Mohon tunggu...
Nicodima Wigonesti Murani
Nicodima Wigonesti Murani Mohon Tunggu... Administrasi - Living in paradise : Indonesia

Pekerja kantoran yang suka jalan-jalan dan menulis

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

Harus Bernyali, Berendam ala Orang Jepang di Puncak Gunung

7 Agustus 2019   18:09 Diperbarui: 7 Agustus 2019   18:16 121
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Banyak hal yang unik dan menarik dari Jepang, salah satunya budaya berendam. Bagi saya berendam di air panas adalah hal biasa karena tidak jauh dari Kota Bandung banyak tempat berendam air panas seperti di derah Ciater, Subang.

Berendam orang Jepang dan orang Indonesia berbeda. Orang Indonesia berendam hanya untuk rekreasi dan sekali-kali saja dilakukan. Seperti saya berendam di Ciater bisa di hitung dengan jari. Sedangkan bagi orang Jepang berendam sudah merupakan budaya dan kebutuhan. Kamar mandi mereka biasanya memiliki bathub untuk berendam atau di sebut Ofuro. 

Jadi bagi mereka berendam adalah bagian dari mandi. Banyak hotel juga yang menyediakan tempat berendam bagi tamunya, kadang terbuka untuk umum tanpa harus menginap di hotel tersebut dengan biaya yang sudah di tetapkan oleh hotel.

Ada 2 macam cara mandi orang Jepang yaitu Onsen atau berendam di air panas dan Sento adalah tempat pemandian untuk umum. Pengunjung Onsen atau Sento bisa memilih akan berendam atau mandi di tempat khusus Laki-laki, khusus wanita, atau campur (biasanya untuk pasangan).

Saya datang ke Jepang saat musim gugur dimana suhu sudah mulai dingin dan berencana untuk berendam di onsen. Bagi kita yang bukan orang Jepang, berendam di onsen menjadi tantangan tersendiri karena saat berendam kita diwajibkan untuk membuka semua pakaian kita, jadi tidak ada sehelai benangpun yang menempel di tubuh, yang diperbolehkan biasanya hanya handuk kecil tipis untuk menutup kepala.

Berendam di private onsen menjadi pilihan bagi yang tidak memiliki "nyali" untuk berendam di public onsen bersama dengan orang yang tidak di kenal dengan tubuh tanpa di tutupi apapun. Sekarang ini sudah ada beberapa onsen yang memperbolehkan pengunjung menutup tubuhnya saat berendam, biasanya kita diharuskan menyewa pakaian seperti handuk.

Bagi saya yang ingin merasakan menjadi orang "Jepang", saya akan berendam tidak hanya di public onsen tapi juga outdoor onsen dengan sumber air panas alami. Outdoor onsen biasanya ada di pegunungan atau di pinggir pantai.

Pilihan saya untuk menikamati onsen adalah Takaragawa Onsen. Belum berendam saja, menuju onsen ini sudah tantangan bagi saya. Dari Tokyo menggunakan Shinkansen double decker atau kereta cepat dengan 2 lantai menuju Stasiun Jomo Kogen sekitar 70 menit. Jika ingin menikmati view yang lebih jelas saat reservasi kursi pilihlah deck paling atas. 

Pilihlah jadwal kereta pagi yang tidak lebih dari jam 08:00 supaya tidak tertinggal bus menuju Takaragawa Onsen. Tiba di Stasiun Jomo Kogen harus berganti transportasi menggunakan bus menuju terminal bus Minakami, halte bus berada di dekat pintu keluar stasiun kereta. 

Tiba di Terminal bus Minakami harus kembali beganti bus menuju Takaragawa Onsen. Jadwal bus dari Minakami menuju Takaragawa onsen hanya ada satu kali dalam sehari  yaitu untuk pergi jam 10:45 pagi dan jadwal pulang dari Takaragawa Onsen juga hanya satu kali yaitu jam 14:52. Jika ingin melakukan one day trip jangan sampai tertinggal bus. Takaragawa Onsen juga memiliki rykon atau penginapan tradisional Jepang. Jika memiliki waktu akan lebih puas menginap di sini.

Jalur yang akan dilalui menuju onsen menanjak dan berkelok-kelok, viewnya sangat cantik apalagi saat musim gugur kita bisa melihat pemandangan gunung-gunung yang berwarna warni dan sungai dengan air yang sangat jernih. Selama dalam perjalanan dari Minakami menuju onsen saya tidak melihat ada bangunan rumah satupun, hanya gunung dan hutan. Yang membuat saya sedikit mengkeret karena hanya sendiri di dalam bus bersama bapak supir, tidak ada penumpang lain. Tidak hanya saat pergi, saat pulangpun saya sendirian. Bus akan berhenti tepat di depan onsen.

Saat melihat onsennya saya hanya berucap  dalam hati memang untuk melihat sesuatu yang indah harus ada perjuangan. Untuk menuju onsen kita harus turun ke sungai, onsennya persis ada di sepanjang sungai, jadi antara onsen dan sungai hanya dibatasi batu-batu kali. Saya sendiri memilih berendam di onsen khusus wanita dan lokasinya paling ujung.

Onsennya ada di sungai/dokpri
Onsennya ada di sungai/dokpri

Lokasi pertama yang saya lewati ada onsen khusus untuk laki-laki. Sedang asiknya menikmati pemandangan tiba-tiba kaget saat melihat ke arah sungai karena melihat para lelaki berlalu lalang dengan cueknya tanpa sehelai benang pun (langsung tutup mata). Aturan berendam di onsen kita tidak boleh menatap langsung ke arah area sensitif milik orang lain untuk menjaga kenyaman.

Lokasi kedua yang saya lalui adalah onsen campur untuk laki-laki dan perempuan. Sayangnya saat itu onsennya kosong. Biasanya yang berendam adalah pasangan. 

Akhirnya tiba di lokasi namanya Maya bath onsen, ini khusus wanita. Lokasinya lebih tertutup, ada pintu untuk masuk ke lokasi onsen. Setelah masuk, onsennya sendiri tetap terbuka dengan view sungai dan hutan yang sedang berguguran, luar biasa cantiknya. Jadi pintu masuk hanya seperti pagar penutup agar wanita yang berendam merasa nyaman.

Untuk berendam di onsen tidak boleh langsung nyebur ke dalam air seperti kita masuk ke kolam renang. Pertama kita harus membuka semua pakaian yang menempel di tubuh tidak terkecuali, ada ruangan dengan rak-rak untuk menyimpan pakaian dan barang yang kita bawa, lalu kita harus membilas badan kita hingga bersih, disediakan seperti bak mandi dengan gayung dari kayu khas tradisonal Jepang. Setelah bersih baru kita boleh masuk ke dalam kolam untuk berendam.

Maya Bath, onsen khusus wanita/dokpri
Maya Bath, onsen khusus wanita/dokpri
Suhu musim gugur yang sudah mulai dingin membuat saya ingin cepat-cepat masuk ke dalam air untuk menghangatkan tubuh. Beruntung sekali karena onsen kosong serasa menjadi onsen milik sendiri. Rasanya campur aduk antara senang, kagum dan takut. Rasa takut hilang karena jiwa narsis saya muncul dan segera mengambil hp untuk foto-foto sebelum ada orang lain datang.

Sekarang saya merasakan kenapa orang Jepang suka sekali berendam di onsen. Surga sekali rasanya, dengan udara yang dingin lalu berendam sambil memejamkan mata dengan view hutan yang cantik dan suara air sungai yang menenangkan hati. Tidak hanya badan menjadi hangat tapi juga membuat rileks dan pegal-pegal hilang.

Suatu hari saya pasti akan kembali untuk mencoba lokasi onsen yang lain.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun