Vinicius Junior atau yang dikenal dengan Vinicius Jr, dinobatkan sebagai pemenang Socrates Award di malam penganugerahan Ballon D'Or, salah satu ajang penghargaan kepada para pemain sepak bola yang memiliki prestasi luar biasa di lapangan hijau.
Nama Socrates  diambil dari nama salah satu pesepak bola asal Brazil bernama lengkap Socrates Brasileiro Sampaio de Souza Vieira de Oliveira.Â
Pemain yang dikenal sebagai Socrates ini selain sebagai pesepak bola, ia juga seorang dokter dan kolumnis surat kabar yang terus bekerja dan bersuara untuk kemanusiaan.Â
Socrates menjadi sumber inspirasi kepada para pesepakbola untuk memiliki tanggung jawab sosial di masyarakat.
Penyerang sayap kiri milik Real Madrid ini merupakan pemain kedua yang menyabet trofi Socrates Award setelah Sadio Mane ketika masih berseragam Liverpool.Â
Sadio Mane dan Vinicius dikenal bukan hanya sebagai sosok yang pandai mengolah bola di atas lapangan dan menjadi gol tetapi kepedulian mereka terhadap isu-isu sosial di kampung halaman mereka.
Sadio Mane membangun sekolah dan rumah sakit untuk menolong orang-orang tidak mampu di Bambali Senegal sedangkan Vinicius membangun sekolah di Brasil.Â
Socrates Award merupakan penghargaan yang pantas kepada kedua pemain ini karena mereka adalah pesepak bola yang bukan hanya memiliki prestasi di dalam lapangan tetapi juga memiliki tanggung jawab sosial di masyarakat.Â
Vinicius Jr membangun sebuah lembaga pendidikan bernama Instituto Vini Jr sejak ia berumur 19 tahun dan tahun ini ia memiliki target yang luar biasa yaitu membangun 15 Sekolah, 10.000 siswa dengan melibatkan 500 orang guru.Â
Bagi Vinicius, pendidikan dapat membawa sebuah transformasi dalam dunia sehingga dia menginvestasikan hidupnya untuk membawa pengaruh bagi masyarakat sekitar.
Akan tetapi, bukan hanya itu yang dijadikan sebagai alasan penobatan Vinicius sebagai peraih penghargaan Socrates Award, Vinicius telah menunjukkan aksinya berkali-kali dalam melawan rasisme di dalam lapangan hijau.Â
Rasisme adalah salah satu isu sensitif di benua biru hingga saat ini, terutama di dunia sepak bola.
Terdapat beberapa pemain dalam benak penulis yang pernah menjadi korban rasisme. Ada Mario Balotelli, Evra, Ozil dan Benzema.Â
Terakhir, Vinicius mendapatkan perlakuan rasis di laga El Clasico meskipun itu belum terbukti karena masih dalam tahapan penyelidikan oleh tim Barcelona. Vinicius sendiri mendapatkan perlakuan rasis berulang-ulang dalam pertandingan La Liga.
Secara khusus pertandingan Real Madrid melawan Valencia di Mestalla, Minggu (21/05/2023), Vinicius berani mengkritik klub-klub sepak bola di Spanyol bahkan Federasi sepak bola Spanyol dituduh oleh Vinicius menormalkan aksi rasis di La Liga.
"Ini bukan yang pertama kalinya, bukan yang kedua kalinya, bukan pula yang ketiga kalinya. Rasisme normal di La Liga. Dalam sepakbola, mereka berpikir ini normal, begitu juga federasinya dan lawan mendorongnya," Vinicius menulis di akun Instagramnya.
Tuduhan ini sempat menjadi topik hangat di Spanyol karena Presiden La Liga menganggap Vinicius tidak memahami apa yang mereka kerjakan dalam menangkal aksi rasisme di Sepak Bola Spanyol.Â
Vinicius juga dianggap membuat tingkah yang memicu aksi rasis dalam bentuk rasis dari penggemar lawan.
"Kami sudah mencoba untuk menjelaskan kepada Anda apa itu La Liga dan apa yang bisa dilakukan dalam hal rasisme, tapi Anda tidak muncul sekalipun dalam dua tanggal yang disepakati yang Anda minta sendiri," Tebas menulis di akun media sosialnya seperti dikutip AS.Â
Sebelum mengkritik dan menyinggung La Liga, Anda perlu mencari informasi dengan benar. Jangan biarkan dirimu dimanipulasi dan pastikan Anda memahami kerja yang sudah kami lakukan bersama-sama," kata Javier Tebas
Terlepas dari perdebatan ini, keberanian Vinicius melawan aksi rasisme patut diacungi jempol. Penulis menjuluki Vinicius Jr sebagai Martin Luther King Jr di lapangan hijau.Â
Martin Luther King Jr dan Vinicius Jr memiliki kesamaan yaitu menentang diskriminasi ras terutama untuk orang-orang kulit hitam.
Dalam catatan sejarah, Martin Luther King Jr benar-benar menentang diskriminasi ras terhadap orang-orang kulit hitam yang berujung dirinya pernah dipenjarakan.Â
Dari Penjara Ia menulis sebuah surat yang menyatakan bahwa ia merasa dipanggil untuk menyuarakan suara kenabian terhadap ketidakadilan yang terjadi pada zamannya.Â
Ia pun mengkritik orang-orang yang terbuai dalam keadaan yang terjadi dan tidak mampu mendobrak dominasi kekuasaan orang-orang kulit putih di Amerika.
Martin Luther King dikenal karena pidatonya dengan judul "I Have A Dream" pada saat ia memimpin pawai berbaris ke Washington, DC (28 Agustus 1963).Â
Pidato ini yang kemudian membuatnya terkenal dan dipuja sebagai penerus Abraham Lincoln yang kemudian dunia memberikan penghargaan Nobel Perdamaian kepada dirinya.
Vinicius sendiri dikenal karena cuitannya yang tak pernah berhenti di akun media sosial yang mengundang perhatian publikasi khususnya para pecinta sepak bola.Â
Bahkan, dalam penerimaan penghargaan tersebut, pemain bernomor punggun 7 Real Madrid tersebut menyinggung soal rasisme yang sering ia alami. Dia merasa kesal karena selalu ditanya soal pelecehan rasial yang diterimanya dalam setiap acara.
"Sangat menyedihkan setiap kali saya harus datang dan berbicara tentang rasisme. Saya suka membahas soal sepakbola. Saya suka membicarakan tentang pemain-pemain hebat yang ada di sini dan itu (rasisme) sangat menyedihkan," kata Vinicius Jr saat pidato penyerahan Socrates Award.
Mungkinkah aksi Vinicius akan menghentikan rasisme dalam sepak bola? Sepak bola internasional mendukung Vinicius untuk mewujudkan itu.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H