Semalam, aku sudah mengirimkan pada Soya, lokasi yang akan menjadi tujuan kami. Rencana yang seharusnya jalan-jalan satu-setengah-hari dipadatkan menjadi jalan-jalan selama 7 jam. Wisata kota ini sudah terasa menyenangkan sejak kami menyusun tempat-tempat yang menjadi tujuan kami. Sekalipun wisata dalam kota, kami membayangkan akan menikmati perjalanan menggunakan LRT dan transportasi online , menikmati sajian kuliner di beberapa tempat yang berbeda dan menyesap kopi di kedai-kedai kopi yang ada dalam daftar.
Semangat membuncah dalam tawa-tawa cerah kami dan kemungkinan makin panjangnya daftar lokasi yang akan dikunjungi juga tempat-tempat yang akan dikunjungi.
Nonton film
Kemarin, Soya melihat jam-jam tayang film untuk hari ini. Dibanding dengan minggu lalu, ternyata ada perubahan-perubahan jam tayang film. Setelah memeriksa jadwal beberapa bioskop lokal, film paling awal yang diputar pada hari ini terdapat pada pkl11.30 WIB. Dan judul filmnya adalah "Thor: Love and Thunder".
Sekalipun tak banyak, ternyata ada penikmat film yang nonton lebih awal. Nonton film awal di hari Senin, ternyata menyenangkan. :) Sekitar pkl 13.30 WIB, film usai. Kami bergegas menuju stasiun LRT yang jaraknya sekitar 5 menit berjalan kaki.
Kami membeli tiket di stasiun Bumi Sriwijaya dengan stasiun tujuan, stasiun Jakabaring. Tujuan berikutnya adalah Masjid Cheng Ho.
Masjid Cheng Ho
Dari stasiun Jakabaring, kami berjalan menuju Masjid Cheng Ho. Terik matahari pada sekitar jam 1430 menemani jalan siang kami. :) Setelah berjalan sekitar 10 menit, melewati pos satpam dan kompleks perumahan; kami melihat Masjid Cheng Ho dengan warna merah yang terlihat dari kejauhan.
Masjid dilengkapi dengan 2 menara serupa pagoda setinggi 5 tingkat.
Tiga-puluh menit kemudian, Soya memesan transportasi online. Kami menuju tujuan berikutnya.
Rumat Adat Dekranasda
Jarak Masjid Cheng Ho ke Rumah Adat Dekranasda tidak terlalu jauh. Sekitar 15 -- 20 menit berjalan kaki. Namun, kami memilih naik kendaraan saja. Masih ada banyak lagi tempat yang ada dalam daftar. Hehehehe...
 Ada sekitar 9 jenis rumah adat Sumatera Selatan di dalam kompleks Rumah Adat Dekranasda.  Anjungan rumah adat tersebut berasal dari kabupaten-kabupaten di provinsi Sumatera Selatan. Mulai dari anjungan rumah adat Ogan Komering Ilir hingga  Pagar Alam. Sekalipun namanya rumah limas, terlihat beberapa perbedaan antara anjungan satu dengan anjungan yang lain. Perbedaannya tampak pada warna rumah, bentuk tangga pada rumah panggung, bentuk jendela, juga pagar pada teras rumah. Terlihat juga kincir air tradisional.
Kami mengelilingi kompleks tersebut. Pada beberapa anjungan rumah adat tersebut, ada  yang menempati bagian bawah rumah.
Kami tidak sempat menaiki setiap anjungan rumah adat tersebut dan mengambil foto lebih banyak lagi karena hendak bergegas menuju tujuan berikutnya.
Kami sepakat, kunjungan kali berikutnya, kami akan menghabiskan waktu lebih lagi. Akan menaiki anjungan rumah adat tersebut dan menikmati detail rumah-rumah adat tersebut.
Dari kompleks Rumah Adat Dekranasda, kami berjalan kaki menuju stasiun LRT Jakabaring sejauh 7 menit. Lalu membeli tiket dan  menunggu sekitar 10 menit. Kami akan melewati jembatan Ampera dan turun di stasiun LRT Cinde.
Dapoer Cinta Musi IV menawarkan wisata kuliner dengan jajanan bingen (=waktu lampau). Lokasinya tak jauh dari jembatan Musi IV.
Kami tiba di Dapoer Cinta Musi IV sekitar jam setengah 6. Air sungai Musi terlihat sangat surut. Tinggi air yang biasanya tak terlalu jauh dari jembatan kayu tak terlihat. Lumpur tepi sungai terlihat sejauh sekitar 3 -- 5 meter dari tempat kami duduk. Langit sangat mendung, sehingga matahari sore tertutup oleh awan kelabu.
Kami menikmati tekwan, camilan pengantar makan malam. Pemandangan aktifitas sungai, langit sore dan jembatan Musi IV adalah gabungan yang sulit untuk dilewatkan begitu saja. Kami memotret banyak sudut hingga langit mulai gelap.
Warkop Nuri
Menjelang jam 7 malam, kami tiba di Warkop Nuri. Selain ramyeon, mie ayam dan minum dingin, kami memesan 2 jenis dim-sum.
Makan malam yang jaraknya sangat dekat dengan waktu camilan pengantar makan malam sangat mempengaruhi kecepatan makan kami. Hehehehe...
***
Selama perjalanan tadi, kami singgah di 3 stasiun LRT (Bumi Sriwijaya, Jakabaring dan Cinde); melewati jembatan Ampera sebanyak 2 kali (jalur LRT menggunakan jembatan yang berada di sebelah jembatan Ampera); melintasi jembatan Ampera sebanyak 1 kali, melambat di pasar 10 Ulu dan sekali melintasi jembatan Musi IV.
***
Selain jadwal LRT Palembang terakhir berangkat pkl19.37 WIB dari bandara Sultan Mahmud Badaruddin II; kami sudah kelelahan. Sehingga, setelah memesan makan malam, kami memutuskan tidak melanjutkan ke tujuan berikutnya yaitu minum kopi di bandara dan makan es krim di Gelato. :)
Tujuan-tujuan baru untuk wisata kota di waktu berikutnya, sudah ada. Minum kopi dan makan es krim sudah sekalian ditambahkan juga. :)
Dari jadwal yang kami susun, kami akan menikmati es krim sebelum jam 7 malam. Nyatanya, jam 7 malam, kami baru bisa tiba di rumah makan. Ternyata, dalam menyusun jadwal perjalanan tersebut, aku lupa menuliskan panjangnya waktu di perjalanan termasuk jika ternyata ada kemacetan karena waktu pulang kantor pada sore hari. Hahahaha...
***
Catatan dari kotaku, 1 Agustus 2022
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H