Mohon tunggu...
Inovasi

"VOA-Islam.com" Bagaimana Kelengkapan Unsur Beritanya?

5 Oktober 2017   10:25 Diperbarui: 5 Oktober 2017   20:48 1680
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kemudian, berita ini belum menggunakan unsur etika di dalam tulisannya. Judul berita ini sangat menyudutkan dan terkesan menuduh dengan kata-kata "keahlian komunis seluruh dunia itu berbohong". Hal ini bisa saja memicu konflik.

Selama bulan September, ada dua isu yang diberitakan secara intens oleh portal berita ini, yaitu isu tentang kaum Islam Rohingya di Myanmar, dan isu ancaman kebangkitan Partai Komunis Indonesia (PKI). Namun, cara VOA-Islam,com dalam mengemas informasi tersebut masih belum sesuai dengan standar unsur-unsur berita milik Wendratama.

Dari lima berita yang dipublikasikan oleh VOA-Islam.com ini tidak ada yang terverifikasi dengan baik. Kelima berita tersebut bahkan ada yang hanya mengambil pernyataan seorang tokoh dari celotehan yang dilontarkan melalui akun twitter nya saja. Bahkan, beberapa berita juga tidak lengkap unsur 5W + 1 H nya, sehingga pemberitaan yang dilakukan tidak menyeluruh. Sempat terlintas di pikiran penulis bahwa pihak VOA-Islam.com tidak melakukan peliputan, karena unsur 5W + 1H yang tidak lengkap adalah aspek whendan where nya.

Selain itu, seringkali VOA-Islam ini menggunakan kata-kata yang kurang etis seperti pemberian label "biadab" untuk Myanmar dan PKI. Selain itu, tak jarang berita-berita yang dipublikasikan bernada provokatif.

Namun, walaupun tidak memenuhi standar unsur berita yang layak, berita-berita tersebut memiliki jumlah viewersyang tinggi sehingga media ini bisa bertahan. Bahkan, berita berjudul : "Empat Negara ASEAN Ini Tolak Resolusi Parlemen Indonesia atas Kebiadaban Myanmar ke Rohingya" ini memiliki jumlah pembaca 11.905.

Tingginya viewers ini menunjukkan bahwa masih banyak orang yang mengonsumsi berita dari VOA-Islam.com. Hal ini perlu menjadi perhatian. Apabila orang yang menerima berita ini adalah orang-orang yang mudah terprovokasi, maka bisa muncul suatu ketegangan tertentu. Karya-karya yang disajikan dalam media onlinesecara psikologis memiliki tingkat sensivitas yang tinggi karena komunikasi melalui media online memiliki sejumlah keterbatasan. (Muhtadi, 2016 : 80).

Refrensi : 

Kusumaningrat, Hikmat dan Purnama Kusumaningrat. 2006. Jurnalistik Teori dan Praktik. Bandung: Remaja Rosdakarya

Muhtadi, Asep Saeful. 2016. Pengantar Ilmu Jurnalistik.Bandung : Remaja Rosdakarya

Wendratama, Engelbertus. 2017. Jurnalisme Online : Panduan Membuat Konten Online yang Berkualitas dan Menarik. Yogyakarta : B First

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun