Mohon tunggu...
Roneva Sihombing
Roneva Sihombing Mohon Tunggu... Guru - pendidik

Penyuka kopi, gerimis juga aroma tanah yang menyertainya. Email: nev.sihombing@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Matahari Sore, Langit Abuabu dan Ponsel yang Ketinggalan

4 Maret 2022   00:15 Diperbarui: 4 Maret 2022   03:29 309
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Aku memundurkan kursi dan merilekskan punggungku. Tak sampai 10 menit, kegiatan beli duku selesai; kami sudah melanjutkan perjalanan menuju rumah.

Kadang dering masih ada namamu, beberapa pesan singkat untukku. Entah apa maksudmu, yang kutahu sayangimu, aku telah keliru. Ayo tulis di buku harianmu. Kelak jelaskan bila engkau punya waktu. Di bawah basah langit abu-abu, kau dimana? Di lengangnya malam menuju Minggu, kau di mana? 

Ingatan bergerak maju dari puluhan tahun lalu. Namun, ingatan kali ini masih berada di waktu lampau.

Rumah kontrakanku berada di sebuah kompleks perumahan yang baru dibuka beberapa tahun sebelumnya. Terbagi atas beberapa blok, dinding-dinding rumah-rumah tersebut ada yang menyatu bagian belakangnya, ada juga berdampingan di sisi kanan dan kiri rumah satu dengan yang lain. Tipikal perumahan kompleks. Di sebelah kanan rumah kami, ada sebuah rumah yang dijadikan tempat usaha wartel. Iya. Tidak salah. Wartel. Warung Telekomunikasi. Tempat kita bisa melakukan hubungan telepon jarak jauh. Antara lain interlokal nasional, yaitu bertelepon ke seseorang yang tinggal di kota berbeda dengan kota tempat kita tinggal, bisa juga bertelepon ke kota dengan provinsi sama pun provinsi yang berbeda. Hubungan telepon bisa juga interlokal secara internasional, kalau kuat bayarnya.. :)   Wartel juga bisa digunakan untuk menghubungai nomor lokal, namun lebih murah menggunakan telepon umum koin; juga bisa digunakan untuk menghubungi nomor telepon genggam.

Tahun itu, telepon selular mulai jadi bagian dari dari kehidupan. Aku mulai menabung demi telepon selular. Pada masa itu, pilihannya ada Nokia, Samsang, Ericson, Motorola dan Sony. Diantara yang rame ini, pilihanku jatuh pada merek Samsung berwarna biru. Cintaku pada Samsung masih belum berubah sejak pertama kali menyentuhnya. Eh? :)

Begitu aku memiliki telepon genggam, nomor telepon genggam si dia, aku masukkan ke dalam daftar kontak milikku. Bertahun berlalu, aku masih belum melepaskan setiap hal tentangnya. Telepon rumahnya, aku hafal di luar kepala. Lebih ingat dibanding nomor telepon rumah sendiri. Hehehe.. :)

Suatu hari, seolah-olah dari teman yang lain, aku mengirimkan pesan singkat padanya. SMS. Namun, dia segera mengenaliku. Katanya, dia tahu caraku bertutur. Sekalipun hanya lewat sms. Hatiku memuai. Aiiiih...

Kesadaran menempelakku. Hapeku ketinggalan! Dan, aku sudah ada di waktu sekarang. Kini. Sore hari dengan matahari hangat. Dengan suara ditenang-tenangkan, aku berkata,"Hape ketinggalan, neh.."

Responnya macam-macam.

"Hah??"

"Periksa dulu, kak."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun