Aku dikejar-kejar buku murah sejak tahun 2016. Tahun 2019 sudah hampir berakhir, namun pengejaran ini belum ada tanda-tanda akan berakhir. Eh?.
Maksudku, sejak tahun 2016, Gramedia mengadakan bazaar buku. Buku murah ini seolah tidak kehabisan persediannya. Selalu ada setiap dua bulan sekali. Kadang judul bukunya berganti. Kadang judul bukunya tidak berganti. Kadang jumlah bukunya per judul banyak.Â
Kadang jumlah bukunya per judul hanya satu buah. Jika buku tersebut bagus berdasarkan resensi yang ada di belakang buku, judul buku tersebut pernah terbaca baik sengaja ataupun tidak dan atau penulisnya termasuk yang terkenal, pada saat itulah aku akan berkata, "Coba tolong periksa sekali lagi gudangnya. Siapa tahu masih ada yang tersisa di sana." Hahahaha.
Dari banyaknya bazaar buku murah yang diadakan di kotaku, tersisa BBW untuk selalu dinantikan untuk datang ke kotaku. Di tahun ini, BBW terakhir diselenggarakan di Surabaya.Â
BBW adalah kepanjangan dari Big Bad Wolf. Big Bad Wolf adalah pameran buku terbesar yang pernah ada. Buku-buku yang dijual bukan hanya produk lokal tapi juga interlokal. Eh?
Balik lagi ke judul. Beberapa waktu yang lalu, aku mampir lagi ke toko buku. Ketika sedang memilih-milih buku yang akan diboyong pulang, aku memperhatikan beberapa calon pembeli di sekelilingku dan aku tersenyum melihat mereka.
Dan, aku menyadari pelaku pembeli buku yang sempat aku perhatikan selama memilih-milih buku yang masih belum aku punya:
1. Asal murah
Ada beberapa pembeli asal mengambil buku setelah melihat harganya. Kebayang, kan, ada buku yang tag harganya berdekatan dengan harga yang dibazaarkan.Â
Harga sebelum diskon 73rb, sesudah diskon 10rb. Bahkan ada yang tidak perhatikan ada tulisan "Harlequin" di sudut kiri atas. Itu bacaan dewasa.
2. Belum kenal buku
Ada suatu masa ketika buku-buku terjemahan dijual murah yang diletakkan bertebaran di atas palet ukuran 2 x 2 meter yang sudah dilapisi dengan kain tebal berdekatan dengan komik menimbulkan kebingungan.Â
Banyak buku terjemahan luar adalah buku bacaan untuk dewasa. Dan, pada buku-buku tersebut, nyaris tidak ada tanda sama sekali jika bacaan tersebut adalah bacaan dewasa.
3. Kalap
Menyambar semua buku yang pertama kali dilihat. Kalap. Tidak sempat memperhatikan judul, apakah buku yang diambil merupakan buku untuk mewarnai, buku tentang anggrek, buku biografi seorang tentara ataukah buku program komputer.
4. Pembeli Galau
Bukannya melihat buku-buku yang tersaji, malah memperhatikan buku yang dipegang calon pembeli lain. Hadeeeuh.
5. Pembeli telaten
Komik sempat sangat murah. Bisa Rp10.000/7 buku. Komik yang dijual muncul dengan varian judul yang sangat banyak sekalipun nomor serinya tidak selalu berurutan.Â
Maka, terlihatlah beberapa remaja, 2 sampai 3 orang, duduk dengan santai di tepi tumpukan komik, memeriksa setiap judul satu persatu dan mengatur ulang setiap tumpukan.. Sungguh telaten. Semoga, telatennya men
***
Untuk para penikmat buku murah bagus yang masih keponakan usia remaja, yang punya sepupu remaja dan yang punya anak-anak remaja, tolong dampingi mereka ketika memilih buku bacaan yang murah meriah ini untuk dibawa pulang. Tidak semua bacaan berada dalam rentang usia mereka.
Yuk, jaga semangat baca mereka dengan bacaaan yang sesuai. Yuk, dukung pemerintah menyiapkan bacaan yang baik untuk remaja kita.
Terakhir. Aku ingin terlihat prihatin. Begini. Apakah penulis buku yang bukunya dijual murah ini tetap mendapatkan royalti penuh?
Menulis itu sulit, jenderal!
Catatan dari kotaku,
Oktober 2019
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H