Mohon tunggu...
Neo Feminism
Neo Feminism Mohon Tunggu... -

Hanya seorang anak muda yang gemar berfikir, bertanya, belajar, dan menulis.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Yang Maskulin Selalu Lebih Baik (?)

6 September 2012   02:28 Diperbarui: 25 Juni 2015   00:51 331
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Apa yang muncul di pikiran anda saat mendengar kata 'banci'?

Dan apa yang muncul di pikiran anda saat mendengar kata 'wanita tomboi'?

Saya bisa bilang, mayoritas pembaca mungkin mengerutkan kening dengan rasa geli atau tidak suka ketika mendengar kata 'banci', dan mungkin biasa saja, atau malah tertarik mendengar kata 'wanita tomboi'.

Saya merasa beruntung menjadi wanita. Mengapa? Karena bila wanita melakukan apa yang biasa dilakukan pria, maka orang-orang akan kagum. Kebetulan saya menyukai olahraga-olahraga tertentu yang lebih banyak disukai oleh pria. Dan ternyata, bagi sebagian besar orang, itu malah menjadi daya tarik saya.

Ironisnya, bila ada pria yang menyukai hal-hal yang biasanya disukai wanita, yang terjadi justru sebaliknya. Pria itu akan dianggap banci dan dicemooh. Seringkali saya mendengar komentar seperti, "Ih, itu cowok tapi kok dandan banget?" Seriously? What is so wrong with that actually? Apakah salah ketika seseorang ingin tampil rapi dan enak dipandang?

Jujur saja, yang saya lihat, kebanyakan wanita lebih senang bila dianggap tomboi, beberapa pria lebih suka kalau pasangannya agak tomboi, sementara mungkin semua wanita mendambakan pria yang 'cowok banget', dan tentu tidak ada pria yang senang dianggap banci. Kata 'banci' memiliki konotasi negatif karena merepresentasikan sisi feminine dari seorang pria.

Ketika seorang pria berani menyakiti seorang wanita, maka komentar orang-orang, "Beraninya sama wanita! Dasar banci!"

Ketika seorang pria menunjukkan sifat pengecut, maka ia akan dibilang banci. Ketika seorang pria manja, ia dibilang banci. Bahkan pria juga bisa melakukan apapun dengan ancaman 'dibilang banci'.

Sementara seorang wanita yang mandiri dan tidak tergantung dengan orang lain, dibilang 'tomboi'. Wanita yang serba simple dan praktis, dibilang 'tomboi'. Wanita yang suka olahraga, dibilang 'tomboi'.

Begitu banyak hal negatif yang dikonotasikan dengan kata 'banci', sementara begitu banyak hal positif yang dikonotasikan dengan kata 'tomboi'.

Memperhatikan penampilan, ingin tampil bagus di mata pasangan, sensitif, memperhatikan pasangan dengan detail, bagi saya adalah sifat-sifat yang identik dengan wanita, dan merupakan sesuatu yang sangat baik dan positif. Namun, bila pria melakukannya, orang tidak akan menyebutnya 'banci', atau 'feminine', karena menyebut pria 'banci' atau 'feminine' bukanlah sebuah pujian bagi masyarakat umum. Pria itu akan dianggap pria idaman saja, bukan pria feminine.

Sementara, suka gonta-ganti pasangan, yang notabenenya identik dengan pria, bila wanita yang melakukan, wanita itu tidak akan disebut 'tomboi', tapi malah dicap 'murahan'.

Ketika orang-orang mengetahui kegemaran saya bermain sepakbola, mereka dengan mudah menyebut saya tomboi, padahal saya feminine, dan saya tidak merasa itu sebagai pujian. Sementara ketika saya melihat seorang pria yang lembut, sensitif, dan perhatian, saya tidak bisa memujinya, "Wah, saya kagum pada anda, anda feminine sekali." Ia pasti malah akan tersinggung.

Masyarakat melihat maskulin sebagai sifat-sifat pemberani, praktis, berpikir dengan logika, mandiri, kuat, bertanggung jawab.

Mengapa kita tidak melihat feminitas dari sisi yang lebih baik, seperti kelembutan, intuisi, sensitifitas, pengertian, detail.

Jadi, sekali lagi, masalahnya di sini adalah, mengapa 'tomboi' itu pujian dan 'banci' itu cercaan?

Apakah salah untuk menjadi feminine?

--Eva Sitar Pahil--

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun