Mohon tunggu...
Nessa GitaEklessia
Nessa GitaEklessia Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Ilmu Komunikasi UIN Sunan Kalijaga-21107030081

lakukan, jalani, nikmati

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Kasus Wadas Belum Usai, Ganjar Pranowo Ceramah di Masjid UGM

9 April 2022   06:13 Diperbarui: 9 April 2022   06:21 648
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kasus penambangan di Wadas belum usai hingga saat ini. Desa Wadas, Kecamatan Bener, Purworejo Jawa Tengah hingga saat ini measih mengalami pergolakan dengan aparat kepolisian. Konflik di Wadas bermula dari kabar penambangan di Desa Wadas untuk rencana pembangunan Bendungan Bener. Dan situasi Desa Wadas semakin memanas saat sejumlah aparat kepolisian lengkap dengan tameng dan pentungan datang memadati desa.

Bendungan Bener merupakan salah satu proyek strategis nasional (PSN). Terkait pembangunan bendungan, pemerintah melakukan hal tersebut dengan tujuan memenuhi kebutuhan air yang akan mengairi bandara internasional dan irigasi untuk mewujudkan kemanfaatan air secara berkelanjutan dan mampu dimanfaatkan oleh masyarakat untuk kemakmuran rakyat.

Namun, warga Wadas menolak penambangan tersebut lantaran tanah mereka akan digunakan untuk bahan pembangunan Bendungan Bener. Salah satu alasan penolakan penambangan itu adalah warga merasa pemerintah merebut ruang hidup masyarakat dan mereka berkomitmen ingin menjaga kelestarian Desa Wadas. 

dokpri.
dokpri.

Melihat situasi hingga saat ini masih belum kondusif, saya mewawancarai seseorang yang memang mengikuti kasus penambangan di Desa Wadas sejak awal. Beliau adalah seorang aktivis FAMJ (Front Aksi Mahasiswa Yogyakarta). 

Saya mendatangi beliau yang kebetulan sedang berada di kost dan beruntung beliau bersedia untuk diwawancarai membahas mengenai kasus wadas saat ini yang belum usai dan belum menemukan titik terang antara warga Desa Wadas dengan pihak pemerintah.

Dari pandangan dan sepengetahuan beliau tentang kasus perampasan lahan dan ruang hidup di Desa Wadas adalah kasus ini banyak melibatkan banyak pihak, banyak wajah yang dimana isu ini bukan lagi isu regional meskipun kasusnya terjadi hanya di Purworejo, di salah satu desa yang tidak terlalu besar tetapi ini adalah Proyek Strategi Nasional (PSN), yang dimana bendungan itu dimanfaatkan oleh bandara internasional yang berarti banyak sekali wajah-wajah yang terlibat dalam kasus ini. 

Beliau memandang bahwa investor memaksa untuk menekan pengeluaran hingga akhirnya memilih desa yang dekat dengan bendungan untuk ditambang. Dan beliau menarik kesimpulan bahwa, warga tidak pernah menolak adanya bendungannya tetapi mereka menolak ruang hidupnya itu dirampas. Meskipun dengan adanya bendungan tersebut ada nantinya, hal tersebut akan menjadi aneh. 

Beliau menyampaikan, jangan lupa ketika Desa Wadas dibendung nanti akan ada tempat yang seharusnya dan biasanya dialiri air terus tidak dialiri air lagi, ada mata air yang biasanya dapat diambil secara gratis namun setelah ada bendungan tersebut itu akhirnya akan disalurkan oleh pemerintah yang pastinya dengan pengadaan PDAM dan berbayar.

Orang-orang yang ada di balik kasus ini sudah ada di kepala beliau sejak dari dulu. Menurutnya, ketika berbicara tentang Desa Wadas, ada orang yang nyuruh dan ada orang yang ngerjain. "Kita tidak bisa bilang siapa dibalik kasus ini karena data disembunyiin terus" begitu kata beliau. 

Karena jika diketahui siapa dibalik kasus ini maka investor akan dihabisi pasar sahamnya, contohnya. "makanya jika kita tanya siapa dibalik kasus Wadas, ya selesai dengan satu kata yaitu kekuasaan, kekuasaan hari ini. Siapa yang memegang kekuasaan hari ini ketika itu bentuknya PSN" kata beliau.

Menurut beliau, tidak pernah ada keputusan pemerintah yang mengatakan bahwa Desa Wadas akan ditambang untuk bahan pembangunan Bendungan Bener. Yang benar adalah bahwa pemerintah mengiyakan lokasi itu untuk ditambang. Jadi, investorlah yang ingin menambang di Desa Wadas dan pemerintah menyetujui. Dan pemerintah tidak pernah mendengarkan suara-suara yang tempatnya akan ditambang.

Jika berbicara soal data konkrit, struktur tanah Wadas memang memiliki batuan andesit yang sangat bagus di dalam. Beliau pernah berbicara dengan seorang kawan yang membidangi di bagian pertambangan, melihat isi di dalamnya dan dia memiliki data real. 

Sangat profit sekali Wadas ketika itu ditambang tetapi yang menjadi pertanyaan adalah apakah warga yang tinggal disana merasakan profit tersebut atau tidak. Orang-orang yang masih tinggal disana merasakan profit lain dari cara lain selain ditambang yaitu menanam dan memanfaatkan hasil bumi yang ada di Desa Wadas.

Tanggapan beliau tentang  bagaimana jika penambangan di Desa Wadas tetap berlanjut dan Bendungan Bener dibangun dan pemerintah memberikan sebuah rancangan bahwa saat lokasi tambang sudah selesai maka akan dibuat menjadi tempat wisata dimana hal tersebut dapat menggantikan mata pencaharian warga. 

Menurut beliau, hasilnya akan sama dengan kasus di Kulon Progo. Orang-orang akan ditekan terus untuk jual dan kemungkinan proyek ini akan tetap terealisasi. "kemungkinan ada dua nih, jadi atau ngga". "Tetapi ketika hal itu terjadi, aduh apa yang mau dilihat dari bekas tambang, bekas galian itu. Banyak sekali investor-investor tambang yang akhirnya dia gak nutup bekas galiannya lagi kok. Gak ada yang jamin, Wadas setelah dibor, dikeruk sebegitu dalamnya akan reboisasi lagi, dikembalikan lagi seperti semula." kata beliau. Dan ketika mata pencahariaan mereka yang awalnya petani yang dimana penghasil buah, kopi, kunyit, dan komoditi-komoditi berupa besek, arang kelapa akan dijadikan pekerja di sektor wisata. 

Akan sangat aneh ketika mereka dipaksa untuk berkecimpung di sektor wisata yang awalnya adalah seorang petani. "Jokowi selama ini mengatakan bertani, bertani, bertani, ya nyatanya petani-petani di Wadas diperlakukan seperti ini, ya kan aneh juga" kata beliau.

Saya juga bertanya tentang pandangan beliau tentang gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo yang berceramah di masjid UGM. Tanggal 6 april 2022, Ganjar Pranowo berceramah di masjid kampus UGM yang menyinggung soal kasus Wadas dan hadirnya individu-individu yang membawa banner bertuliskan "Save Wadas". Beliau berkata "terkait orang yang bawa banner, give applause bangetlah" beliau salut dengan orang-orang yang berjuang di lini-lini terkecil seperti itu. 

Beliau menyayangkan beberapa perkataan pak Ganjar yaitu  "ini bukan pekerjaannya pemprov. Ini pekerjaannya PUPR, yang membebaskan BPN, yang mengamankan polisi, yang mengerjakan di lapangan BBWSO, sebetulnya saya tidak terlalu punya otoritas di sini." 

Beliau mengatakan "mohon maaf pak Ganjar kalau tulisan ini akhirnya dibaca sama pak Ganjar, ya kan gak tau juga. Tapi gini pak, jenengan itu gubernur, orang yang dapat mandat, orang yang dapat kapasitas, kapabilitas, anda punya legitimasi untuk bilang iya atau tidak terkait lahan yang akan dijadikan ditambang di daerah anda sebagai gubernur. Terus ketika bapak bilang 'ketika terjadi sesuatu dan tidak ada pemimpin yang berani angkat tangan, saya bertanggungjawab, maka bilang saya bertanggungjawab dan harus datang untuk berdialog dengan mereka.' Ya iya pak, bapak itu jadi yang nyoblos juga kemungkinan orang Wadas juga. Kan mereka masih punya hak suara atas bapak" imbuhnya.

dokpri.
dokpri.

Beliau juga menyinggung soal Undang-Undang pasal 22 no.2 tahun 2012 tentang pengadaan tanah untuk kepentingan umum. "pak Ganjar Pranowo ini bertindak sebagai gubernur Jawa Tengah, dia sebagai instansi yang menerbitkan ijin penetapan lokasi (IPL) abis itu dia bilang saya tidak memiliki otoritasi, itu yang akhirnya lucu dengan ceramahnya pak Ganjar" katanya. 

"Nah, pasca diterbitkan IPL itu oleh pak Ganjar sendiri gitu baru PUPR dan BBWSSO Serayu Opak sebagai pemrakarsa, baru bisa melakukan aktivitas perampasan lahan mereka itu loh. Setelah IPL dari pak Ganjar gitu. Makanya, kata dirinya tidak punya otoritas dalam tanda kutip ya, perlu dipertanyakan lagi oleh masyarakat dan yang pasti tanpa IPL itu, BBWSSO dan PUPR tidak akan melakukan aktivitas lapangan, bahkan ada pengukuran dan segala macam. Tidak ada pembebasan lahan oleh BPN juga dan yang pasti polisi juga tidak akan melakukan tindakan represif terhadap warga Wadas dan preman-preman, anjing-anjing yang dibawa itu tidak akan pernah masuk Desa Wadas, kalau IPL itu tidak pernah terbit." Imbuhnya. "Dan anehnya pak Ganjar ini ceramahnya di masjid UGM, jadi seolah-olah dia datang sebagai pahlawan, sebagai apa gitu. Sebenernya kalo pengen bicara tentang Wadas, update di twitter GEMPADEWA gitu. Mungkin pendapat saya akan sama seperti mereka tapi memang pembacaan kami begitu, separah itu. Dan tentang aktivitas pak Ganjar di masjid UGM, jelas applause banget sama orang-orang yang menyuarakan save Wadas, segala macam, karna hari ini yang kita liat dari bentuk save Wadas itu bukan hanya save terkait ruang lingkup, ruang hidup ya tapi juga hak asasi mereka untuk merasa aman, merasa dilindungi, untuk punya kebebasan memilih. Itu mereka sudah tidak bebas, makanya Wadas melawan, bebaskan Wadas ya karna mereka ga bebas dari itu, dari pukulan-pukulan pentungan polisi juga." tambahnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun