Mohon tunggu...
Neno Anderias Salukh
Neno Anderias Salukh Mohon Tunggu... Wiraswasta - Pegiat Budaya | Pekerja Sosial | Pengawas Pemilu

Orang biasa yang menulis hal-hal biasa

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Oko Mama, Media Pembentukan Karakter Suku Dawan (Timor)

22 November 2021   19:35 Diperbarui: 23 November 2021   07:31 2389
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Karena cara atoin meto berbicara juga menggambarkan sikap penghargaannya terhadap lawan bicara maka anak-anak muda diajarkan untuk menyampaikan undangan dengan bahasa-bahasa puitis sebagai gambaran kesopanan, penghargaan, kerendahan hati, dan ketulusan atoin meto.

Ketiga, oko mama sebagai perantara komunikasi.

Persiapan oko mama untuk dialog adat | Dokumentasi Neno Anderias Salukh
Persiapan oko mama untuk dialog adat | Dokumentasi Neno Anderias Salukh

Dalam upacara adat seperti kematian maupun perkawinan, akan terjadi dialog antara penyelenggaraan upacara dan tamu undangan. Dialog tersebut tidak seperti dialog pada umumnya untuk menyampaikan sesuka hati tetapi memiliki aturan tersendiri. Karena itu, dialog dalam upacara adat hanya dilakukan oleh orang tua atau para tetua adat.

Setiap kali jubir A berbicara maka oko mama yang berisi uang disimpan menghadapi jubir B sebagai media perantara sebelum memulai pembicaraan. Kemudian untuk menyambung dialog, jubir B pun meletakkan oko mama yang diisi dengan uang dihadapan jubir A. Hal ini dilakukan bergantian sampai dialog atau pembicaraan selesai.

Biasanya disetiap dialog memiliki tiga tahap yaitu pembukaan, isi, dan penutup. Pembukaan biasanya berisi dialog permohonan untuk saling mendengar ketika isi pembicaraan dibicarakan sedangkan penutup adalah dialog tentang isi pembicaraan yang telah dibicarakan dengan baik.

Setiap tahap disampaikan dengan oko mama tersendiri. Artinya ada tiga oko mama dari jubir A, tiga oko mama dari jubir B. Akan tetapi, jumlah ini bisa lebih tergantung dari isi pembicaraan. Jika isi pembicaraan lebih dari satu makan oko mama yang dibutuhkan akan lebih banyak.

Dialog menggunakan oko mama semacam ini untuk mencegah dialog tak teratur yang dapat mengacaukan suasana upacara adat. Tanpa sadar juga, oko mama membatasi seseorang yang berusaha untuk memotong pembicaraan orang lain dengan tidak sopan.

Intinya bahwa oko mama menunjukkan bahwa dialog yang terjadi dilakukan dengan penuh sopan santun, saling menghargai dan rendah hati untuk saling mendengar satu sama lain.

Berdasarkan ketiga hal ini, jangan heran jika anda menemukan atoin meto di kampung sangat sopan, rendah hati, dan sangat menghargai orang lain.

Salam!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun