Mohon tunggu...
Neno Anderias Salukh
Neno Anderias Salukh Mohon Tunggu... Wiraswasta - Pegiat Budaya | Pekerja Sosial | Pengawas Pemilu

Orang biasa yang menulis hal-hal biasa

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Makna Sosial dari Pohon Natal Anti-mainstream di NTT

24 Desember 2021   20:34 Diperbarui: 24 Desember 2021   20:40 1038
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pohon Natal dari pangan lokal | Foto diambil dari akun Facebook Ellen Priskila Tobe

Terutama masalah stunting. Jika kita berbicara stunting di Indonesia maka jantungnya ada di Nusa Tenggara Timur (NTT). Dalam lingkup provinsi, penyumbang stunting terbesar adalah Kabupaten Timor Tengah Selatan (TTS).

Berdasarkan data Riskesdas, sejak tahun 2007, stunting di Kabupaten TTS sebesar 57 persen. Angka ini jauh lebih tinggi dibandingkan prevalensi nasional sebesar 37 persen.[1] Angka ini perlahan turun hingga pada Agustus 2021, kemarin, Jumlah kasus stunting di TTS sebanyak 13.117 anak atau sebesar 32,2 persen. [2]

Perjuangan penurunan angka stunting berdasarkan strategi nasional dengan salah satu pilar programnya adalah ketahanan pangan dan gizi. Ketahanan pangan adalah bagaimana mempertahankan makanan yang tersedia sesuai dengan kearifan lokal dan potensi daerah atoin meto di TTS untuk dimanfaatkan dikonsumsi oleh masyarakat.

Karena itu, pohon natal yang dikerjakan oleh GMIT Syalom Kuanfatu merupakan ajang promosi pangan lokal kepada masyarakat untuk kembali mencintai pangan lokal yang disebut oleh Kompasianer, Harry Dethan sulit dinikmati selama ini karena terhalang oleh gengsi.

Karena gereja memiliki power yang bisa merubah pola pikir masyarakat, bukan tidak mungkin rasa cinta terhadap pangan lokal yang kaya akan gizi kembali tumbuh. Sehingga optimisme dalam upaya pencegahan stunting di Kabupaten TTS tetap ada.

Salam!!!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun