Mohon tunggu...
Neno Anderias Salukh
Neno Anderias Salukh Mohon Tunggu... Wiraswasta - Pegiat Budaya | Pekerja Sosial | Pengawas Pemilu

Orang biasa yang menulis hal-hal biasa

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Panduan Praktis Penerapan Kurikulum Prototipe 2022 [Bagian 1]

31 Desember 2021   12:05 Diperbarui: 1 Januari 2022   06:29 1162
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi | Dokumen Neno Anderias Salukh

Pengalaman penulis mengabdi dua tahun di sebuah desa di NTT, guru sangat dihormati dan selalu dihadirkan dalam kegiatan-kegiatan sosial, keagamaan dan upacara-upacara adat. Bagi penulis, undangan tersebut adalah sebuah kehormatan yang tak boleh disia-siakan oleh seorang guru.

Karena itu, kehadiran guru dalam kehidupan masyarakat sebagai petani, peternak, pedagang, nelayan dan lain-lain serta kegiatan-kegiatan sosial, keagamaan termasuk upacara-upacara adat sangat perlu.

Sehingga guru dapat melakukan wawancara mendalam dengan bercakap-cakap, melakukan observasi lingkungan, mengamati budaya, jelajah alam sekitar, melakukan diskusi kelompok dan bila perlu guru mempelajari bahasa setempat.

Kedua, melakukan dialog

Ilustrasi | Dokumen Neno Anderias Salukh
Ilustrasi | Dokumen Neno Anderias Salukh

Setelah live in maka guru akan dengan sendirinya mengetahui siapa yang lebih tepat menjadi narasumber untuk menggali informasi lebih mendalam. Dalam melakukan penggalian informasi, harus ada dialog sebagai metode terpenting. Tetapi dialog yang dilakukan dengan narasumber dalam konteks ini jauh berbeda dengan wawancara pada umumnya yang dilakukan oleh seorang wartawan.

Dialog harus dilakukan dengan bentuk obrolan santai untuk mendapatkan informasi yang akurat yang dapat dipertanggungjawabkan. Guru harus menjalin relasi persahabatan selama proses live in sehingga ketika dialog itu terjadi, tidak ada kecanggungan dalam penyampaian informasi oleh narasumber sehingga hal-hal yang disampaikan benar-benar mendalam.

Dalam proses dialog, guru harus menghindari sikap sebagai peneliti dengan pertanyaan-pertanyaan formal. Karena hal tersebut justru membangun kembali sebuah tembok pemisah mengingat masyarakat lokal akan cenderung menggunakan bahasa ibu. Disinilah pentingnya mempelajari bahasa dan budaya setempat.

Ketiga, melakukan diskusi dan kajian etnografi

Ilustrasi | Dokumen Neno Anderias Salukh
Ilustrasi | Dokumen Neno Anderias Salukh

Setelah penggalian informasi melalui proses live in dan dialog maka diskusi dan kajian etnografi perlu dilakukan. Diskusi yang dimaksud adalah diskusi bersama pakar-pakar budaya seperti budayawan, etnograf dan antropolog yang sudah banyak melakukan penelitian terhadap budaya tersebut.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun