Larung sesaji pun memiliki nilai etnobotani tercermin dari terciptanya nilai gotong royong, persaudaraan, peduli, cinta lingkungan, dan budaya yang berimplikasi besar bagi konservasi dan preservasi lingkungan.Â
Warga secara gotong royong mempersiapkan dan melaksanakan kegiatan dengan tetap memperhatikan keamanan, ketertiban, dan kontrol atas kondisi lingkungan.Â
Sikap kepedulian terhadap lingkungan dengan cara menjaga kebersihan ekosistem sekitar Telaga sehingga tidak pencemaran lingkungan. Adapun arakan tumpeng lainnya terbagi merata ke seluruh warga sebagai wujud syukur dan menghormati atas limpahan panen dan nikmat pemberian Tuhan Yang Maha Esa.
Makanan sesajen yang dilarung merupakan makanan yang tetap menjaga ekosistem, tidak mencemari, dan justru mendukung perkembangan ekosistem seperti sedekah makanan untuk fauna yang hidup di dalam telaga dan sekitarnya. Nilai budaya ditunjukkan selama kegiatan berlangsung seperti pertunjukan reyog, gamelan, ritual adat, maupun sholawatan.Â
Tak lupa, masyarakat selalu menjaga kearifan lokal Telaga Ngebel sehingga ekosistem Telaga tetap seimbang bahkan hingga saat ini wisata Telaga Ngebel sangat populer manca daerah bahkan mancanegara. Bumi Ngebel berharap Telaga Ngebel dan sekitarnya selalu asri serta masyarakat semakin mencintai dan giat melestarikan lingkungan.
Sumber:
Jatim Newsroom. (2023). Bupati Ponorogo Adakan Larung Sesaji di Telaga Ngebel. https://kominfo.jatimprov.go.id/berita/bupati-ponorogo-adakan-larung-sesaji-di-telaga-ngebel
Ristanto, H. (2022). Grebeg Suro, Larung Sesaji Tumpeng Agung di Telaga Ngebel. https://radarmadiun.jawapos.com/ponorogo/amp/801216780/grebeg-suro-larung-sesaji-tumpeng-agung-di-telaga-ngebel
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H