Yang paling istimewa adalah kantong seperti buntelan berbahan sarung yang selalu dibawanya di belakang bahunya dengan menggunakan tongkat. Setiap kali pak Janggut beristirahat makan, pak Janggut akan mengeluarkan makanan aneka rupa dan warna. Jika dia seorang diri, makanan yang keluar cukup untuk dia seorang. Namun, jika pak Janggut berjalan dengan beberapa teman, maka akan terlihat makanan yang banyak seperti layaknya jamuan.Â
Bukan hanya makanan bisa keluar dari kantong pak Janggut. Selimut, tali, minuman, tenda, Â dan banyak lagi. Apa saja yang dibutuhkan, jika pak Janggut sudah memasukkan tangannya ke dalam kantong, segala rupa barang akan muncul. Sehingga, setiap kali, Pak Janggut mengambil kantongnya untuk mengambil sesuatu, aku selalu penasaran benda apakah yang akan muncul.
Dulu...
Pada masa itu, imajinasi adalah salah satu petualangan yang sangat menyenangkan. Peri yang terbang dengan sayap kecilnya, tongkat sihir yang bisa mengubah makanan tak enak menjadi makanan lezat, Deni yang berenang lebih cepat dengan ikan. Dulu, semuanya bisa langsung diterima tanpa argumen apapun. Dulu tidak ada yang bertanya-tanya betapa akurnya Bona dan Rong Rong. Aku tidak mempertanyakan apapun selain menikmati cerita dan pengalaman.
Pada masa itu, imajinasiku berkembang dengan gambar yang dipenuhi warna dan cerita, tentang pertemanan, tentang petualangan dan keberanian.Â
Aku masih ingat, di penghujung satu kisah Pak Janggut, ada anak-anak nakal mengambil kantongnya dan hendak mengambil isinya. Ketika tangan mereka keluar, yang terlihat adalah sebuah tongkat panjang. Tongkat panjang itu berbalik memukul dan mengejar anak-anak nakal tersebut. :)Â
Pak Janggut selalu menghukum anak-anak nakal dan kurang ajar selalu ada dalam setiap petualangannya.
***Â
Cerita-cerita yang kubaca semasa anak-anak dulu melintasi separuh dunia sebelum tiba di hadapanku. Selain Enid Blyton dari Inggris dan H.C. Andersen yang berasal dari Denmark, Pak Janggut ternyata dari Belanda.Â
Doraemon? Ah, aku sudah kenal pak Janggut dan kantong ajaibnya sejak puluhan tahun lalu.. (RS)
***
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H