"Ketinggalan di mana?"
"Masih ingat tempat-tempat yang dilewati di kedai kopi tadi, kan, kak? Pasti ketinggalan di sana."
"Tadi letakkan di mana?"
"Cek tas kakak sama saku dulu, kak."
Respon yang bertubi-tubi datang dan beterbangan di udara. Dengan ketenangan luar biasa, aku mengeluarkan semua isi tas. Memeriksanya dengan perlahan. Keringat meluncur di punggungku. Memasukkan kembali tisu, dompet, payung kecil, stoples mungil berisi permen Hacks, 2 masker cadangan, kotak kacamata, dan sebotol hand sanitizer. Tanganku terasa dingin. Dua-duanya.
"Aku coba hubungi nomor kakak, ya.."
"Berapa nomor telepon kedai kopinya?"
"Ga diangkat..."
Setelah 5 menit pencarian tanpa hasil, tidak ada seorangpun berbicara. Sunyi yang sangat pekat. Perjalanan kembali menuju kedai kopi tadi, terasa lebih panjang. Keringat dingin meluncur tipis dari kening kananku. Mobil terasa lebih cepat bergerak.
Sekarang, kami berhadapan dengan matahari sore. Hangatnya meneduhkan jantungku yang mulai berdebar makin cepat. Sayup-sayup, masih terdengar intro lagu Langit Abu-abu. Sayup-sayup yang terdengar sangat jauh.
***