Kasus penambangan di Wadas belum usai hingga saat ini. Desa Wadas, Kecamatan Bener, Purworejo Jawa Tengah hingga saat ini measih mengalami pergolakan dengan aparat kepolisian. Konflik di Wadas bermula dari kabar penambangan di Desa Wadas untuk rencana pembangunan Bendungan Bener. Dan situasi Desa Wadas semakin memanas saat sejumlah aparat kepolisian lengkap dengan tameng dan pentungan datang memadati desa.
Bendungan Bener merupakan salah satu proyek strategis nasional (PSN). Terkait pembangunan bendungan, pemerintah melakukan hal tersebut dengan tujuan memenuhi kebutuhan air yang akan mengairi bandara internasional dan irigasi untuk mewujudkan kemanfaatan air secara berkelanjutan dan mampu dimanfaatkan oleh masyarakat untuk kemakmuran rakyat.
Namun, warga Wadas menolak penambangan tersebut lantaran tanah mereka akan digunakan untuk bahan pembangunan Bendungan Bener. Salah satu alasan penolakan penambangan itu adalah warga merasa pemerintah merebut ruang hidup masyarakat dan mereka berkomitmen ingin menjaga kelestarian Desa Wadas.Â
Melihat situasi hingga saat ini masih belum kondusif, saya mewawancarai seseorang yang memang mengikuti kasus penambangan di Desa Wadas sejak awal. Beliau adalah seorang aktivis FAMJ (Front Aksi Mahasiswa Yogyakarta).Â
Saya mendatangi beliau yang kebetulan sedang berada di kost dan beruntung beliau bersedia untuk diwawancarai membahas mengenai kasus wadas saat ini yang belum usai dan belum menemukan titik terang antara warga Desa Wadas dengan pihak pemerintah.
Dari pandangan dan sepengetahuan beliau tentang kasus perampasan lahan dan ruang hidup di Desa Wadas adalah kasus ini banyak melibatkan banyak pihak, banyak wajah yang dimana isu ini bukan lagi isu regional meskipun kasusnya terjadi hanya di Purworejo, di salah satu desa yang tidak terlalu besar tetapi ini adalah Proyek Strategi Nasional (PSN), yang dimana bendungan itu dimanfaatkan oleh bandara internasional yang berarti banyak sekali wajah-wajah yang terlibat dalam kasus ini.Â
Beliau memandang bahwa investor memaksa untuk menekan pengeluaran hingga akhirnya memilih desa yang dekat dengan bendungan untuk ditambang. Dan beliau menarik kesimpulan bahwa, warga tidak pernah menolak adanya bendungannya tetapi mereka menolak ruang hidupnya itu dirampas. Meskipun dengan adanya bendungan tersebut ada nantinya, hal tersebut akan menjadi aneh.Â
Beliau menyampaikan, jangan lupa ketika Desa Wadas dibendung nanti akan ada tempat yang seharusnya dan biasanya dialiri air terus tidak dialiri air lagi, ada mata air yang biasanya dapat diambil secara gratis namun setelah ada bendungan tersebut itu akhirnya akan disalurkan oleh pemerintah yang pastinya dengan pengadaan PDAM dan berbayar.
Orang-orang yang ada di balik kasus ini sudah ada di kepala beliau sejak dari dulu. Menurutnya, ketika berbicara tentang Desa Wadas, ada orang yang nyuruh dan ada orang yang ngerjain. "Kita tidak bisa bilang siapa dibalik kasus ini karena data disembunyiin terus" begitu kata beliau.Â