Mohon tunggu...
Neno Anderias Salukh
Neno Anderias Salukh Mohon Tunggu... Wiraswasta - Pegiat Budaya | Pekerja Sosial | Pengawas Pemilu

Orang biasa yang menulis hal-hal biasa

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Dana Desa, ASI yang Dibuang-buang untuk NTT

14 Desember 2021   11:36 Diperbarui: 14 Desember 2021   13:49 370
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Umumnya, masyarakat kita belum mampu menilai kepala desa berdasarkan visi dan misi yang lahir dari hati. Karena itu, orang yang memiliki hati untuk melayani dan kemampuan untuk mengeksekusi programlah yang seharusnya maju sebagai calon kepala desa.

Agar ketika masyarakat tak mampu menilai, suaranya tidak jatuh pada orang yang buruk. Tapi sayangnya harus diakui bahwa mendapatkan orang dengan niat yang tulus tak semudah memilih batu.

Penulis pernah berdiskusi dengan salah satu pejabat kecamatan di daerah penulis terkait dengan pengelolaan anggaran dana desa. Pada titik terakhir kami menyimpulkan bahwa tidak sedikit orang ingin menjadi kepala desa karena Dana Desa 1 Miliar, hanya segelintir yang berpikir bahwa kepala desa adalah sebuah tanggung jawab berat yang harus dijalankan dengan hati.

Kepala desa harus terbuka dan berdiskusi dengan banyak stakeholder untuk mengidentifikasi persoalan-persoalan di desa, masalah apa yang sedang dihadapi? Potensi desa juga harus diidentifikasi, bagaimana mengelolanya untuk mengatasi persoalan-persoalan itu?

Setiap orang memiliki kelebihan dan kekurangan, begitupun di desa, setiap desa memiliki kelebihan dan kelemahan. Tetapi bagaimana memanfaatkan kelebihan itu untuk berjalan maju yang menjadi sulit untuk dilakukan selama ini.

Kepala desa harusnya memiliki visi dan misi yang kontekstual dengan culture dan nature-nya. Bukan visi dan misi 'copy-paste' dari desa tetangga apalagi dari daerah lain. Jika ada yang demikian maka itu program dana desa tidak akan memiliki dampak apa-apa.

Kepala desa harus menyadari bahwa membangun desa tidak bisa dilakukan seorang diri. Itulah kenapa dalam peraturan perundang-undangan tentang desa diwajibkan untuk dilakukan musyawarah desa.

Persoalan-persoalan di desa adalah persoalan bersama yang harus diselesaikan bersama pula.

Tak berhenti disini, kepala desa juga harus memahami sites politik nasional. Kapan dana desa itu akan berhenti? Negara ini bukan milik Jokowi yang akan bertahan dengan programnya, lagipula Dana Desa tidak akan abadi, suatu saat akan dihentikan.

Itulah salah satu alasan saya menyebut Dana Desa sebagai ASI. Hanya diberikan sewaktu bayi, ketika beranjak dewasa, ASI akan dihentikan. Disinilah Kepala Desa harus paham untuk memandirikan desanya sebelum Dana Desa dihentikan. 

Realita di daerah penulis

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun