Mohon tunggu...
Neny Silvana
Neny Silvana Mohon Tunggu... Wiraswasta -

Unik, ekspresif, menarik.

Selanjutnya

Tutup

Edukasi

Nolongin Mama di Neraka

10 April 2013   15:10 Diperbarui: 24 Juni 2015   15:25 638
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Jadi teringat masa kecilku dulu, meskipun aku lahir dari keluarga yang tidak sempurna namun aku sangat bersyukur berada di bawah pengasuhan keluarga utuh yang menurutku sangat ideal sebagai orang tua.  Sejak kecil, aku diasuh oleh Pamanku. Kakak dari ayahku. Pamanku bekerja di Depag dan istrinya bekerja sebagai guru agama. Sejak kecil, dasar-dasar agama dan berprilaku yang baik telah mereka tanamkan kepadaku.

Kami tinggal di Jakarta dengan segala kesibukannya dan keterbatasan waktu. Tapi abi dan umi  sangat pandai mengatur waktu yang berkualitas.  Setiap hari kami dibiasakan untuk sholat subuh, magrib dan isya berjamaah. Abilah yang menjadi imamnya. Kami juga dibiasakan mengaji 10 ayat setelah sholar magrib secara bersama-sama, setelah itu ditutup dengan makan dan belajar bersama.

Sungguh, ketika kecil, sholat dan mengaji awalnya aktivitas harian yang tidak aku sukai. Terasa seperti beban buatku dan tidak menyenangkan. Tapi ternyata aku salah, sekarang aku sangat bersyukur di bawah pengasuhan keluarga yang menomersatukan pendidikan  agama. Dan berusaha menerapkannya kembali kepada anak-anakku. Ingin mereka menjadi lebih baik dariku, atau setidaknya dengan standar yang sama seperti yang aku peroleh dahulu.

Seperti yang diajarkan oleh abi dan umi, aku juga mengajarkan kedisplinan nilai-nilai agama kepada anakku. Dimulai dari hal sederhana, menjalankan sholat 5 waktu, mengaji 3 ayat setelah sholat, tidak berkata bohong, tidak berbuat curang dan iri kepada orang lain. Berlaku baik dan tidak menyakiti orang lain dengan sengaja.

Dari ketiga anakku dan seisi rumah ternyata Michikolah (anak bungsuku yang berusia 7 tahun) yang paling disiplin menjalankan sholat 5 waktu. Michikolah yang menjadi satpam setiap azan berbunyi dan mengingatkan kepada kita semua,"Sudah sholat belum? Sudah ngaji belum? Cepetan jangan main game terus! Ayoo mama jangan dagang terus," Subhanallah, putri kecilku tumbuh menjadi anak yang sholehah.

Seperti percakapanku siang ini dengannya,

"Mama, kepalaku pusing banget,"  Kata Michiko masih menggunakan mukena sehabis sholat

"Ya udah, kalau pusing Michiko tidur aja, supaya cepet sembuh," saranku padanya

"Tapi aku belum mengaji, Ma. Bagaimana aku bisa tidur,"

"Ya nggak papa, ngajinya ditunda dulu. Nggak usah ngaji dulu..

"Enggak mau ma, meskipun aku sakit dan kepalaku pusing  banget aku harus tetap mengaji.  Supaya aku lancar dan pintar baca Alquran. Kalau aku nggak pinter mengaji, nanti siapa yang nolongin mama kalau mama masuk neraka,"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Edukasi Selengkapnya
Lihat Edukasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun