Mohon tunggu...
Neta Angga
Neta Angga Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Politik

Dilema Rohingya: Tidak Tulus Mau Jadi Warganegara Myanmar tapi Mau Tinggal di Arakan

12 September 2017   17:36 Diperbarui: 13 September 2017   13:10 1232
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kasus rohingya dewasa ini sangat ramai dibicarakan didunia. Berbagai pihak telah memberikan komentarnya.Ada yg tulus menyinggung masalah kemanusiaan yg menimpa rakyat di Arakan yg terdiri dari warga pendatang Bengali yg dikenal sbg Rohingya dan warga asli Arakan yg disebut Rakhine. Ada pula yg komentarnya tampak berat sebelah yg hanya menyalahkan satu pihak saja.

Supaya adil,langkah pertama yg perlu kita jadikan pijakan adalah berusaha memahami bagaimana duduk masalah yg sebenarnya.Tanpa mengetahui kondisi yg sebenarnya terjadi disana,niscaya kita bisa menemukan solusi yg adil dan bijaksana bagi pihak2 yg terlibat masalah ini.

Oleh sebab itu dalam tulisan berikut ini saya berusaha utk membahas akar permasalahan yg terjadi disana. Setelah mengetahui kondisi yg sebenarnya barulah kita bisa memberikan alternatif solusinya.

Pada awal abad ke 19 wilayah Arakan merupakan wilayah dari kerajaan Burma. Seluruh penduduknya bisa dikatakan beragama Buddha yg sekarang dikenal sbg kelompok Rakhine. Lalu terjadi perang antara Inggris yg menjajah India dgn Kerajaan Burma. Berkat kecanggihan persenjataannya Inggris berhasil menguasai wilayah Arakan pada tahun 1824. 

Sebagian penduduk asli Arakan yg tidak sudi dijajah oleh Inggris kemudian meninggalkan kampung halamannya dan mengungsi kedaerah lain. Untuk mengelola tanah yg ditinggalkan oleh kelompok Rakhine ini Inggris mendatangkan warga Bengali dr India timur yg umumnya beragama islam dan kemudian dikenal sbg Rohingya. Jadi pada awal kedatangannya status warga Rohingya masih sbg warga negara India. Inggris kemudian berhasil menjajah seluruh wilayah kerajaan Burma dan membawa serta banyak warga India baik yg beragama Hindhu maupun Islam utk menetap di Burma membantunya menjalankan roda pemerintahan.    

 Tahun 1942 jepang menyerang Inggris dan menjanjikan kemerdekaan bagi bangsa Burma. Keadaan ini mirip dengan kondisi ketika jepang menyerang Belanda dan menjanjikan kemerdekaan bagi rakyat Indonesia . Seperti yg terjadi di Indonesia,rakyat Burma juga kemudian mengangkat senjata utk mengusir sang Penjajah.

Di Arakan Inggris kemudian mempersenjatai pihak Rohingya utk membantunya melawan Jepang. Tapi oleh warga Rohingya senjata yg didapatnya dipakai utk menyerang desa2 Arakan Buddhis dan merampas tanah2 yg ditinggalkan oleh warga Rakhine akibat serangan ini. Karena kecanggihan senjata yg dimilikinya dengan mudah kaum Rohingya bisa membantai kaum tradisionil Rakhine. 

Didalam sejarah peristiwa ini dikenal dgn sebutan Arakan Massscre atau pembantaian Arakan 1942. Korban pihak Rakhine yg meninggal dalam peristiwa ini sekitar 50.000 jiwa. Ketika kemudian Inggris kalah oleh Jepang ,pihak Rakhine kemudian balas menyerang pihak Rohingya untuk merebut kembali tanah mereka yg dirampas. Peristiwa ini menandai awal bentrokan fisik secara terbuka antara Rohingya dan Rakhine yg terus berlanjut sampai saat ini,karena kurang bijaksananya visi pemimpin Rohingya spt yg diuraikan berikut ini.

Tahun 1947 jajahan Inggris di India jadi 2 negara merdeka India dan Pakistan. Penduduk India yg dibawa Inggris ke Burma beserta turunannya boleh memilih,mau jadi warga negara Burma atau kembali ke India. Sebagian besar dr mereka memilih kembali ke India sbgn lagi memilih utk tetap tinggal dan  jadi warga negara Burma dan mendapatkan hak yg sama dgn warga negara Burma lainnya. Mereka juga bebas menjalankan ibadah agamanya masing2 baik yg hindhu maupun yg islam di-tengah2 warga Burma yg mayoritas beragama Buddha. Dewasa ini dibanyak wilayah Burma kita bisa melihat banyak mesjid yg dengan bebas menjalankan aktifitasnya spt yg terjadi di Indonesia.

Sayangnya para pemimpin Rohingya pada wkt itu tidak mengambil pilihan yg tegas. Mereka sebaliknya minta kepada M.Ali Jinnah pemimpin Pakistan utk memasukkan wilayah Arakan sbg bagian dari wilayah Pakistan. Tentu saja usulan yg tidak masuk akal ini ditolak oleh Ali Jinnah. Sebab secara historis Arakah masuk wilayah kerajaan Burma dan kaum Rohingya yg tinggal disana menempati posisi minoritas ditengah mayoritas kelompok Rakhine. Penolakan inipun tidak membuat pemimpin Rohingya menentukan pilihannya secara tegas. 

Mereka tetap ingin tinggal di Arakan tapi tidak mau tunduk dan mengikuti peraturan yg berlaku. Mereka pada waktu itu rupanya banyak terpengaruh oleh paham Wahabi yg berkembang subur di Arab Saudi dan lebih suka menjalankan kehidupannya secara eksklusif tanpa usaha utk melakukan pembauran dengan pihak mayoritas Rakhine. Hal ini turut membantu meningkatnya ketegangan antara kedua belah pihak.

Kesempatan kedua datang ketika pihak Pakistan timur berjuang utk memisahkan diri dari Pakistan barat. Kali inipun pemimpin Rohingya salah mengambil keputusan. Mereka lebih memilih memihak Pakistasn barat memerangi saudara2 nya yg ada di Pakistan Timur. Ketika Pakistan timur berhasil memisahkan diri dan membentuk negara Bangladesh dengan tegas pemerintah yg baru tidak mengakui kewarganegaraan  pihak Rohingya yg telah menentang kemerdekaan Bangladesh. Inilah awal yg menyebabkan kelompok Rohingya jadi warga stateless yg tidak punya kewarganegaraan.Awalnya mereka segan jadi warga negara Burma shg akhirnya tidak diakui kewarganegaraannya oleh pemerintah bangladesh yg baru.

Setiap konflik umumnya diawali oleh serangan pihak Rohingya yg kemudian dibalas dengan keras oleh pihak Myanmar. Konflik terakhir diawali oleh serangan pihak ARSA (Arakan Rohingya Salvation Army) pada tgl 25 agustus kepada 30 pos polisi, militer dan pengawal perbatasan Arakan yg menyebabkan tewasnya beberapa petugas negara myanmar disamping korban dari pihak penduduk sipil Rakhine. Serangan ini kemudian dibalas dengan keras oleh pihak keamanan Myanmar yg akhirnya menyebabkan ratusan ribu pihak Rohingya terpaksa mengungsi ke Bangla desh.

Perhatian dunia rupanya lebih tertuju pada balasan yg keras dari tentara Myanmar pada pihak ARSA dan kurang menaruh perhatian pada akar permasalahan yg menyebabkan timbulnya konflik tsb.Melihat kronologis penyebabnya,masalah ini kelihatannya tidak bisa dibebankan hanya kepada pihak Myanmar saja utk menyelesaikannya.

Bangladesh juga harus diikut sertakan dan dihimbau utk memaafkan pihak Rohingya dan menerima mereka2 yg ingin pulang kampung sebagai warganegaranya kembali . Inggris yg menjadi penyebab utama dari konflik ini juga harus dibangunkan hati nuraninya utk bertanggung jawab. Dengan dikoordinir oleh PBB dan dibantu oleh etiket baik berbagai pihak saya rasa masalah ini masih bisa diselesaikam dengan baik utk terciptanya perdamaian di Arakan dan demi kebaikkan semua penduduknya baik Rohingya maupun Rakhine.

DIPERLUKAN ETIKET BAIK DAN SOLUSI YG ADIL BIJAKSANA DARI SEMUA PIHAK UNTUK MENGHENTIKAN PENDERITAAN PENDUDUK ARAKAN, BUKAN HANYA KECAMAN.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun