Mohon tunggu...
Roneva Sihombing
Roneva Sihombing Mohon Tunggu... Guru - pendidik

Penyuka kopi, gerimis juga aroma tanah yang menyertainya. Email: nev.sihombing@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Hobby Pilihan

Underwater: Hiduplah Selagi Masih Bernafas, Langkah Awal Mengatasi Trauma Hebat

25 Juli 2021   02:35 Diperbarui: 25 Juli 2021   02:46 215
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Underwater (Dokpri.)

"Tapi apa untungnya bagi aku ataupun orang lain yang selamat hari itu? Atau mereka yang tidak selamat? Bukankah itu artinya kita merugikan mereka yang tewas kalau kita tidak masa bodoh dengan kejadian itu dan menikmati hidup saja? Kita harus hidup karena mereka tidak bisa. Kita harus hidup sebaik mungkin, tidak setengah-setengah, melainkan sepenuhnya. Kita berutang itu kepada mereka." (hal 316)

***

15 Oktober tahun sebelumnya, Aaron Tiratore mengancam beberapa teman sekolahnya menggunakan senjata api, memuntahkan beberapa peluru sehingga melukai beberapa siswa dan jatuh korban jiwa bernama Connor Wallace. 

Sebelum semuanya berakhir, Aaron menarik tangan seorang teman perempuan yang sedang bersembunyi untuk dijadikan sandera. Morgan Grant! Terlalu terkejut melihat bahwa teman yang ditodongkan senjata adalah seseorang  yang telah memberi tumpangan mobil ke sekolah, Aaron meletakkan ujung senapan api ke kening Morgan tetapi membalikkan pistol tersebut lalu menembak dirinya sendiri.

***

Hidup menjadi hal yang tidak mudah bagi Morgan Grant sejak insiden 15 Oktober lalu. Setiap kali Morgan mencoba keluar dari apartemen dua-kamar mereka, udara terasa menipis, paru-parunya mengkerut, serangan panik menyerbu kulitnya, gemetar menghebat dari ujung kaki ke ujung jari, sehingga Morgan tidak bisa melangkahkan kaki keluar dari apartemennya.

Ketakutan akut memayungi hari-hari Morgan, sehingga Morgan tidak lagi ke Pasific Palm High School, berhenti keluar dari rumah, memutuskan komunikasi dengan teman-temannya dan melanjutkan sekolahnya secara online. 

Seorang konselor professional, Brenda, mengunjungi Morgan setiap minggu untuk menolong Morgan mengatasi traumanya terhadap ruang terbuka. 

Menanyai keadaan Morgan, mendorong Morgan menceritakan perasaannya dan menuliskan detail kegiatan rutin di rumah. Dan Brenda juga menuliskan resep obat penenang yang tidak diharapkan untuk digunakan oleh Morgan.

Suatu kali, Morgan mengetahui bahwa mereka memiliki tetangga baru, Evan Kokua dan ibunya. Evan dan ibunya pindah dari Hawaii ke lingkungan mereka karena ibu Evan hendak membantu bibi Evan mengelola restorannya. Setelah kematian anaknya dalam sebuah insiden di sekolah, bibi Evan masih berduka dan sulit melepaskan kesedihan.

Setelah menjadi lebih dekat pada Morgan, Evan menceritakan tentang Connor, sepupunya yang menjadi korban dalam peristiwa penembakan di sekolah Morgan. 

Ternyata, Connor adalah pengagum rahasia Morgan yang keren. Kesadaran Morgan mulai bertumbuh ketika melihat lukisan Connor yang sedemikian indah, yang diberikan Evan pada Morgan. Membuat lukisan anggota keluarga adalah salah satu cara Connor menunjukkan cinta dan sayang kepada keluarganya.

Upaya setahap demi setahap dilakukan Morgan, mulai menyemangati diri sendiri, berlatih berjalan mendekati pintu keluar, berdiri di balkon aparteman, termasuk menerima Evan bertamu di apartemennya. 

Setelah 7 bulan, insiden mencekam tersebut, Morgan berhasil keluar dari apartemen, meninggalkan apartemen dan menonton pertunjukan Ben, adik satu-satunya, di aula sekolah Ben.

***                                                                                                                        

Ketika hal-hal traumatik membayang, berikut ini langkah-langkah awal mengatasi trauma hebat:

1. Carilah pertolongan

Carilah pertolongan dari para professional, yang dipercaya dan dapat diandalkan. Setelah mendapatkan pertolongan, bersedialah ditolong. Dua hal ini adalah dua langkah yang berbeda, yang masing-masing membutuhkan keberanian besar untuk dijalani.

2. Jangan keluar dari lingkaran

Bara api menjadi redup kemudian mati ketika diletakkan jauh dari kumpulan kayu bakar lain yang telah menjadi bara. Maka, jangan keluar dari lingkaran pertemanan yang sudah dimiliki sebelumnya. Morgan memutuskan menghubungi lagi teman-temannya (Sage, Brianna dan Chelsea) setelah berbulan-bulan putus komunikasi. Hal yang dikiranya

3. Ampuni diri sendiri

Pada banyak peristiwa naas yang kita alami, selain penyesalan hal yang paling sering dilakukan adalah tindakan menyalahkan diri sendiri. Ketika telah tiba pada tahap mengampuni pelaku, pastilah telah melalui dengan baik tahapan mengampuni diri sendiri. Maka, setelah memaafkan orang lain, jangan lupa mengampuni diri sendiri.

4. Ada yang menanggung trauma lebih berat

Morgan mengira bahwa satu-satunya yang mengalami saat-saat terberat pada insiden tersebut adalah dirinya sendiri. Tanpa sempat mengingat bahwa salah satu temannya yang bernama Taylor justru terserempet peluru di bahunya.

Morgan sempat merasa marah karena justru Taylor lebih cepat pulih dari trauma bahkan tidak takut memamerkan bekas luka tembak di bahunya. Bisa saja, pemikiran bahwa ada yang menanggung trauma lebih berat bisa menolong Morgan menerima traumanya tanpa maksud meniadakan peristiwa mengerikan yang pernah dialaminya.

5. Berpikir di tempat yang aman

Morgan memiliki kebiasaan berpikir di bawah air. Kebiasaan ini termasuk kebiasaan yang tidak aman. Maka, berpikir di tempat yang aman dan dalam pengawasan orang dewasa selalu lebih baik.

6. Dukungan dari keluarga dan sahabat

Ada kalanya keadaan yang tidak berubah, sanggup menawar dan menciutkan semangat orang-orang yang berada di sekitar korban insiden. Mendukung upaya-upaya keluarga yang sedang mendukung korban trauma tetap bertahan adalah hal-hal yang bisa dilakukan.

7. Menerima tawaran pertemanan dan persahabatan

Setiap usaha untuk menjalin hubungan dengan orang yang bukan keluarga kadangkala sulit untuk dilakukan. Namun, menerima tawaran pertemanan dan persahabatan membuka peluang untuk belajar menerima diri sendiri.

***

Underwater (2015) diterjemahkan oleh Mery Riansyah. Karya Marisa Reichardt ini memiliki 330 halaman dan diterbitkan pertama kali oleh penerbit Spring tahun 2017.

Hal-hal yang biasa dilakukan dan rutinitas menjadi perjuangan tersendiri untuk Morgan karena insiden yang menyebabkan trauma. Apakah ada trauma lain yang datang dari pengalaman berbeda? Apakah kita bisa mengenalinya? Apakah kita teredukasi untuk mengatasinya? (RS)

***

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun