Perkembangan jurnalisme di Indonesia yang berpindah ke media onlineÂ
Perkembangan internet di era digital saat ini memang sangat berpengaruh pada media cetak, televisi, dan radio. Para pelaku bisnis yang mengatur media cetak, televisi, dan radio mulai berpikir cepat dalam perubahan era internet ini. Jika mereka tidak mengikuti perubahan ini, maka bisa dikatakan media cetak, televisi, dan radio yang mereka punya akan tutup dan tidak bisa berkembang di dunia digital. Maka dari itu, tak heran kita sering melihat yang awalnya ada di media cetak, televisi, dan radio sekarang hadir dalam bentuk media online.
Salah satu contohnya, Harian Kompas. Harian Kompas merupakan surat kabar nasional Indonesia, mulai terbit pada tahun 1965. Awalnya surat kabar ini diterbitkan secara cetak lalu dengan perkembangan internet yang semakin pesat membuat Harian Kompas beralih dengan membuat media online. Hal ini membuktikan bahwa perkembangan internet semakin pesat sampai membuat perubahan jurnalisme di Indonesia. Tak hanya Harian Kompas saja yang berpindah dengan menambah kanal media online tetapi ada beberapa surat kabar lainnya yang sama seperti Harian Kompas diantaranya majalah Tempo, Jawa Pos dan lain sebagainya. Â
Namun, perubahan tersebut tidak berhenti disitu saja. Jurnalisme di Indonesia semakin mengikuti perkembangan di era digital sekarang. Di mana penyampaian informasinya sudah bervariasi, tak lagi hanya menyampaikan informasi lewat tulisan saja tapi sudah menyampaikan informasinya dalam bentuk teks, foto, audio, video, dan inforgrafis. Hal ini dinamakan sebagai jurnalisme multimedia.
Perkembangan jurnalisme di Indonesia yang berkonvergensi ke jurnalisme multimediaÂ
Salah satu bentuk jurnalisme multimedia yang sudah digunakan ialah VIK (Visual Interaktif Kompas). VIK merupakan bentuk penyampaian informasi dengan model yang berbeda dan tergolong baru di dunia jurnalistik di Indonesia. Penyampaian informasi di VIK lebih mempersembahkan satu berita yang menggabungkannya ke dalam bentuk teks, foto, video, audio, dan infografis.
VIK juga berada di dalam satu naungan Kompas, dengan adanya VIK ini diharapkan dapat memberikan hal yang baru dalam dunia jurnalisme di Indonesia. Hal ini juga dipengaruhi karena adanya internet di era digital sekarang yang membuat semua orang berbondong-bondong berinovasi dalam membuat dan menyampaikan informasi ke khalayak massa. Tak hanya itu, VIK juga dikemas dengan menggunakan kata-kata yang naratif layaknya bercerita tapi tetap dijelaskan secara mendalam sehingga pembaca tidak merasa bosan melainkan tertarik akan penyampaian berita yang disampaikan oleh VIK.
Hal ini, dapat menarik para generasi milineal dan generasi Z yang menyukai hal-hal yang berbau dengan visual dan audio-visual. Maka dari itu, VIK yang berada dalam satu naungan Kompas merupakan salah satu bentuk penyampaian informasi maupun berita yang mulai berkonvergensi ke jurnalisme multimedia dikarenakan adanya perkembangan internet yang semakin pesat.
Menurut Jakob Oetama selaku pendiri Kompas (Kompas.com, 2016) mengatakan bahwa konten Kompas harus bisa dibaca melalui segala wahana (kertas, komputer, televisi, mobile phone, dan lain-lain). Bentuk konten yang akan di-deliver ke berbagai jenis media tidak hanya berupa teks dan foto, tetapi juga grafis, video, atau gabungan dari semuanya.