Mohon tunggu...
Roneva Sihombing
Roneva Sihombing Mohon Tunggu... Guru - pendidik

Penyuka kopi, gerimis juga aroma tanah yang menyertainya. Email: nev.sihombing@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

Menatap Birunya Laut dari Mercusuar di Tanjung Kalian - Sicaper 4

4 Maret 2022   16:23 Diperbarui: 4 Maret 2022   16:38 898
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Beberapa mil laut mendekati Muntok, terlihat mercusuar. Berdiri menjulang di tepi pantai. Setelah ferry sandar, dan kerabat yang ditunggu tiba, kami berjalan menuju tepi pantai dekat mercusuar berdiri. Ada bebatuan besar di tepian pantainya yang terlihat landai. Warga lokal terlihat menikmati suasana sore di pantai ini. 

Beberapa penjual makanan kecil lalu lalang di dekat kami. Aku ditawari otak-otak khas Bangka dengan sambal cocolnya yang sangat khas. Pedas dan manis. Makan pempek kulit dengan sambal cocol pedas manis di pinggir pantai adalah pengalaman pertamaku menikmati kuliner berpadunya pempek dan sambal. Biasanya, teman akrab pempek adalah cuko.

Sudah terlalu sore untuk masuk ke lingkungan bangunan mercusuar. Gelap sudah turun ketika kami dan beberapa pengunjung pantai Tanjung Kalian meninggalkan pantai. Ketika menoleh sekali lagi ke arah mercusuar, dia tampak sungguh tersendiri.

Aku berangkat ke Pangkal Pinang keesokan harinya. Tiba di pelabuhan Pangkal Balam pada siang hari, namun jetfoil Express Bahari sudah berangkat. Dua hari kemudian, aku kembali ke Muntok.

Kembali ke Tanjung Kalian

Siang baru meninggalkan teriknya, ketika aku sudah tiba di pelabuhan Tanjung Kalian, Muntok, setelah menghabiskan 2 hari di Pangkal Pinang. Hari ini, aku pulang ke Palembang. Aku memutuskan naik ferry terakhir, jam 5 sore. Masih ada waktu untuk mengunjungi mercusuar yang letaknya tak jauh pelabuhan Tanjung Kalian. 

Berjalan kaki sejauh 5 menit dari pelabuhan, aku tiba di lokasi bangunan mercusuar yang dibangun pada masa Belanda masih menguasai beberapa bagian wilayah di negeri ini. Ada tembok yang mengelilingi areal bangunan mercusuar. 

Dan, gerbang untuk menjadi batas bagi pengunjung sebelum memasuki lokasi bangunan mercusuar. Ada bangunan rumah sederhana dengan jendela kayu seperti kaca nako terbuka sedikit tak jauh dari mercusuar tersebut. Aku membayar 5000 rupiah sebelum menaiki mercusuar, menitipkan ransel, tas dan oleh-oleh,  lalu memasuki bagian mercusuar,  kemudian menyusuri tangga melingkar di bagian dalam mercusuar.

Semakin tinggi, jarak anak tangga satu dengan lainnya semakin lebar, memanjang dan jauh. Pada ketinggian tertentu ada jendela kaca berbentuk bulat dengan mengarah ke laut. Nafasku, makin lama semakin terdengar kuat dan kasar, sesekali terdengar dari nafasku yang kelelahan lagu "..ku 'tak bisa jauuuh, jauuh darimu.." Hahaha. Tanda-tanda kelelahan.

Baca juga: Senja di Perairan Muntok

Kaki mulai gemetaran, namun anak tangga masih juga belum berakhir. Mata sudah mulai berkaca-kaca. Di sekitar kepala terlihat gemintang berdansa memutar.. ;) Setelah beberapa kali berhenti untuk beristirahat, mampir ke kaca-kaca bulat yang terlihat sambil menatap laut, setelah berpikir untuk turun saja, dan meninggalkan tangga melelahkan ini tetapi sudah berjalan naik selama beberapa menit, akhirnya cahaya terang dari luar masuk melalui pintu di lantai puncak.   

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun