Mohon tunggu...
Roneva Sihombing
Roneva Sihombing Mohon Tunggu... Guru - pendidik

Penyuka kopi, gerimis juga aroma tanah yang menyertainya. Email: nev.sihombing@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Matahari Sore, Langit Abuabu dan Ponsel yang Ketinggalan

4 Maret 2022   00:15 Diperbarui: 4 Maret 2022   03:29 309
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Aku buru-buru membuka pintu mobil. Adikku menyusul di belakangku. Para karyawannya menatapku ketika aku membuka pintu, berjalan mendekati mereka dengan tatapan sangat intens. Belum sempat mereka bertanya mau pesan aku, terdengar suaraku, "Hape saya ketinggalan. Boleh periksa sebentar ke atas."

Setelah beberapa dari mereka mengangguk tanda mengizinkan, aku bergerak menuju tangga. Agak gugup, karyawan kedai kopi tersebut tanggap keluar dari counter untuk bisa bicara lebih dekat dengan kami. Sempat terdengar ketika adikku berbicara dengan salah satu diantara mereka, "Boleh lihat CCTVnya?" Salah satu diantara mereka mencoba menghubungi seseorang. Supervisor? Mungkin.

Aku menaiki tangga, segera berbelok ke kanan. Setelah 3 langkah, aku berbelok lagi ke kanan, ke tempat sebelumnya aku meletakkan baki beserta gelas-gelas minum kami. Sekilas aku melihat 3 orang pria muda. Mereka masih di sana. Duduk di tempat yang sama. Di sebelah kami, ketika beberapa menit yang lalu kami menikmati kopi kami di ruangan ini.

Aku tidak menemukan apa pun di tempat sebelumnya aku meletakkan baki. Tidak ada. Mungkin saja ketinggalan di kursi yang kami duduki tadi. Ketika aku berbalik, aku menatap 3 orang pria muda tersebut. Sekilas. Lalu, segera bergerak menuju tempat duduk kami di sebelahnya. Dari jarak 2 meter, hapeku tak nampak. Duuh.. Aku tidak menemukan telepon genggamku. Dadaku terasa sakit karena debar yang kuat. Hanya sesaat ketika aku hendak bertanya pada mereka apakah mereka melihat ada hape yang tertinggal, aku melihat mereka sibuk dengan hape masing-masing dan... ada sebuah hape di atas meja di hadapan mereka.

"Hape saya ketinggalan." Mereka bertiga melihat ke arahku. Bahkan, sebenarnya aku telah menerima tatapan mereka sejak aku masuk ke ruangan di lantai 2 ini. Selama satu menit yang terasa sangat panjang untukku, sejak aku memasuki lantai 2 ini, 3 orang pria muda ini sudah sangat menyadari kehadiranku.

"Mungkin ini, hapenya. Periksa saja dulu, bu..."

Aku mengambil hape itu, menatap sekilas, menekan salah satu tombolnya dan terlihat tampilan layar yang sangat akrab. Aku malah belum sempat mengganti gambar untuk tampilan layarnya seminggu ke belakang.

"Iya. Hape saya, ini. Terima kasih, ya." Aku berdiri di hadapan mereka, tersenyum terimakasih yang menular ke mata. Kemudian berbalik dan berjalan meninggalkan mereka. Punggungku terasa hangat. 

Aku menuruni tangga. Menatap para karyawan yang sedang menunggu dengan counter,"Hapenya ada. Pengunjung yang ada di sebelah kami tadi, masih belum pulang. Hape saya, mereka simpankan."

Terlihat wajah-wajah lega. "Terimakasih, yaa.. Maaf sudah merepotkan." Seseorang segera menekan tuts hape mencoba menghubungi seseorang. Supervisor? Mungkin.

"Permisi, ya.." Aku dan adikku meninggalkan kedai kopi tersebut dan masuk ke dalam mobil yang bahkan tidak sempat dimatikan mesinnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun