belajar hal baru dan mewujudkan kreativitasnya. Tetapi, seiring berjalannya waktu, tingkat kesulitannya semakin bertambah, menandakan beban kerja yang semakin meningkat. 

Tantangan utama Putri muncul dalam manajemen waktu, terutama saat terlibat dalam proyek kelompok lintas jurusan. Meskipun sudah mengelola tekanan dengan strategi self-time dan istirahat singkat, kelelahan yang mendalam tetap menjadi cobaan berat. Kondisi emosionalnya stabil, meskipun pada saat-saat kelelahan, Putri masih merasa ingin bersendiri. 

Sebagai tindakan pencegahan, Putri mengambil pendekatan perlahan dalam menyelesaikan tugas dan berfokus pada self-care. Dukungan sosial dari teman-temannya menjadi kunci dalam menghadapi tekanan perkuliahan. Dengan mengenali kebutuhan diri dan menetapkan prioritas dengan bijaksana, Putri berhasil mengelola stres dan menjaga keseimbangan antara akademis dan kehidupan pribadinya. Studi kasus ini menyoroti perjuangan dan strategi pengelolaan diri yang diterapkan Putri dalam menghadapi dinamika perkuliahan yang menantang. 

Pencegahan Academic Burnout bukanlah tugas yang sepele. Putri, mahasiswi jurusan desain produk, menjadi inspirasi dalam mengambil langkah-langkah untuk mencegah burnout. Melalui strategi self-time, fokus pada self-care, dan dukungan sosial, Putri berhasil menjaga keseimbangan dan semangatnya dalam menghadapi dinamika perkuliahan. 

Dengan kesadaran terhadap kebutuhan istirahat, menjaga aktivitas fisik, dan refleksi diri. Putri menunjukkan bahwa mencegah burnout bukan hanya sebuah prinsip, melainkan langkah-langkah nyata yang dapat diimplementasikan. Mari kita hadapi setiap tantangan perkuliahan dengan bijak dan menjaga semangat.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun